Taman Nasional Berbak Sembilang selain dikenal sebagai lansekap konservasi Harimau Sumatra (Panthera Tigris Sumatrae) juga dikenal sebagai ekosistem lahan basah penting bagi persinggahan burung air migran. Burung air migran secara ekologis bergantung pada lahan basah untuk menyediakan pakan dan tempat beristirahat dalam siklus migrasinya.
Diketahui burung bermigrasi dari daerah berbiaknya di belahan bumi utara ke belahan bumi selatan untuk menghindari kondisi ekstrim dan kekurangan pakan saat musim dingin. Saat musim dingin telah berakhir dan pakan kembali berlimpah di daerah asalnya, burung migran akan kembali lagi ke daerah asalnya untuk berbiak.
Terletak di Semenanjung Banyuasin-Provinsi Jambi dan Provinsi Sumatra Selatan, taman nasional ini di dominasi oleh ekosistem lahan basah. Menurut Howes, Bakewell dan Noor (2003) Semenanjung Banyuasin mendukung sebanyak kira-kira 114.500 ekor burung air migran, angka tersebut merupakan jumlah terbanyak di seluruh jalur migrasi Asia-Australasia bagian timur. Oleh karenanya, Taman Nasional Berbak Sembilang adalah ekosistem lahan basah yang penting dalam migrasi burung air.
Burung air migran hadir di Taman Nasional Berbak Sembilang pada bulan Oktober-Februari. Semenanjung Banyuasin tercatat terdapat 28 spesies burung air migran. Berdasar monitoring yang dilaksanakan oleh Balai Taman Nasional Berbak Sembilang pada tahun 2018, dijumpai berbagai jenis burung air migran dengan jenis yang mendominasi diantaranya, burung biru laut (jenis Limosa limosa dan Limosa laponica) terhitung sebanyak 30000-32000 ekor, burung gajahan (jenis Numenius phaepus dan Numenius arquata) teramati sebanyak 380-400 ekor, burung cerek (jenis Charadrius mongolus, Pluvialis squatarola, Pluvialis fulva, Charadius alexandrines, dan Caradrius leschenauti) teramati sebanyak 950-1000 ekor.
Jenis lainnya yang juga mendominasi adalah burung trinil (jenis Tringa nebularia, Tringa stagnatilis, Tringa guttifer, Actitis hypoleucos, Xenus cinereus, Arenaria interpres, dan Limnodromus semipalmatus) terhitung diangka 1250-1300 canutus) diangka 200-250, dan burung dara laut (jenis Sterna albifrons, Sterna hirundo, Sterna bergii, Sterna bengalensis, Sterna caspia, dan Chlidonias hybrida) ditemukan sebanyak 960-1000 ekor.
Sebagai tempat peristirahatan terbesar burung air migran jalur migrasi Asia-Australasia bagian timur, Taman Nasional Berbak Sembilang tentunya menjadi penghubung banyak ekosistem lahan basah di berbagai belahan bumi. Kehadiran burung air migran merupakan indikator ekosistem lahan basah yang masih baik, selain itu burung migran juga memiliki fungsi ekologis sebagai pengendali hama. Kehadiran burung air migran di Taman Nasional Berbak Sembilang tentunya juga dapat dijadikan sebagai atraksi ekowisata serta sarana penelitian dan pendidikan.
Sejalan dengan semua hal yang telah diuraikan, kawasan Taman Nasional Berbak Semblang juga telah diakui sebagai ekosistem lahan basah yang penting bagi dunia dengan ditetapkannya sebagai Situs Ramsar. Penetapan tersebut merupakan salah satu langkah nyata dalam pelestarian ekosistem lahan basah di Taman Nasional Berbak Sembilang.
Lansekap Taman Nasional Berbak Sembilang adalah kekayaan tiada tara yang diberikan oleh Tuhan kepada kita. Oleh sebab itu, penting bagi kita untuk mengetahuinya, tanah air kita Indonesia, memiliki ekosistem lahan basah penting yang menjadi penghubung dunia.
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.