






Pekalongan – Jambore Capung Indonesia 2025 resmi digelar pada tanggal 24-26 Januari 2025 di Dusun Sawahan, Mendolo, Lebakbalang, Pekalongan. Dengan mengusung tema ”Bersama Capung Membangun Sinergi untuk Keberlanjutan Alam”. Peserta jambore datang dari berbagai daerah di Indonesia, seperti Bogor, Semarang, Solo, Yogyakarta, Malang, bahkan hinggaLombok dan Lampung. Pada jambore kali ini, Indonesia Dragondly Nature Conservation (Lebih dikenal IDS) menggandeng Green Community UNNES sebagai panitia pelaksana. Jambore kali ini merupakan Jambore edisi ke-4 yang diselenggarakan, terakhir kali Jambore dilaksanakan yaitu pada tahun 2019 di Banyuwangi
Acara dibuka dengan Bincang-bincang pada Jumat malam, bincang-bincang diisi oleh Mas Diagal dan Mas Nanang. Mas Diagal selaku Ketua IDS yang menceritakan sejarah dari IDS terbentuk hingga sampai saat ini. Banyak fakta fakta baru yang diketahui dari dialog sejarah ini, salah satunya cerita bahwa IDS dulunya bermula dari DDS (Dempo Dragonfly Society) yang bermula dari Ekstrakulikuler pecinta alam di sebuah sekolah. Mas Diagal tidak bercerita sendirian, beliau meminta Mbak Magdalena dan Mbak Tabita juga untuk ikut bercerita. Pada akhir sesi cerita mengenai sejarah IDS, Mas Diagal mengajak para peserta jambore capung untuk turut andil menjadi Anggota IDS yang nantinya akan berkontribusi lebih terhadap perkembangan capung Indonesia.
Berbeda dengan Mas Nanang, pada bincang-bincang malam itu beliau membawakan materi mengenai Database Capung Indonesia. Pada materinya, Mas Nanang menceritakan bahwa sampai saat ini data pasti jumlah capung di Indonesia masih belum diketahui secara pasti. Sampai saat ini IDS masih terus berusaha untuk mengumpulkan data capung melalui berbagai sumber informasi. Diceritakan pula bahwa IDS sempat diberikan ribuan file jurnal penelitian capung di Indonesia yang diterima dari peneliti luar negeri yaitu Vincent Kalkman.
Hari kedua kegiatan dimulai dengan eksplorasi capung Dusun Sawahan. Seluruh peserta jambore dibagi menjadi beberapa kelompok, setiap kelompok mendapatkan jalur eksplorasi yang berbeda. Eksplorasi dimulai pada pukul 08.00 sampai 11.00 WIB. Dusun Sawahan didominasi oleh agroforestri dengan pertanian di bawah nanungan, memiliki tipe tanah yang rawan longsor sehingga banyak pohon dengan akar yang kuat. Tipe lahan ini membuat Dusun Sawahan memiliki potensi spesies capung yang melimpah. Beberapa spesies capung yang dapat ditemukan di Dusun Sawahan yaitu :
- Drepanosticta gazella
- Drepanosticta sundana
- Drepanosticta spatulifera
- Heliogomphus drescheri
- Chloroghompus magnificus
- Rinocypha heterostigma
- Zygonix ida
- Coeliccia membranipes
- Macromia westwodii
- Pericnemis stictica
Pada siang hari kegiatan dilanjutkan dengan Cerita Capung Daerah dan Diskusi Capung Indonesia. Sesi Cerita Capung Daerah disii dengan beberapa perwakilan peserta yang diminta oleh panitia untuk menceritakan capung di daerah asalnya. Beberapa daerah yang bercerita capung kawasannya adalah Bogor, Malang, Yogyakarta, Lombok, dan Lampung. Masing-masing daerah memiliki capung yang menjadi ciri khas kawasan tersebut.
Selanjutnya sesi Diskusi Capung Indonesia, sesi ini dipimpin langsung oleh Mas Fian, Mas Diagal, dan Mas Joko selaku perwakilan IDS. Sesi diskusi berjalan dengan sangat seru dan menarik, IDS memancing diskusi dengan melontarkan pertanyaan ”Apa yang menjadi tantangan pengamat capung di Indonesia?” Masing-masing peserta memberikan jawaban yang bervariasi, namun satu hal yang menjadi garis bawah yaitu kurangnya Fild Guide (Buku Panduan) untuk mengidentifikasi capung ketika sedang melakukan pengamatan. Pada sesi diskusi disinggung pula mengenai bagaimana Burungnesia dan Kupunesia bisa sebuah aplikasi seperti saat ini. Melalui berbagai argumen yang muncul, diputuskan bahwa dalam jangka waktu satu tahun ini direncakanan akan ada Buku Panduan Capung untuk pulau Jawa yang harapannya sudah bisa dirilis pada tahun depan.
Mas Diagal menambahkan bahwa saat ini dirinya sedang mencoba untuk membuat website IDS kembali beroperasi dengan beberapa fitur baru yang harapannya bisa mengakomodir kebutuhan para pengamat capung di Indonesia. Beliau menambahkan nantinya dalam website tersebut terdapat beberapa informasi seperti anggota IDS dan data capung Indonesia. Pada akhir sesi diskusi, ditentukan pula lokasi Jambore Capung Indonesia 2026 akan diselenggarakan di Solo dengan panitia pelaksana yakni KS Biodiv UNS. Hal ini merupakan tentunya merupakan langkah yang baik untuk kembali meningkatkan animo pengamat capung di Indonesia.
Pada malam hari kedua, peserta jambore capung disuguhkan dengan tarian dan karawitan dari masyarakat Dusun Sawahan yang sekaligus tasyakuran Panen Durian yang melimpah pada tahun ini. Perlu diketahui bahwa durian menjadi komoditas pertanian utama di Dusun Sawahan. Acara berlangsung meriah dengan dibagi-bagikannya durian kepada seluruh peserta maupun panitia Jambore Capung.
Hari ketiga sebagai penutup dilaksanakan eksibisi durian, pada acara ini dijelaskan mengenai berbagai macam jenis durian yang ada di Dusun Sawahan. Terdapat lebih dari 20 jenis varian durian di Dusun Sawahan.
Dengan diselenggarakannya Jambore Capung Indonesia 2025 ini tentunya diharapkan menjadi titik balik bagi para pengamat capung di Indonesia untuk bisa berkontribusi lebih secara maksimal di bidang percapungan. Semoga dengan adanya Jambore Capung ini menjadi langkah yang baik untuk perkembangan komunitas capung di Indonesia
Melalui WhatsApp Group Jambore Capung Indonesia, Mas Diagal memberikan kalimat
“Jangan terlalu gembira kawan, perjalanan kita baru saja dimulai. Baru saja kita bersepakat mengembangkan pengetahuan dan komunitas Capung Indonesia, lantas tugas mulia itu sekaligus melekat pada kita semua. Bersiap dihubungi admin IDS untuk tugas selanjutnya”
Diharapkan Jambore Capung Indonesia dapat menjadi pemicu munculnya perbincangan yang lebih serius dari kalangan peneliti-peneliti serangga maupun capung sehingga pengetahuan capung Indonesia dimiliki kembali oleh para pecinta odonata nusantara. Sampai jumpa di Jambore Capung Indonesia 2026 yang akan diselenggarakan di Solo tahun depan.
Dengan Cinta untuk biodiversitas Indonesia

Leave a Reply
Terkait