Water For All

Marine
Water For All
29 March 2020
844

Semua mahluk hidup di dunia ini membutuhkan apa yang disebut air, mulai dari mikroorganisme sampai dengan mahluk paling mulia yaitu manusia. Tidak akan ada kehidupan seandainya di bumi ini tidak ada air, karena air merupakan kebutuhan utama bagi proses kehidupan. Air merupakan senyawa kimia yang paling berlimpah di alam, namun demikian sejalan dengan meningkatnya taraf hidup manusia, maka kebutuhan air pun meningkat pula, sehingga akhir-akhir ini air menjadi barang yang "mahal". Di kota-kota besar, tidak mudah mendapatkan sumber air bersih yang dipakai sebagai bahan baku air bersih yang bebas dari pencemaran, karena air banyak tersedot oleh kegiatan industri yang memerlukan sejumlah air dalam menunjang produksinya. Di sisi lain, tanah yang merupakan celengan air sudah banyak ditutup untuk berbagai keperluan seperti perumahan, dan industri tanpa mempedulikan fungsi dari tanah tersebut sebagai wahana simpanan air untuk masa datang. Jumlah air yang terdapat di muka bumi ini relatif konstan, meskipun air mengalami pergerakan arus, tersirkulasi karena pengaruh cuaca dan juga mengalami perubahan bentuk. Sirkulasi dan perubahan bentuk tersebut antara lain melalui air permukaan yang berubah menjadi uap (evaporasi), air yang mengikuti sirkulasi dalam tubuh tanaman (transpirasi) dan air yang mengikuti sirkulasi dalam tubuh manusia dan hewan (respirasi). Air yang menguap akan terkumpul menjadi awan kemudian jatuh sebagai air hujan. Air hujan ada yang langsung bergabung di permukaan, ada pula yang meresap masuk ke dalam celah batuan dalam tanah, sehingga menjadi air tanah. Air tanah dangkal akan diambil oleh tanaman, sedangkan air tanah dalam akan keluar sebagai mata air. Air adalah suatu zat cair yang tidak mempunyai rasa, bau dan warna dan terdiri dari hidrogen dan oksigen dengan rumus kimia H2O. Karena air mempunyai sifat yang hampir bisa digunakan untuk apa saja, maka air merupakan zat yang paling penting bagi semua bentuk kehidupan (tumbuhan, hewan, dan manusia) sampai saat ini selain matahari yang merupakan sumber energi. Air dapat berupa air tawar dan air asin (air laut) yang merupakan bagian terbesar di bumi ini. Di dalam lingkungan alam proses, perubahan wujud, gerakan aliran air (di permukaaan tanah, di dalam tanah, dan di udara) dan jenis air mengikuti suatu siklus keseimbangan dan dikenal dengan istilah siklus hidrologi (Kodoatie dan Sjarief, 2010). Air tawar adalah air dengan kadar garam dibawah 0,5 ppt (Nanawi, 2001). Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Pengadilan Kualitas Air dan Pengadilan Kualitas Pencemaran, Bab I Ketentuan Umum pasal 1, menyatakan bahwa : “Air tawar adalah semua air yang terdapat diatas dan dibawah permukaan tanah, kecuali air laut dan air fosil”, sedangkan menurut Undang-Undang RI No.7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (Bab I, Pasal I), butir 2 disebutkan bahwa “Air adalah semua air yang terdapat pada di atas ataupun dibawah permukaan tanah, termasuk dalam pengertian ini air permukaan, air tanah, air hujan, dan air laut yang berada di darat”. Butir 3 menyebutkan “Air tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan atau batua dibawah permukaan tanah”. Karakteristik kandungan sifat fisik dari air tawar tergantung dari tempat sumber air itu berasal dan teknik pengolahan air tersebut apakah menghasilkan air yang baik dikonsumsi. Air yang layak minum Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 Tentang Persyratan Kualitas Air Minum, Pasal 1 menyatakan bahwa : “Air minum adalah air yang melalui prosespengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum”. Air minum adalah air yang digunakan untuk konsumsi manusia. Menurut departemen kesehatan, syarat-syarat air minum adalah tidak berasa, tidak berbau, tidak berwarna, tidak mengandung mikroorganisme yang berbahaya, dan tidak mengandung logam berat. Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan ataupun tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. (Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 907 Tahun 2002). Walaupun air dari sumber alam dapat diminum oleh manusia, terdapat risiko bahwa air ini telah tercemar oleh bakteri (misalnya Esherichia coli) atau zat-zat berbahaya. Bakteri dapat dibunuh dengan memasak air hingga suhu 100ºC, namun banyak zat yang berbahaya terutama logam yang tidak dapat dihilangkan dengan cara ini. Saat ini terdapat krisis air minum di berbagai negara berkembang didunia akibat jumlah penduduk yang terlalu banyak dan pencemaran air (sumber:http://id.wikipedia.org/wiki/Air_minum). Persyaratan air minum dapat ditinjau dari beberapa parameter seperti: 1. Parameter fisik Parameter fisik menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 492/Menkes/Per/IV/2010 umumnya dapat diidentifikasi dari kondisi fisik air tersebut. Parameter fisik meliputi bau, kekeruhan, rasa, suhu, warna dan jumlah zat padat terlarut (TDS). Alat ukur yang digunakan adalah Spektrofotometer. Air yang baik idealnya tidak berbau, tidak berwarna, tidak memiliki rasa/tawar dan suhu untuk air minum idealnya ± 30 C. Padatan terlarut total (TDS) dengan bahan terlarut diameter < 10 -6 dan koloid (diameter 10 -6 - 10 -3 mm) yang berupa senyawa kimia dan bahan-bahan lain (Effendi, 2003). 2. Parameter kimia Parameter kimia dikelompokkan menjadi kimia an organik dan kimia organik. Dalam standard air minum di Indonesia zat kimia anorganik dapat berupa logam, zat reaktif, zat-zat berbahaya serta beracun serta derajat keasaman (PH). Sedangkan zat kimia organik dapat berupa insektisida dan herbisida. Sumber logam dalam air dapat berasal dari industri, pertambangan ataupun proses pelapukan secara alamiah. Korosi dari pipa penyalur air minum dapat juga sebagai penyebab kehadiran logam dalam air (Mulia, 2005). Berbagai karakteristik yang dapat mempengaruhi air: 1. Karakteristik fisik a. Suhu Suhu air sangat mempengaruhi aktivitas biologi yang ada dalam air, karena kenaikan suhu perairan dapat menaikkan aktivitas biologi sehingga dapat menghasilkan O2 yang lebih banyak lagi. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 416/MENKES/PER/IX/1990 bahwa temperatur maksimum yang diperbolehkan adalah 30ºC. Penyimpanan terhadap ketetapan ini akan mengakibatkan: 1. Meningkatnya daya atau tingkat toksisitas bahan kimia atau bahan pencemar dalam air. 2. Pertumbuhan mikroba dalam air. Menurut (Mutiara, 1999), perubahan suhu baik naik maupun turun yang berlangsung secara mendadak, seringkali berakibat lethal (yang dapat menyebabkan kematian) bagi organisme-organisme perairan terutama ikan, dan seringkali disebut “shock-thermal”. Pembuangan air yang bersuhu tinggi dalam jumlah banyak dapat menaikkan suhu perairan penerima beberapa derajat di atas suhu normal. Kenaikkan itu akan mempengaruhi organisme-organisme penghuni perairan terutama ikan, baik secara langsung maupun tidak langsung (Mahida, 1993). Adanya kenaikan suhu juga dapat berakibat berkembangnya suburnya jenis-jenis alga beracun, terutama kelompok Cyanophyta b. Warna Warna air dapat kita ketahui bahwa sumber air ada dari beberapa tempat sehingga warna yang dimiliki pun berbeda-beda. Sehingga hal tersebut tidak dapat langsung diterima oleh masyarakat. Warna air yang dapat ditimbulkan dikarenakan adanya ion besi, mangan, humus, biota laut, plankton, dan limbah industri (Suwittoku,2013). Deteksi warna air dapat dilakukan oleh indra penglihatan, deteksi ini akan lebih akurat jika dilanjutkan dengan deteksi kekeruhan. Apabila warna air tidak lagi bening, keruh atau tidak lagi jernih misalnya berwarna kecoklatan, dapat diduga air tersebut tercemar oleh besi. Air yang berwarna penyimpang dengan warna aslinya, tidak baik digunakan sebagai air minum. Adapun tujuan dari deteksi warna pada air minum ini adalah untuk mengetahui warna yang tampak pada air. Persyaratan air minum yaitu harus tidak berwarna atau jernih. Air yang menyimpang dengan warna tersebut, tidak baik dikonsumsi (Suwittoku,2013). c. Bau Bau pada air dapat disebabkan karena benda asing yang masuk ke dalam air seperti bangkai binatang, bahan buangan, ataupun disebabkan karena proses penguraian senyawa organik oleh bakteri. Pada peristiwa penguraian senyawa organik yang dilakukan oleh bakteri tersebut dihasilkan gas – gas berbau menyengat dan bahkan ada yang beracun. Pada peristiwa penguraian zat organik berakibat meningkatkan penggunaan oksigen terlarut di air (BOD = Biological Oxighen Demand) oleh bakteri dan mengurangi kuantitas oksigen terlarut (DO = Disvolved Oxigen) di dalam air. Senyawa – senyawa organik umumnya tidak stabil dan mudah dioksidasi secara biologis dan kimia menjadi senyawa stabil atau biasa dikenal dengan istilah BOD dan COD. Kebutuhan oksigen biologi (BOD) adalah parameter kualitas air lain yang penting. BOD menunjukkan banyaknya oksigen yang digunakan bila bahan organik dalam suatu volume air tertentu dirombak secara biologis. Sedangkan kebutuhan oksigen kimia (COD) merupakan suatu cara untuk menentukan kandungan bahan organik dalam air buangan dan perairan alami. Dari segi estetika, air yang berbau, apabila bau busuk seperti bau telur yang membusuk (misalnya oleh H2S) ataupun air yang berasal secara alami, tidak dikehendaki dan tidak dibenarkan oleh peraturan yang berlaku. Pada air minum tidak boleh ada bau yang merugikan pengguna air. Bau pada air minum dapat dideteksi dengan menggunakan hidung. Tujuan deteksi bau pada air minum yaitu untuk mengetahui ada bau atau tidaknya bau yang berasal dari air minum yang disebabkan oleh pencemar. Apabila air minum memiliki bau maka dapat dikategorikan sebagai air minum yang tidak memenuhi syarat dan kurang layak untuk di manfatkan sebagai air minum. Pada persyaratan air bersih yaitu harus tidak boleh ada bau. Karena bau pada air disebabkan adanya benda asing yang masuk kedalam air sehingga terlarut dan terurai didalam air lalu dapat mengganggu kesehatan apabila dikonsumsi (Suwittoku,2013). d. Rasa Rasa yang terdapat dalam air dihasilkan dengan adanya kehadiran organisme seperti mikroorganisme dan bakteri, kemudian adanya limbah padat dan limbah cair dari hasil pembuangan rumah tangga yang kemungkinan adanya sisa-sisa yang digunakan untuk infeksi misalkan klor (https://lordbroken. wordpress.com/category/industri-minuman/air-minum-dalam-kemasan/). Rasa pada air dapat ditimbulkan oleh beberapa hal yaitu adanya gas terlarut seperti H2S, organisme hidup, adanya limbah padat dan limbah cair dan kemungkinan adanya sisa-sisa bahan yang digunakan untuk disinfektan seperti klor. Rasa pada air minum diupayakan netral atau tawar, sehingga dapat diterima oleh para konsumen air minum (Sutrisno,2004). Air minum biasanya tidak memberikan rasa (tawar). Air yang berasa menunjukkan kehadiran berbagai zat yang dapat membahayakan kesehatan. Efek yang dapat ditimbulkan terhadap kesehatan manusia tergantung pada penyebab timbulnya rasa. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 907/MENKES/SK/VII/2002, diketahui bahwa syarat air minum yang dapat dikonsumsi manusia adalah tidak berasa. e. Kekeruhan Kekeruhan merupakan sifat optik dari suatu larutan yang menyebabkan cahaya yang melaluinya terabsosi dan terbias dihitung dalam satuan mg/l SiO2 Unit Kekeruhan Nephelometri (UKN). Air akan dikatakan keruh apabila air tersebut mengandung begitu banyak partikel bahan yang tersuspensi, sehingga memberikan warna atau rupa yang berlumpur dan kotor. Bahan-bahan yang menyebabkan kekeruhan ini meliputi tanah liat, lumpur dan bahan-bahan organik. Kekeruhan tidak merupakan sifat air yang membahayakan, tetapi kekeruhan menjadi tidak disenangi karena rupanya. Kekeruhan walaupun hanya sedikit dapat menyebabkan warna lebih tua tua dari warna yang sesungguhnya. Setiap tingkat,kekeruhan dipengaruhi oleh pH air. Kekeruhan pada air minum pada umumnya telah diupayakan sedemikian rupa sehingga air menjadi jernih (Sutrisno,2004). 2. Karakteristik Kimia a. pH pH merupakan istilah yang digunakan untuk menyatakan intensitas keadaan asam atau basa sesuatu larutan. Sebagai satu faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi pertumbuhan atau kehidupan mikroorganisme dalam air, secara empirik pH yang optimum untuk tiap spesifik harus ditentukan. Kebanyakan mikroorganisme tumbuh terbaik pada pH 6,0-8,0 meskipun beberapa bentuk mempunyai pH optimum rendah 2,0 dan lainnya punya pH optimum 8,5. Pengetahuan pH ini sangat diperlukan dalam penentuan range pH yang akan diterapkan pada usaha pengelolaan air bekas yang menggunakan proses-proses biologis. Pengaruh yang menyangkut aspek kesehatan dari penyimpanan standar kualitas air minum dalam pH ini yaitu bahwa pH yang lebih kecil dari 6,5 dan lebih besar dari 9,2 akan dapat menyebabkan korosi pada pipa-pipa air dan menyebabkan beberapa senyawa menjadi racun, sehingga menggangu kesehatan (Sutrisno,2004). b. Konduktivitas Nilai konduktivitas merupakan ukuran terhadap konsentrasi total elektrolit didalam air. Kandungan elektrolit yang pada prinsipnya merupakan garam-garam yang terlarut dalam air, berkaitan dengan kemampuan air didalam menghantarkan arus listrik. Semakin banyak garam-garam yang terlarut semakin baik daya hantar listrik air tersebut. Air suling yang tidak mengandung garamgaram terlarut dengan demikian bukan merupakan penghantar listrik yang baik. Selain dipengaruhi oleh jumlah garam-garam terlarut, konduktivitas juga dipengaruhi oleh nilai temperatur (Zullazar Zurkarnain,2015). c. Total Dissolved Solid (Total Padatan Terlarut) TDS (Total Dissolve Solid) yaitu ukuran zat terlarut (baik itu zat organic maupun anorganic) yang terdapat pada sebuah larutan. Umumnya berdasarkan definisi di atas seharusnya zat yang terlarut dalam air (larutan) harus dapat melewati saringan yang berdiameter 2 mikrometer (2×10-6 meter). Aplikasi yang umum digunakan adalah untuk mengukur kualitas cairan biasanya untuk pengairan, pemeliharaan aquarium, kolam renang, proses kimia, dan pembuatan air mineral. Setidaknya, kita dapat mengetahui air minum mana yang baik dikonsumsi tubuh, ataupun air murni untuk keperluan kimia misalnya pembuatan kosmetika, obat-obatan, dan makanan (Misnani, 2010). Banyak zat terlarut yang tidak diinginkan dalam air. Mineral, gas, zat organik yang terlarut mungkin menghasilkan warna, rasa dan bau yang secara estetis tidak menyenangkan. Beberapa zat kimia mungkin bersifat racun, dan beberapa zat organik terlarut bersifat karsinogen yaitu zat yang dapat menyebabkan penyakit kanker. Cukup sering, dua atau lebih zat terlarut khususnya zat terlarut dan anggota golongan halogen akan bergabung membentuk senyawa yang bersifat lebih dapat diterima daripada bentuk tunggalnya (Misnani, 2010). d. Salinitas Salinitas laut adalah jumlah kadar garam yang terdapat dalam air laut. Salinitas berpengaruh terhadap kehidupan organisme perairan. Setiap daerah perairan di bumi ini memiliki salinitas yang berbeda-beda. Garis yang menghubungkan kadar salinitas yang sama dalam peta dinamakan isohaline. Faktor yang memengaruhi salinitas air laut diantaranya adalah: 1. Penguapan Makin besar tingkat penguapan air laut maka kadar salinitasnnya akan semakin tinggi dan sebaliknya di daerah yang rendah tingkat penguapannya maka salinitasnya akan semakin rendah. 2. Curah hujan Semakin besar curah hujan di suatu wilayah laut maka salinitasnya akan rendah dan jika curah hujan di lautan rendah maka salinitas akan semakin rendah. 3. Banyak sedikitnya sungai yang bermuara Semakin banyak sungai yang bermuara ke laut tersebut maka salinitas semakin rendah, sedangkan jika sedikit sungai yang bermuara maka kadar salinitasnya akan semakin tinggi maka dari itu salinitas air laut sangat dipengaruhi oleh lingkungan sekitar (Agnas setiawan,2013). umum digunakan adalah untuk mengukur kualitas cairan biasanya untuk pengairan, pemeliharaan aquarium, kolam renang, proses kimia, dan pembuatan air mineral. Setidaknya, kita dapat mengetahui air minum mana yang baik dikonsumsi tubuh, ataupun air murni untuk keperluan kimia misalnya pembuatan kosmetika, obat-obatan, dan makanan (Misnani, 2010). Banyak zat terlarut yang tidak diinginkan dalam air. Mineral, gas, zat organik yang terlarut mungkin menghasilkan warna, rasa dan bau yang secara estetis tidak menyenangkan. Beberapa zat kimia mungkin bersifat racun, dan beberapa zat organik terlarut bersifat karsinogen yaitu zat yang dapat menyebabkan penyakit kanker. Cukup sering, dua atau lebih zat terlarut khususnya zat terlarut dan anggota golongan halogen akan bergabung membentuk senyawa yang bersifat lebih dapat diterima daripada bentuk tunggalnya (Misnani, 2010). d. Salinitas Salinitas laut adalah jumlah kadar garam yang terdapat dalam air laut. Salinitas berpengaruh terhadap kehidupan organisme perairan. Setiap daerah perairan di bumi ini memiliki salinitas yang berbeda-beda. Garis yang menghubungkan kadar salinitas yang sama dalam peta dinamakan isohaline. Faktor yang memengaruhi salinitas air laut diantaranya adalah: 1. Penguapan Makin besar tingkat penguapan air laut maka kadar salinitasnnya akan semakin tinggi dan sebaliknya di daerah yang rendah tingkat penguapannya maka salinitasnya akan semakin rendah. 2. Curah hujan Semakin besar curah hujan di suatu wilayah laut maka salinitasnya akan rendah dan jika curah hujan di lautan rendah maka salinitas akan semakin rendah. 3. Banyak sedikitnya sungai yang bermuara Semakin banyak sungai yang bermuara ke laut tersebut maka salinitas semakin rendah, sedangkan jika sedikit sungai yang bermuara maka kadar salinitasnya akan semakin tinggi maka dari itu salinitas air laut sangat dipengaruhi oleh lingkungan sekitar (Agnas setiawan,2013). e. DO (Dissolved Oxygen) Oksigen terlarut (dissolved oxygen, disingkat DO) atau sering juga disebut dengan kebutuhan oksigen (Oxygen demand) merupakan salah satu parameter penting dalam analisis kualitas air. Nilai DO yang biasanya diukur dalam bentuk konsentrasi ini menunjukan jumlah oksigen (O2) yang tersedia dalam suatu badan air. Semakin besar nilai DO pada air, mengindikasikan air tersebut memiliki kualitas yang bagus. Sebaliknya jika nilai DO rendah, dapat diketahui bahwa air tersebut telah tercemar. Pengukuran DO juga bertujuan melihat sejauh mana badan air mampu menampung biota air seperti ikan dan mikroorganisme. Karbondioksida merupakan unsur utama dalam proses fotosintesis yang dibutuhkan oleh fitoplankton dan tumbuhan air. Keberadaan karbondioksida diperairan sangat dibutukan oleh tumbuhan baik yang besar maupun yang kecil untuk proses fotosintesis (Kordi, 2004). CO2 juga terbentuk dalam air karena proses dekomposisi (oksidasi) zat organik oleh mikroorganisme. Umumnya juga terdapat dalam air yang telah tercemar. Karbondioksida pula diperairan berasal dari difusi atmosfer, air hujan, air yang melewati tanah organik, dan respirasi tumbuhan dan hewan, serta bakteri aerob dan anaerob (Efendi, 2003). g. Mg (Magnesium) Magnesium hadir dalam air laut dalam jumlah sekitar 1300 ppm. Setelah natrium, Magnesium adalah kation yang paling umum ditemukan di lautan. Sungai berisi sekitar 4 ppm magnesium, ganggang laut 6000-20,000 ppm, dan tiram 1200 ppm sehingga dapat mengakibatkan terjadinya kesadahan pada air yang tidak baik untuk konsumsi baik dalam skala kecil maupun dalam skala besar. Logam Magnesium tidak terpengaruh oleh air pada suhu kamar. Magnesium umumnya adalah elemen lambat bereaksi, tetapi meningkatkan reaktivitas dengan kadar oksigen. Ca (Calsium) Adanya Ca dalam air sangat dibutuhkan dalam jumlah tertentu, yaitu untuk pertumbuhan tulang dan gigi. Sedangkan bila telah melewati ambang batas, kalisum dapat menyebabkan kesadahan, kesadahan dapat berpengaruh secara ekonomis maupun terhadap kesehatan yaitu efek korosif dan menurunkan efektifitas dari kerja sabun. Standar yang ditetapkan DEPKES sebesar 75-200 mg/l. Sedangkan WHO interegional water study group adalah sebesar 75/150 mg/l. i. Alumunium Pada Peraturan Meteri Keeshatan No.82/2001 yaitu 0,2 mg/l merupakan batas maksimal yang terkandung dalam air. Banyaknya alumunium yang terkandung dalam air dapat menyebabkan air memiliki rasa yang tidak enak untuk dikonsumsi. j. Zat organik Zat organik yang ada dalam air disebabkan adanya kandungan unsur hara makanan maupun sumber energi lainnya bagi flora dan fauna yang hidup didalam perairan yang berasal dari limbah rumah tangga, industri dan kegiatan pertanian serta penambangan. Zat organik yang terdapat pada air dapat diukur angka permanganatnya (KMnO4), karena didalam standar kualitas air telah ditentukan angka maksimal permanganat adalah 10 mg/l. Jika terjadi penyimpangan standar kualitas akan mengakibatkan timbulnya bau yang tidak sedap dan menyebabkan sakit perut apabila dikonsumsi. k. Sulfat Pengaruh kandungan sulfat yang berlebih dalam air dapat menyebabkan terbentuknya kerak air yang keras pada alat merebus air (panci atau ketel), selain dapat menimbulkan bau bisa juga menyebabkan korosi pada pipa. Biasanya penanganannya sering dihubungkan dengan pengolahan air bekas. tetapi meningkatkan reaktivitas dengan kadar oksigen. (https://water pluspure.wordpress.com/2011/08/05/magnesium-dan-air-reaksi-mekanismedampak-lin/) h. Ca (Calsium) Adanya Ca dalam air sangat dibutuhkan dalam jumlah tertentu, yaitu untuk pertumbuhan tulang dan gigi. Sedangkan bila telah melewati ambang batas, kalisum dapat menyebabkan kesadahan, kesadahan dapat berpengaruh secara ekonomis maupun terhadap kesehatan yaitu efek korosif dan menurunkan efektifitas dari kerja sabun. Standar yang ditetapkan DEPKES sebesar 75-200 mg/l. Sedangkan WHO interegional water study group adalah sebesar 75/150 mg/l. i. Alumunium Pada Peraturan Meteri Keeshatan No.82/2001 yaitu 0,2 mg/l merupakan batas maksimal yang terkandung dalam air. Banyaknya alumunium yang terkandung dalam air dapat menyebabkan air memiliki rasa yang tidak enak untuk dikonsumsi. j. Zat organik Zat organik yang ada dalam air disebabkan adanya kandungan unsur hara makanan maupun sumber energi lainnya bagi flora dan fauna yang hidup didalam perairan yang berasal dari limbah rumah tangga, industri dan kegiatan pertanian serta penambangan. Zat organik yang terdapat pada air dapat diukur angka permanganatnya (KMnO4), karena didalam standar kualitas air telah ditentukan angka maksimal permanganat adalah 10 mg/l. Jika terjadi penyimpangan standar kualitas akan mengakibatkan timbulnya bau yang tidak sedap dan menyebabkan sakit perut apabila dikonsumsi. k. Sulfat Pengaruh kandungan sulfat yang berlebih dalam air dapat menyebabkan terbentuknya kerak air yang keras pada alat merebus air (panci atau ketel), selain dapat menimbulkan bau bisa juga menyebabkan korosi pada pipa. Biasanya penanganannya sering dihubungkan dengan pengolahan air bekas. Pengolahan air merupakan suatu usaha untuk memperoleh sumber air baku dari air limbah yang sebelumnya tidak layak untuk digunakan dalam kehidupan sehari-hari atau dikonsumsi karena air limbah masih mengandung unsur-unsur fisik dan kimia yang dapat membahayakan masyarakat apabila menggunakannya sebagai kebutuhan hidup sehari-hari. Maka dari itu dengan adanya pengolahan air dapat menghasilkan air sesuai dengan standar baku yang telah ditentukan. Menurut Sutrisno (2006, p.51). #bwkehati #hariairsedunia #bwchallenge

About Author
Yasmin Syadzafira
Sekolah Vokasi IPB

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

2020-03-29
Difference:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *