Air Tidak Akan Pernah Habis, Tetapi Apakah Ketersediaan Air Jernihnya Cukup?

Kelautan
Air Tidak Akan Pernah Habis, Tetapi Apakah Ketersediaan Air Jernihnya Cukup?
30 Maret 2020
2430

Peringatan tanggal 22 Maret merupakan hari air sedunia yang terlewatkan begitu saja. Padahal, air juga separuh hidup setiap manusia. Mirisnya lagi, sebagian daerah di Papua terancam krisis air. Semisal kota Jayapura, Kedepan, Sentani, dan Asmat. Selain itu, iklim juga sangat mempengaruhi ketersediaan air. iklim yang baik merupakan hasil menjaga manusia itu sendiri. Fenomena yang terjadi belakangan ini, seperti penebangan hutan secara liar, kebakaran hutan, banyaknya polusi, apakah hal tersebut tidak diperhatikan perihal air jernih terhadap ketersediaannya? Tentu setiap manusia harus mengetahui upaya apa saja yang dapat dilakukan untuk menjaga agar air bersih tetap tersedia.

Para ahli memprediksi Indonesia akan mengalami kelangkaan air bersih pada tahun 2025. Kepala Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Jawa Barat, Setiawan Wangsaatmaja menuturkan, "Bumi terdiri dari 97.5 % air, tetapi hanya 1 % dari air tersebut yang tawar." Air tawar tersebut bersumber dari curah hujan yang tertampung pada danau, situ, sungai, maupun cekungan air tanah. Diperkirakan Indonesia memiliki total volume air sebesar 308 juta meter kubik, paparnya.

"Berdasarkan data tersebut Indonesia merupakan negara yang kaya akan ketersediaan air," ujar Iwan. Namun, sangat disayangkan potensi ketersediaan air bersih dari tahun ke tahun cenderung menurun akibat pencemaran lingkungan dan kerusakan daerah tangkapan air. Kondisi diperburuk dengan perubahan iklim yang mulai terasa dampaknya sehingga membuat Indonesia mengalami banjir pada musim penghujan dan kekeringan pada musim kemarau. Iwan menambahkan, "Padahal di lain pihak kecenderungan konsumsi air bersih justru naik secara eksponensial seiring pertambahan penduduk."

Hari Air sedunia yang ditetapkan setiap tahun pada tanggal 22 Maret diangkat sebagai sarana untuk memusatkan perhatian pada pentingnya air bersih dan advokasi untuk pengelolaan berkelanjutan sumber daya air tawar. Hari internasional untuk memperingati air bersih ini direkomendasikan pertama kali pada Konferensi PBB pada Tahun 1992 tentang Lingkungan dan Pembangunan (UNCED). Majelis Umum PBB merespon dengan menetapkan tanggal 22 Maret 1993 sebagai Hari Air Dunia pertama.

         Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawan, melalui sekretaris daerahnya mengatakan, "Ketersediaan air perlu diimbangi dengan kualitas yang baik pula." Kualitas air ini berkaitan dengan kelayakan pemanfaatan air untuk berbagai kebutuhan. Sebagai salah satu daerah tangkapan air, pemanfaatan sungai sebagai sumber air bisa dilakukan dengan mengurangi tingkat cemar akibat limbah rumah tangga dan industri, lanjutnya.

Apa jadinya jika suatu saat kita mengha­dapi kekurangan air. Hampir dapat dipasti­kan, kita akan mengalami dehi­drasi, badan menjadi lemas dan yang paling mengenas­kan bisa menyebabkan kema­tian. Meski pun kita lapar, namun dengan adanya air mi­num, kita masih dapat me­nahan rasa lapar tersebut.

Air dapat memperbaiki kemampuan dan daya tahan tu­buh kita. Manusia akan lebih dapat berkerja keras jika memiliki asupan air yang cukup. Dengan tersedianya air yang bersih dan layak di­minum, dapat mengurangi risiko penyakit yang berdam­pak pada kesehatan kita, se­perti batu ginjal, kanker kan­dung kemih dan dapat men­ce­gah sembelit.

Semua percaya bah­wa air adalah suatu unsur yang sa­ngat penting bagi keber­lang­sungan kehidupan manusia. Dengan air, kita mampu mel­akukan kegiatan sehari-hari dan mengkonsumsinya agar tetap bertahan hidup. Bahkan bukan hanya manusia saja yang membutuhkan, semua makhluk hidup sangat mem­butuhkan air. Bisa dilihat bahwa sebagian besar kawa­san bumi tertutupi oleh air, sehingga dapat dikatakan bah­wa air merupakan denyut nadi untuk kelangsungan ke­hidupan dan peradaban ma­nu­sia.

Ketersediaan air bersih dipengaruhi oleh suatu iklim. Hubungan yang kompleks antara iklim, tanaman dan faktor tanah sebagaimana terlihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 1. Hubungan antara Iklim, Tanah, dan Tanaman.

Sumber: climate4life.info

Pengaruh iklim terhadap tanaman dapat kita uraikan berdasarkan peran masing-masing unsur iklim. Di antaranya yang signifikan mempengaruhi tanaman adalah siklus air hujan. Iklim adalah rata-rata cuaca dimana cuaca merupakan keadaan atmosfer pada suatu saat di waktu tertentu. Iklim didefinisikan sebagai ukuran rata-rata dan variabilitas kuantitas yang relevan dari variabel tertentu (seperti temperatur, curah hujan atau angin), pada periode waktu tertentu, yang merentang dari bulanan hingga tahunan atau jutaan tahun. Iklim berubah secara terus menerus karena interaksi antara komponen-komponennya dan faktor eksternal seperti erupsi vulkanik, variasi sinar matahari, dan faktor-faktor disebabkan oleh kegiatan manusia seperti misalnya perubahan pengunaan lahan dan penggunaan bahan bakar fosil.

Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tentang Kerangka Kerja Perubahan Iklim (United Nations Framework Convention on Climate Change/UNFCCC) mendefinisikan Perubahan iklim sebagai perubahan iklim yang disebabkan baik secara langsung atau tidak langsung oleh aktivitas manusia sehingga mengubah kompoisi dari atmosfer global dan variabilitas iklim alami pada perioda waktu yang dapat diperbandingkan. Komposisi atmosfer global yang dimaksud adalah komposisi material atmosfer bumi berupa Gas Rumah Kaca (GRK) yang di antaranya, terdiri dari Karbon Dioksida, Metana, Nitrogen, dan sebagainya.

Pada dasarnya, Gas Rumah Kaca dibutuhkan untuk menjaga suhu bumi tetap stabil. Akan tetapi, konsentrasi Gas Rumah kaca yang semakin meningkat membuat lapisan atmosfer semakin tebal. Penebalan lapisan atmosfer tersebut menyebabkan jumlah panas bumi yang terperangkap di atmosfer bumi semakin banyak, sehingga mengakibatkan peningkatan suhu bumi, yang disebut dengan pemanasan global.

Kebakaran hutan Riau yang terjadi pada tahun 2019 Kementerian Kehutanan meyakini adanya oknum tertentu yang membuat terjadinya kebakaran hutan di Riau seluas 10 ribu hektar lebih. Rata-rata daerah riau sebagian adalah tanah gambut dan gambut tidak mudah terbakar, gambut akan terbakar jika terjadi keadaan kering dan musim kemarau danakhirbya terbakarlah hutan tersebut. Efek ialah asap dari kebakaran tersebut. Asap gambut sangat parah dengan perbandingan satu hektar lahan gambut yang terbakar asapnya sama seperti seribu hektar lahan biasa yang terbakar.

Gambar 2. Kebakaran Hutan Riau 2019

Sumber: Okezone.com.

Selain kebakaran hutan, penebangan hutan juga berpengaruh terhadap siklus daur air. Misalnya penebangan hutan yang terjadi akibat adanya pembangunan ibukota di Kalimantan. Dampak yang terjadi penebangan hutan yaitu tidak terserapnya air hujan secara maksimal, karena akar pohon sudah tidak bisa menyerap air secara baik. Sehingga air yang harusnya terserap kedalam tanah akan tetapi langsung turun kepermukaan yang mengakibatkan terjadinya banjir dan longsor.

Gambar 3. Penebangan Pohon.

Sumber: Republika.co.id.

Iklim tentunya berpengaruh terhadap ketersediaan air, seperti yang terdapat pada berita tahun 2019 yang dilansir dari Kumparan.com yang berjudul “Warga Alami Krisis Air Bersih Usai Banjir Bandang di Sentani, Jayapura” tepatnya pada tanggal 19 Maret. Banjir bandang tersebut diakibatkan adanya hujan yang begitu deras sehingga berpengarus untuk mendapatkan air bersih.

Warga Sentani, Kabupaten Jayapura, Papua, mengalami krisis air bersih usai banjir bandang yang melanda, Sabtu (16/3). Sebanyak 3.723 pelanggan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) di wilayah Sentani dan sekitarnya di Kabupaten Jayapura terpaksa berhenti total. Menurut Direktur PDAM Jayapura, Entis Sutisna, berhenti totalnya para pelanggan ini akibat kondisi sumber air bersih warga di Pos 7 Sentani milik PDAM, keruh. Beberapa pipa distribusi dan transmisi patah serta bergeser saat banjir bandang di Sentani.

“Dari hasil pemantauan yang kami lakukan, ternyata pelayanan PDAM di Sentani berhenti total. Ini artinya tak ada air yang mengalir ke pelanggan. Sebab sumber air PDAM di Pos 7 Sentani mengalami kerusakan dan kondisi air sangat keruh sekali serta tak layak konsumsi pasca banjir bandang melanda,” jelas Entis, Selasa (19/3). Menurut Entis, pipa transmisi dan distribusi berdiameter 10 sentimeter dengan kapasitas 120 liter per detik mengalami kerusakan terkena longsoran. “Kedua pipa itu tergeser lalu putus. Ini menyebabkan pasokan air ke warga Sentani tak bisa dilakukan,” paparnya.

Entis mengatakan untuk mengatasi krisis air di Kabupaten Jayapura, pihaknya akan melakukan droping air bersih ke posko-posko tempat para pengungsi. Air yang didistribusi ini bersumber dari Padangbulan dan juga sudah meminta ke Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia (PUPR) untuk menambah mobil tangki air untuk pendistribusian air bersih. Selain itu, kata Entis, pihak PDAM juga berusaha untuk mencari sumber-sumber air yang baru dan bisa dimanfaatkan agar warga Sentani bisa segera mendapatkan air bersih.

Negara Indonesia merupakan negara yang terhitung njumlah ketersediaan airnya cukup, tetapi dibeberapa wilayah Indonesia masih minim sekali untuk mendapatkan air bersih. Misalnya wilayah jayapura, papua dan sekitarnya.

Seharusnya setiap tanggal 22 Maret diperingati warga Kota Jayapura secara khusus tapi juga Papua secara umum. Namun, tidtak ada peringatan berupa aksi atau seminar ilmiah soal air. Instansi pemerintah dan swasta yang selama ini bertanggung jawab mengelola air seperti Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) terkesan tak mau ambil pusing. Hari air sedunia, 22 Maret, tiap tahun terkesan dianggap sepele. Tidak diperingati. Tanggal 22 Maret 2020 tahun ini juga mengalami hal serupa seperti sebelumnya. Semua orang khsusnya yang diam di Jayapura, terkesan malas tahu dengan air. PDAM pun demikian.

Berita dan info terkait ketersediaan air yang minim di Papua pun tak pernah ada habisnya setiap tahun, selalu berkaitan dengan “ketersediaan air yang minim”. Tim Ekspedisi NKRI koridor Papua bagian selatan menemukan masih banyak daerah yang kesulitan air bersih, terutama di Kabupaten Asmat dan Mappi. Masyarakat setempat bahkan harus mandi menggunakan air rawa. Seperti dikabarkan dalam surat kabar online pada tahun 2017 tepatnya pada Minggu, 29 Okt 2017 20:22 WIB yang ditulis oleh Ahmad Bil Wahid pada surat kabar online detikNews dengan judul Sejumlah Daerah di Papua Kesulitan Air Bersih, Warga Mandi di Rawa”.

"Jadi airnya itu warnanya merah dan tidak bisa dipakai karena itu air rawa. Paling tidak itu untuk menyiram habis buang air besar, tapi kalau untuk mandi dan konsumsi itu lebih ke air hujan," kata peserta Ekspedisi NKRI sub-korwil Asmat, Ni Komang Sri Andayani saat ditemui di Jalan Brawijaya, Merauke, Minggu (29/10/2017). Karena kondisi itu banyak warga yang harus mandi menggunakan air hujan. Apabila persediaan air hujan di penampungan habis, mereka harus pergi ke pelabuhan untuk mandi. Komang mengatakan, warga di sana tak hanya kesulitan air bersih untuk mandi. Mereka bahkan harus membeli air galon yang harganya mahal untuk dikonsumsi. "Mereka belinya galon seharga sampai Rp 100 ribu, malah sampai Rp 200 ribu saking sulitnya air," ujar Komang.

Kesulitan air bersih juga didapati tim Ekspedisi di Kabupaten Mappi. Karena mandi menggunakan air rawa banyak warga yang terserang penyakit ISPA. Ternyata air yang mereka gunakan yaitu air rawa yang tidak mengalir dipakai mandi, wajar saja mereka terkena penyakit kulit. Selain itu juga dinyatakan oleh peserta ekspedisi bahwa masyarakat mandi tidak menggunakan sabun mandi.

Wakil Bupati Asmat, Thomas E. Safanpo mengatakan bahwa masalah air bersih memang merupakan masalah terbesar di Kabupaten Asmat. Karena itu, ia berharap semua pihak juga menggarap masalah air bersih tersebut. Diberitakan pada surat kabar online Republika.co.id berjudul “Krisis Air Bersih Jadi Masalah Terbesar Warga Asmat” pada tanggal 8 Februari 2018.

"Nah itu yang menjadi masalah terbesar kami, karena kita tahun 2006 kita pernah lakukan survei geolistrik sumber air bersih yang layak dikonsumsi ada di kedalaman 220 meter di bawah permukaan tanah dan kalaupun dilakukan pemboran itu membutuhkan teknologi yang tinggi dan mahal," ujar Bupati Asmat. Sebelumnya, kata dia, pihaknya juga pernah melakukan kerja sama dengan pihak TNI yang menawarkan mesin pengolah air laut menjadi air bersih. Namun, menurut dia, kondisi tanah di Kabupaten Asmat tidak memungkinkan karena berlumpur, sehingga menjadi kendala tersendiri.

"Tapi kita terus mengupayakan bagaimana untuk mengelola air bersih, seperti di Agats sendiri kita ada lakukan instalasi di rawa yang mini, hanya masih dihitung apakah mencukupi untuk kebutuhan kita di sini. Karena rawa ini volumenya tidak terlalu besar dan tidak ada mata air," jelas Thomas. Untuk mengatasi masalah air bersih ini, lembaga filantropi Islam, Aksi Cepat Tanggap (ACT) juga akan mencoba melakukan peninjauan ke distrik-distrik yang ada pedalaman. General Manager ACT, Lukman Azis mengatakan bahwa hasil temuan di Asmat akan dibicarakan lagi di Jakarta untuk mengatasi persoalan air bersih tersebut.

Selanjutnya pada tahun 2020 terdapat berita berjudul “Upaya PDAM Atasi Krisis Air Bersih di Kota Jayapura” tepatnya pada tanggal 24 Februari yang di terbitkan oleh berita online Kumparan.co.id. itu berarti bahwa sampai saat ini krisis air bersih terus berlanjut tanpa solusi yang terselesaikan.

Saat ini wilayah Kota Jayapura dan sekitarnya dilanda krisis air bersih. Akibatnya, untuk mendapatkan air bersih dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Jayapura, digunakan sistim bergilir. Inilah sejumlah permasalahan dan upaya yang akan dilakukan PDAM Jayapura. Menurut Kepala Kantor Unit Pelayanan Pelanggan (KUPP) Jayapura Selatan PDAM Jayapura, Sulistiyono, untuk wilayah yang dikeluhkan masyarakat seperti di Entrop dan Hamadi, pasokan airnya dari Jaya Asri, dimana intake air di wilayah itu tak hanya dikelola PDAM Jayapura, tapi juga ada pihak lainnya.

Upaya yang dilakukan pemerintah setempat yaitu melakukan penggiliran oleh PDAM Jayapura kepada 3.700 sambungan rumah di wilayah Entrop dan Hamidi sedangkan di wilayah polimak dan sekitarnya mengandalkan sumber air ajend, namun kondisi di sumber air ini menurun drastis. Sehingga PDAM Jayapura hanya berharap dari curah hujan yang turun. PDAM Jayapura bekerjasama dengan Balai Wilayah Sungai Papua akan manfaatkan Danau Sentani sebagai sumber air baku penyediaan air bersih di Kota Jayapura. Proyek ini, telah dilaksanakan sejak 2018 dan dilanjutkan dengan pembangunan Instalasi Pengelolahan Air (IPA), Jaringan Pipa Transmisi, Distribusi  dan Bak Air (Reservoir).

Pihak PDAM Jayapura juga rencananya untuk membangun embung di area dekat sumber air untuk menampung air hujan dan aliran permukaan (run off), sehingga diperoleh cadangan air yang dapat dimanfaatkan saat terjadi musim kemarau atau terjadi penurunan debit air. “Jadi tak benar ada mafia air di lingkungan PDAM. Tapi yang terjadi murni kondisi kemarau panjang, sehingga debit air berkurang,” kata Sulistiyono. 

Upaya Menjaga Sumber Air Bersih

Dikatakan bah­wa air merupakan denyut nadi untuk kelangsungan ke­hidupan dan peradaban ma­nu­sia. Karenanya, sangat diper­lu­kan pelestarian air di muka bumi ini agar semua makhluk bisa bertahan hidup. Air ha­rus dihindarkan dari dampak pencemaran lingkungan agar tidak mengganggu kesehatan manusia. Beri­kut ini be­be­ra­pa cara yang dapat kita laku­kan untuk menjaga ke­lesta­rian dan keberadaan air di bumi ini (sumber:analisadayli/internet).

1. Menjaga kebersihan lingkungan. Keber­sihan ling­kungan adalah hal mutlak yang ha­rus kita jaga demi men­jaga keberadaan air agar tidak tercemar oleh limbah dan kotoran. Menjaga keber­sihan lingkungan akan mem­buat air yang kita pakai dan kita konsumsi tidak sampai tercemar. Adalah tugas bersa­ma untuk selalu menjaga ke­bersihan sungai, selo­kan dan sumber-sumber air yang kita butuhkan.

2. Menghemat pengguna­an air. Peng­gunaan air secara berlebihan dan tidak ber­tang­­gungjawab dapat berakibat pa­da bencana kekeringan. Kita harus bisa mengurangi kebiasaan buruk seperti man­di terlalu lama atau lupa un­tuk menutup keran air setelah mandi. Sebaiknya tidak me­nyiram tanaman di pekarang­an rumah dengan alat pe­nyem­prot, atau membersih­kan kendaraan bermotor de­ngan alat penyemprot karena ini adalah tindakan memuba­zirkan penggunaan air ber­sih. Pemborosan penggunaan air bisa mengakibatkan ber­kurangnya sumber air yang ada dan akan berdampak sa­ngat buruk saat terjadi musim kemarau.

3. Membuang sampah pa­da tempatnya. Keberadaan sam­pah di dalam saluran air atau di sungai selain menye­babkan pencemaran, dapat pu­la menyebabkan bencana banjir. Me­numpuknya sam­pah di selokan akan menutup aliran air sehingga air akan meluber hingga ke jalan, bah­kan bila volume airnya terus bertam­bah akan meng­genangi rumah-rumah di se­kitarnya. Sungai yang sudah tercemar oleh sampah pun pada akhirnya tidak dapat lagi dimanfaatkan oleh ma­syarakat sekitar sungai untuk mandi atau sebagai sumber air bersih untuk dikonsumsi.

4. Mengurangi pengguna­an bahan kimia berbahaya. Meminimalkan penggunaaan bahan kimia dalam kehidup­an sehari-hari merupakan sa­lah satu cara yang sangat tepat untuk melindungi perairan dari cemaran bahan berba­ha­ya. Ketika bahan-bahan ki­mia yang telah dipakai larut dalam air, maka bahan-bahan tersebut akan dapat merusak ekosistem air. Misalnya zat-zat kimia yang ada di air akan dapat menghancurkan alga-alga yang merupakan ma­kan­an plankton. Selain tentu saja tidak bisa lagi dimanfaatkan oleh manusia untuk kehi­dup­annya.

5. Tidak sembarangan mem­buang bahan kimia. Bahan-bahan kimia yang di­perguna­kan dalam kehidupan sehari-hari ternyata juga da­pat berbahaya bagi kelestarian air dan dapat merusak lapisan atmosfer bumi. Bahan kimia yang dapat berubah jadi gas, apabila lepas ke udara akan menyebabkan pen­cer­maran udara yang dapat memperbu­ruk kese­hatan manusia dan makhluk hidup lainnya. Se­baiknya tidak membuang cat, oli, minyak, atau bahan kimia lainnya ke dalam air sungai karena dapat membu­nuh ekosistem dalam sungai. Bahan-bahan kimia itu dapat ditanam sehingga dampak ter­papar kepada manusia da­pat diminimalisir.

6. Mendaur ulang barang bekas. Beberapa masyarakat memiliki tabiat buruk dengan membuang barang-barang be­kas atau sampah rumah tangganya ke dalam sungai atau sa­luran air. Padahal se­benarnya barang-barang be­kas itu masih bernilai eko­no­mis bila didaur ulang. Sam­pah dapur berupa sayuran yang sudah tidak terpakai bi­sa dibuat pupuk kom­pos, se­mentara sampah kering se­perti botol air mineral masih bisa dijual ke pengepul ba­rang-barang bekas dan bisa didaur ulang kembali oleh pabrik plastik.

7. Mencegah penebangan pohon secara liar. Penebang­an pohon di hutan-hutan lin­dung dapat memengaruhi ke­tersediaan air di lingkungan sekitarnya. Akar pohon yang kuat adalah tempat menyim­pan air yang akan mencegah kekurangan air di mata air pada saat musim kering. Bila pohon-pohon di hutan diba­bat habis, maka ketersediaan air ke daerah perkotaan akan minim. Keberadaan pohon-pohon juga dapat mencegah bencana banjir dan tanah longsor.

8. Menghijaukan kembali hutan. Dengan melaksanakan reboisasi atau menanam kem­bali pohon akan dapat me­ngu­rangi dampak kerusakan hutan. Hijaunya hutan kem­bali akan dapat menyediakan air bersih untuk dapat digu­nakan oleh manusia. Penye­diaan air alami dari hutan untuk dikonsumsi masyara­kat perkotaan adalah lebih baik dari pada pemrosesan air secara kimia dari sungai-su­ngai yang telah tercemar. Hu­tan yang hijau mampu memberikan mata air alami dan kebersihan airnya lebih terjamin.

9. Tidak membuang lim­bah pabrik ke dalam sungai. Pemerintah perlu membuat aturan yang ketat agar pabrik tidak mem­buang limbahnya secara langsung ke dalam alir­an sungai. Pabrik-pabrik wajib menye­di­akan lahan khusus untuk memproses limbah­nya sebelum dibuang ke aliran sungai. Limbah pab­rik yang biasanya adalah bahan kimia sangat berba­ha­ya dapat merusak eko­sistem air sungai dan tidak bisa di­manfaatkan lagi oleh manu­sia.

10. Mengecek saluran pipa secara rutin. Perlu diadakan pengecekan saluran pipa air bersih yang mengalir ke ru­mah-rumah masyarakat. Ini untuk mencegah kebocoran pipa dan pemborosan air aki­bat terbuangnya air secara per­cuma dalam volume yang cukup besar. Usia pipa besi saluran air pun harus diper­kirakan kapan waktunya di­ganti, karena besi biasanya me­lepaskan zat-zat kimia ber­bahaya bisa telah mengalami pengaratan. Saat ini pipa pa­ralon dari campuran plastik dan karet dinilai lebih aman daripada pipa besi yang bisa berkarat.

11. Menjaga kestabilan ketersediaan air bersih dari sumber-sumber air. Hutan lin­dung adalah satu-satunya penyedia air bersih alami dari sumber mata air alami. Ke­ter­sediaan air dari sumber mata air alami ini hanya dapat dijaga kestabilannya dengan menjaga kelestarian hutan alami di sekitar mata air. Hu­tan harus benar-benar dice­gah dari upaya pengalihan fungsinya atau dari upaya penebangan liar.

12. Menggunakan shower ketika mandi. Shower diya­kini dapat mengurangi peng­gunaan air saat kita mandi. Jika memakai gayung, gu­yur­an air ke tubuh tidak men­jang­kau seluruh bagian tu­buh sehingga memerl­ukan volume air yang lebih banyak ketim­bang menggunakan shower.

13. Tidak menggunakan air sumur secara berlebihan. Sumber air dari dalam tanah atau sumur tentu sangat ter­gantung dari resapan air hu­jan ke dalam tanah. Penggu­naan air sumur secara seram­pangan dan berlebihan dapat menyebabkan turunnya per­mukaan tanah akibat air da­lam tanah berkurang drastis. Pada musim kemarau, keter­sediaan air sumur bisa sangat berkurang bahkan tidak ada sama sekali. Karena air su­mur sangat tergantung pada curah hujan, maka sebaiknya penggunaannya dibatasi ja­ngan sampai berlebihan.

Manfaat Air Bila minum banyak air bersih dan jernih, maka hal tersebut akan memacu peningkatan kesehatan Anda, di mana para peneliti menemukan bahwa, makin hari makin banyak keuntungan dengan minum air dalam jumlah yang cukup bagi kesehatan, termasuk: Pencernaan dan metabolisme yang lebih baik. Minum air dalam jumlah yang cukup menjadikan baik pencernaan maupun metabolisme dapat bekerja pada kapasitas maksimalnya. Faktanya, penelitian terbaru dari University of Utah menyatakan bahwa kekurangan air dapat menyebabkan menurunnya metabolisme. setiap orang akan mampu bekerja lebih keras/berat bila mendapatkan air yang cukup. Sebagai tambahan, air dapat memperkuat daya tahan tubuh. Karena air dapat menaikkan simpanan glycogen, suatu bentuk dari karbohidrat yang tersimpan dalam otot dan digunakan sebagai energi saat bekerja.

Air memang tidak akan pernah habis, karena Siklusnya akan terus berlangsung. Namun, setiap manusia harus menjaga siklus air tersebut dengan cara merawat tanaman-tanaman disekitar supaya air tersebut tetap jernih.

#bwkehati#hariairsedunia#bwchallenge

Tentang Penulis
Ghina Aulin Naja
IPB University

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

2020-03-30
Difference:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *