Kunjungan Mahasiswa Biologi UPI ke Herbarium Bandungense dan Museum Zoologi Bandung

Aktivitas, Ekowisata, Flora, Fungi, Kehutanan, Satwa
Kunjungan Mahasiswa Biologi UPI ke Herbarium Bandungense dan Museum Zoologi Bandung
11 Juni 2023
772

Indonesia merupakan negara tropis sehingga mendapat pencahayaan sepanjang tahun. Melimpahnya energi matahari mendukung pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup. Topografi Indonesia yang beragam juga mendukung keberadaan makhluk hidup. Topografi membentuk banyak relung kehidupan dan mikrohabitat yang subur. Keberadaan geografis Indonesia tersebut mendukung keanekaragaman hayati (Disebut juga sebagai biodiversitas), sehingga Indonesia dijuluki dengan negara dengan megabiodiversitas.

Indonesia, negara kepulauan dengan jumlah pulau sekitar 17.548 pulau dan laut seluas 5.3 juta km2. Indonesia menempati peringkat pertama untuk coral terbanyak di dunia (590 species), tingkat kedua untuk biodiversitas mamalia (515 species), tingkat ketiga untuk biodiversitas tumbuhan (37.000 species), tingkat keempat untuk keanekaragaman hayati primata (35 species), tingkat kelima untuk keanekaragaman burung (1.592 species), dan tingkat keenam untuk keanekaragaman amphibi (270 species).

Macodes javanica (Dok. KPA Biocita Formica, 2022)

Biodiversitas memiliki peran penting bagi kehidupan karena bagian penting atau building-block untuk semua ekosistem. Bagi manusia, biodiversitas merupakan sumber pangan, papan, dan sandang, serta dapat menjadi sarana rekreasi. Biodiversitas, selain berperan di dunia sains, biodiversitas erat hubungannya dengan sosial dan kultur budaya. Beberapa contohnya adalah pemanfaatan madu hutan oleh masyarakat adat Baduy dan tas anyaman dari pandan dan rotan oleh suku Dayak.   

Rusaknya biodiversitas memiliki banyak dampak, baik terhadap individu mahluk hidup sendiri hingga ketahanan hidup suatu species. Hilangnya suatu species mengurangi daya dukung ekosistem karena ada peran yang juga hilang. Pada manusia, kerusakan biodiversitas mengurangi sumber kehidupan, termasuk di dalamnya sumber ekonomi. Contohnya, punahnya tumbuhan tertentu yang berperan sebagai warna alami dapat menyebabkan manusia memproduksi pewarna kimia. Produksi pewarna kimia, selain menambah biaya produksi juga menambah limbah yang merusak lingkungan.

Katak Tanduk-jawa (Megophrys montana) (Dokumentasi Azmah, 2022)

Katak Tanduk-jawa (Megophrys montana) (Dokumentasi Nuurrrahmani, 2022)

Pentingnya biodiversitas bagi seluruh makhluk hidup, mendorong manusia untuk menjaga anugrah dari Tuhan ini. Salah satunya adalah dengan melakukan koleksi hayati. Koleksi hayati merupakan koleksi atau penyimpanan berbagai material biologi secara sistematis. Koleksi hayati sebagian besar disimpan di museum sejarah alam atau sains, di universitas, pusat penelitian, atau bahkan dalam koleksi pribadi. Melalui koleksi hayati, biodiversitas dapat lebih mudah dipahami, dengan demikian juga mendukung konservasi. Adanya koleksi hayati yang bisa diamati langsung membantu pemahaman dan pendidikan mengenai makhluk hidup, khususnya pada kalangan akademik. Koleksi hayati juga dapat menjadi sarana rekreasi yang edukatif.

Secara akademik dan saintifik, koleksi hayati menjadi sumber materi genetik untuk identifikasi molekuler. Karena berupa benda fisik, memungkinkan para ahli untuk mengamati morfologi eksternal dan internal suatu spesimen. Pada koleksi hayati, terdapat type specimen yang dapat digunakan para ahli untuk merujuk dan mendeskripsikan species. Kegiatan koleksi hayati dapat membantu pencatatan spesimen dari berbagai periode dan habitat, sehingga memberi informasi terkait persebaran geografis berbagai organisme. Koleksi hayati yang secara fisik dapat diamati menjadi alat yang penting dalam kegiatan pendidikan dan sains populer. Peran penting koleksi hayati lainnya adalah mendukung berbagai penelitian; biosistematika, taksonomi, evolusi, agrikultur, kesehatan dan pengobatan, kriminalitas, seni, pendidikan, dan lainnya. 

Pembelajaran mengenai koleksi hayati dipelajari di beberapa universitas di Indonesia, salah satunya di Departemen Pendidikan Biologi, FPMIPA, Universitas Pendidikan Indonesia. Mata Kuliah Pilihan Koleksi Hayati diampu oleh Prof. Topik Hidayat, M.Si., Ph.D.  Dalam mata kuliah ini, dipelajari dasar-dasar dari koleksi hayati, kegiatan pengawetan, katalogisasi, dan pengelolaan keanekaragaman hayati untuk tujuan penelitian. Dalam mata kuliah ini, koleksi hayati dimaksudkan untuk koleksi spesimen biologi berupa tumbuhan, hewan, dan mikroba. Mata kuliah ini juga mengulas mengenai pentingnya BioBank dan GenBank di era kini.

Kunjungan Ke Museum Zoologi ITB (Dokumentasi Nururrahmani, 2023)

Di tahun ajaran 2022/2023 ini, sebanyak 9 orang mahasiswa semester 6 program studi biologi (non-pendidikan) mengontrak mata kuliah Koleksi Hayati dengan mayoritas alasan ingin mempelajari cara pengawetan organisme. Keinginan mahasiswa terkabul dengan ajakan membuat herbarium yang diberi tambahan sublimat. Seluruh mahasiswa antusias karena sebelumnya hanya pernah membuat herbarium digital di masa Kuliah Online (Pandemi COVID-19). Selain membuat herbarium, mahasiswa juga ditugaskan untuk melakukan manajemen koleksi, yakni mengatur koleksi herbarium yang ada di Lab. Struktur Tumbuhan, FPMIPA UPI.

Di mata kuliah ini, mahasiswa selalu antusias, bahkan di akhir masa perkuliahan yang ditutup dengan kuliah lapangan berupa kunjungan ke Herbarium Bandungense dan Museum Zoologi SITH, Institut Teknologi Bandung. Kunjungan ini bertujuan untuk memberi pengalaman langsung bagaimana kegiatan koleksi hayati, terutama manajemen koleksi hayati secara profesional. Selain itu, kunjungan ini bertujuan untuk mengenalkan mahasiswa salah satu bidang pekerjaan setelah lulus dari program studi biologi, yakni menjadi seorang kurator.

Kunjungan ke Herbarium Bandungense (Dokumentasi Nururrahmani, 2023)

Kunjungan ke Herbarium Bandungense (Dokumentasi Nururrahmani, 2023)

Kegiatan kunjungan dilaksanakan pada Hari Kamis tanggal 7 Juni 2023. Setelah perjalanan sekitar 1 jam dari UPI, mahasiswa dan dosen pembimbing, yakni Prof. Topik disambut oleh kurator museum; Pak Arifin Surya Dwipa Irsyam, M.Si. dan Pak Ganjar Cahyadi, S.Si. Sesampai di gedung museum, kami berganti sepatu dengan alas kaki yang sudah disediakan. Peraturan manajemen ini bertujuan untuk menjaga kebersihan museum.

Gedung museum terbagi menjadi dua, yakni untuk koleksi tumbuhan (Herbarium Bandungense) dan koleksi hewan (Museum Zoologi ITB). Kunjungan ke Herbarium bandungense dipandu oleh Pak Arifin. Herbarium bandungense merupakan Herbarium tertua setelah Herbarium Bogoriense yang dibentuk oleh beberapa ahli botani berkebangsaan Belanda. Herbarium Bandungense sudah terdaftar secara internasional dengan kode FIPIA dengan jumlah koleksi 14.000 spesimen. Awetan yang paling banyak adalah awetan kering dari kelompok eudicots, yang jumlahnya mencapai 10.000 spesimen. 

Spesimen di Herbarium bandungense tersimpan pada dua ruang, ruang display dan ruang awetan kering. Di ruang display terdapat banyak tabung-tabung kaca yang berisi awetan basah. Koleksi pertama yang dikenalkan pada mahasiswa adalah buah jambu mangrove atau Kjellbergiodendron celebicum dari familia Myrtaceae yang berasal dari Sulawesi. Spesimen unik ini tidak begitu terlihat jelas bentuknya dari luar kaca. Alkohol 70% yang mempreservasikan spesimen ini mulai berubah warna akibat kandungan fitokimia dari buah. Pak Arifin bercerita bahwa buah jambu mangrove yang masak berwarna merah muda, dan daging buah buni ini memiliki rasa yang enak. Sayangnya, buah ini berbau pesing dan diduga, bau ini mengundang hewan-hewan untuk memakan dan membantu persebaran biji. 

Koleksi Suweg (Dokumentasi Nururrahmani, 2023)

Koleksi Suweg (Dokumentasi Nururrahmani, 2023)

Koleksi selanjutnya adalah koleksi buah mangga. Pertama, terdapat Mangifera lalijiwa yang rasanya sesuai dengan kalimat masa kini; “rasanya enak banget sampai kayak mau meninggal”. Mungkin, pada saat itu ungkapan yang tepat adalah rasa mangga ini enak sekali sampai bisa melupakan jiwa dalam raga. Mangga lalijiwa ini kini sulit ditemui, koleksi ini ditemukan di Pamengkasan, Madura dengan individu pohon yang tersisa sebanyak 3 buah. Selanjutnya, terdapat Mangifera gedebe yang memiliki bentuk gepeng, mesokarp atau daging buah yang tipis, dan memiliki rasa yang masam. Bentuk buah yang gepeng ini dikarenakan tumbuhan beradaptasi untuk tumbuh ditempat yang banyak air dan melakukan persebaran biji secara hidrokori.

Di herbarium bandungense, juga terdapat koleksi buah maja asli (Aegle marmelos) yang berbeda dengan maja palsu, berenuk (Crescentia cujete). Saat ini, buah berenuk lebih banyak dibudidayakan dibandingkan buah maja asli. Buah berenuk berasal dari Benua Amerika dan dibawa ke Indonesia pada masa kolonial. Buah maja asli dibawa oleh pedagang india yang selain berdagang di Indonesia, juga menyebarkan ajaran agama Hindu Budha. Di India, maja asli dikeramatkan sebab daunnya yang trifoliate melambangkan trimurti. Koleksi buah maja ini memerlukan penanganan khusus berupa penggantian alkohol satu minggu sekali karena memiliki kandungan tanin yang mengubah warna alkohol. 

Koleksi lainnya yang berasal dari luar pulau Jawa, yakni Riau adalah buah derendan. Buah dengan rasa masam ini satu kelompok dengan buah duku, pisitan, dan kokosan, Dan sering disebut dengan saudara liar buah duku. 

Herbarium yang sedang diamati  (Dokumentasi Nururrahmani, 2023)

Herbarium yang sedang diamati  (Dokumentasi Nururrahmani, 2023)

Selain koleksi yang ditunjukan, mahasiswa juga diberi Informasi mengenai tumbuhan rekaman terbaru, di luar Catatan tanaman yang ada di buku Flora Pegunungan Jawa. Saat ini, Herbarium Bandungense sedang berfokus dalam mengumpulkan tumbuhan rekaman baru  yang ternaturalisasi di Indonesia. Salah satunya Syngonium reinwardtii. Tanaman hias ini bukanlah jenis asli Indonesia, akan tetapi karena telah ternaturalisasi. Species ini ditemukan di beberapa lokasi baru, contohnya di daerah bogor dan Jatinangor. Umumnya, Syngonium reinwardtii ditemukan di bantaran sungai Dan sekitar tempat sampah. Diduga, tanaman ini bisa tersebar karena ketika masyarakat memangkas tumbuhan ini, tidak dibakar, tetapi dibuang begitu saja. Akibatnya tumbuhan ini tetapi hidup Dan bisa berkembang biak. 

Herbarium Bandungense memiliki satu lemari display yang  berisi koleksi Fabaceae (kacang-kacangan) dan Cucurbitaceae (labu-labuan). Salah satu koleksi fabaceae yang menarik adalah Entada atau petai raksasa. Ukurannya sekitar setengah meter, dan diperkirakan ketika diawetkan usia buahnya masih muda. Berlanjut pada koleksi cucurbitaceae, salah satunya berisi koleksi loofah yang saat ini sedang terkenal akan perannya sebagai pengganti spon sintetis. Dikoleksi ini, Pak Arifin mengaitkan peran buah labu pada cerita cinderella secara ilmiah. Buah labu dipilih oleh ibu peri, sebab secara ilmiah buah labu merupakan buah pepo yang akan keras/ seperti kayu bila terlalu masak. Sehingga, pada cerita cinderella, masuk akal apabila buah labu disihir menjadi kereta kencana.

Mahasiswa ditunjukan pula koleksi rempah nusantara, diantaranya andaliman yang biasa digunakan di masakan Batak, vanilla, dan cabai jawa. Di koleksi tanaman aromatik, mahasiswa diberi kesempatan untuk menghidu wangi getah kemenyan arab (Boswellia), kayu gaharu, dan kemenyan (Styrax). Getah atau resin Boswellia digunakan untuk melakukan pembalseman pada mumi, gaharu untuk parfum, dan kemenyan untuk wewangian meditasi. 

Selanjutnya, terdapat koleksi tanaman halusinogen. Bila dikaitkan pada cerita fiksi, kelompok solanaceae (tomat dan terong-terongan) seringkali melambangkan penyihir. Contohnya adalah tomat (Solanum lycopersicum). Lycopersicum pada tomat berasal dari dua kata; lyoco yakni manusia serigala dan persicum; buah persik. Pada biji tomat muda, terdapat alkaloid tropan yang bila masuk ke dalam sistem saraf pusat dapat menghambat neurotransmitter. Akibatnya, orang yang mengkonsumsi menjadi halusinasi kesulitan bicara. Ketika berbicara, seperti melolong bagai serigala. Buah apel (Malus; something evil), pada bijinya juga mengandung sianida, sehingga seringkali dilambangkan akan racun (cerita fiksi Snow White misalnya). Tentu saja, apabila hanya makan dalam jumlah sedikit tidak berefek apa-apa.

Setelah menjelaskan tanaman halusinogen, mahasiswa ditunjukan koleksi varietas beras dari berbagai daerah di Indonesia sebelum mengalami peraturan revolusi hijau. Kini beberapa varietas padi masih bisa ditemukan di wilayah adat. Koleksi biji-bijian lainnya adalah biji bersayap dari familia Dipterocarpaceae. Shorea macrophylla atau tengkawang ini dapat menjadi sumber mentega. Dikoleksi dari wilayah Kalimantan.

Selain awetan basah dan kering, terdapat pula awetan berupa koleksi fosil Dari zaman Epoch-Oligocene dengan substrat berupa batu endapan. Koleksi fosil ini berasal dari Sundaland dan mayoritas ditemukan di Gunung Walat, Sukabumi. Terdapat pula fosil kayu yang ditemukan oleh Pak Arifin di Jatinangor. Koleksi fosil tanaman telah diidentifikasi hingga tingkat familia dan beberapa hingga tingkat genus.

Awetan kering berupa herbarium disimpan di ruang awetan kering, dan disimpan dalam lemari-lemari yang diurutkan secara alfabetis berdasarkan nama familianya. Herbarium yang disimpan di herbarium bandungense tidak menggunakan sublimat (pengawet), sehingga dapat diidentifikasi secara molekuler. Selain berisi lemari koleksi, terdapat meja khusus untuk identifikasi. Di meja ini, mahasiswa juga ditunjukan herbarium dan artikel rujukan. Di ruangan ini, terdapat pula rak yang berisi awetan basah yang sedang diteliti, diantaranya berasal dari Familia Orchidaceae (Anggrek) dan Nepenthaceae (Kantong semar).

Koleksi Awetan Basah Anggrek (Dokumentasi Nururrahmani, 2023)

Koleksi Awetan Basah Anggrek (Dokumentasi Nururrahmani, 2023)

Manajemen dan perawatan koleksi yang dilakukan oleh pak arifin selaku kurator diantaranya adalah mengganti alkohol pada awetan basah. Umumnya, Alkohol yang digunakan adalah alkohol 70%. Akan tetapi, untuk awetan yang memiliki organ berselaput, digunakan gliserin dan alkohol 70% dengan perbandingan 3:1. Lama waktu pergantian alkohol menyesuaikan pada taksa. Terdapat beberapa spesimen yang harus sering diganti (contohnya, maja asli), terdapat pula yang diganti saat sudah mulai menguap. Semakin banyak kandungan fitokimia pada spesimen, maka alkohol mudah berubah warna dan memerlukan penggantian. Pada awetan kering, khususnya awetan buah (karpologi), permukaan spesimen dibersihkan dari debu dengan menggunakan brush make up agar tidak merusak permukaan spesimen. Spesimen biji-bijian seperti beras dibersihkan satu-persatu dibawah mikroskop. 

Koleksi kupu-kupu dari pegunungan manokwari, papua (Dokumentasi Nururrahmani, 2023)

Koleksi kupu-kupu dari pegunungan manokwari, papua (Dokumentasi Nururrahmani, 2023)

Setelah kunjungan di Herbarium Bandungense, mahasiswa melanjutkan kunjungan ke Museum Zoologi dengan dipandu oleh Pak Ganjar. Di bagian depan museum, mahasiswa disambut oleh awetan taxidermi Harimau yang merupakan sumbangan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia. Selain harimau ini, di dalam museum ini terdapat pula awetan-awetan hewan asli yang menakjubkan. Awetan dapat berasal dari KLHK, sitaan BKSDA, sisa dari penelitian, bahkan hewan dari sekitar kampus ITB Jatinangor yang telah mati (Contohnya kelelawar  buah) yang tentunya sudah terdapat administrasi yang legal.

Di awal pemanduan, pak ganjar menjelaskan alasan penggunaan kaca untuk awetan basah. Pertama, kaca merupakan bahan inert yang tidak bereaksi dengan larutan di dalamnya, kedua kaca memudahkan pengamatan akan koleksi, dan ketiga, penggunaan kaca mencegah terbentuknya karat. Sama seperti pada awetan di herbarium, alkohol yang digunakan memiliki konsentrasi 70%. Beberapa spesimen tetap ada yang menggunakan formalin sebagai fiksatif, contohnya sirip ikan, untuk membuka sirip (fiksatif). 

Pada tabung kaca, terdapat label yang berisi informasi spesimen. Kertas yang digunakan adalah kertas khusus, anti air, dan tinta yang digunakan adalah tinta laser. Lengkapnya informasi spesimen ini menjadi salah satu dasar pembagian standar. Spesimen dengan bagian tubuh dan memiliki informasinya lengkap menjadi standar museum, sedangkan spesimen dengan bagian tubuh lengkap, tetapi yang informasinya tidak lengkap menjadi standar praktikum. Contoh kegiatan perkuliahan yang memerlukan spesimen dari museum zoologi itb adalah praktikum mata kuliah anatomi hewan.

Koleksi awetan tulang  (Dokumentasi Nururrahmani, 2023)

Koleksi awetan tulang  (Dokumentasi Nururrahmani, 2023)

Setelah penjelasan mengenai awetan basah, mahasiswa dikenalkan dengan awetan kering, dengan contoh berupa koleksi kupu-kupu dari Pegunungan Manokwari, Papua. Awetan kupu-kupu ini hanya dapat digunakan sebagai hiasan saja, sebab thorax-nya sudah menempel pada kayu. Awetan yang bisa digunakan untuk pengamatan adalah taxidermi, yakni awetan kulit dan burung/rambut dan awetan tulang. Taksidermi dibuat dengan cara mengeluarkan isis tubuh hewan, termasuk lemak yang menempel pada kulit, kemudian dibentuk rangka untuk mengisi tubuhnya. Rangka dapat berasal dari bahan polyurethaan, serutan kayu, kertas dan sabut kelapa. Taksidermi merepresentasikan morfologi eksternal secara utuh dari makhluk hidup, sehingga pada awetan ditambahkan malam untuk membentuk otot dan resin untuk membentuk bola mata. 

Koleksi taksidermi Harimau hasil sumbangan BKSDA  (Dokumentasi Nururrahmani, 2023)

Koleksi taksidermi Harimau hasil sumbangan BKSDA  (Dokumentasi Nururrahmani, 2023)

Saat kunjungan, mahasiswa melihat langsung Koleksi museum zoologi ITB dari taksa vertebrata, diantaranya koleksi amphibi (kodok), reptil (rangka buaya, taksidermi biawak, dan bulus), aves (berbagai taksidermi dan skin mount burung), dan mamalia (rangka dan taxidermy). Selain hewan tingkat tinggi, terdapat juga koleksi avertebrata berupa terumbu karang. Terumbu karang masuk ke dalam museum zoologi sebab simbiosis fitoplankton dengan zooxanthellae. Sama seperti herbarium, di museum zoologi juga terdapat fosil. Salah satunya adalah gigi gajah. 

Perawatan koleksi yang dilakukan oleh pak ganjar kurang lebih sama seperti dengan perawatan koleksi tumbuhan. Masalah yang dihadapi keduanya pun sama, yakni banyaknya serangga coleoptera (kumbang) yang bisa merusak koleksi, debu dari transportasi dan penambangan pasir di Jatinangor, serta getaran dari kendaraan berat. 

Kegiatan kunjungan memberikan kesan yang menarik, sebab selain selain mempelajari cara pengawetan dan manajemen koleksi hayati, kegiatan ini juga memberikan pandangan baru mengenai profesi pekerjaan sebagai kurator. Pak Arifin selaku kurator herbarium menyarankan mahasiswa untuk berlatih membaca paper internasional mengenai taksonomi agar mahasiswa mendapat informasi mengenai taksonomi yang terbaru dan terbiasa dengan gaya bahasa penelitian biosistematika. Pak Arifin juga menyarankan untuk berlatih mengidentifikasi organisme menggunakan kunci determinasi mulai dari awal. Bagi Pak Arifin, nama latin bukan tujuan utama untuk mahasiswa, akan tetapi proses untuk mencapai nama latin ini merupakan hal yang terpenting bagi mahasiswa untuk mempelajari taksonomi. 

Antusias mahasiswa selama perkuliahan hingga kuliah lapangan, menunjukan bahwa mata kuliah koleksi hayati merupakan mata kuliah yang menyenangkan dan menginspirasi. Harapannya, mata kuliah ini dapat menjadi pilihan mahasiswa untuk mempelajari cara pengawetan dan manajemen koleksi hayati. Kegiatan kunjungan juga perlu dilanjutkan untuk menambah daya tarik mahasiswa.

Kenang-kenangan

Kenang-kenangan

 

Tentang Penulis
Azmah Nururrahmani
Universitas Pendidikan Indonesia/ KPA Biocita Formica

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

2024-04-02
Difference:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *