Menurut penelitian Tosepu, (2012) yang menguji tanaman E.crassipes dan C.papyrus dalam penurunan logam berat Pb dan Cd menyatakan bahwa konsentrasi logam berat cadmium dalam penelitian ini terserap lebih banyak tumbuhan E.crassipes dibandingkan dengan tumbuhan C.papyrus. Perbandingan laju penyerapannya menunjukkan bahwa di hari ke-24 E.crassipes mampu menyerap cadmium sampai titik nol, sedangkan C.papyrus kemampuan menyerapnya terlihat pada hari ke-33, logam berat cadmium tidak terdeteksi lagi oleh alat AAS, dalam artian telah mengalami penurunan konsentrasi sampai titik nol.
Menurut Suryati dan Priyanto (2003), menguji kemampuan untuk menurunkan logam Cd dari air yang paling efektif adalah eceng gondok, yaitu dapat menurunkan konsentrasi Cd sampai nol ppm selama 6 hari pengolahan. Rasio nilai konsentrasi Cd dalam akar/daun pada tanaman eceng gondok yaitu sebesar 36 lebih besar daripada tanaman kayu apu yang nilainya 10. Hal ini berarti eceng gondok lebih banyak mengakumulasi Cd dalam jaringan akarnya sedangkan kayu apu lebih mampu untuk mentranslokasikan Cd dari akar ke bagian atas akar (daun).
Menurut penelitian Lestari, dkk., (2011) menyatakan luas penutupan eceng gondok 75% optimal menurunkan Cd sebesar 29,279 %. Waktu tinggal 6 hari optimal dalam menurunkan kadar Cd sebesar 27,211 %. Penurunan kadar Cd disebabkan karena eceng gondok mampu menyerap dan mengakumulasi logam berat dalam jaringan akar dan daun. Proses absorpsi Cd pada eceng gondok dapat dikategorikan sebagai fitoremediasi.
Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.
Terkait