Daftar Merah Si Badak Sumatera

Satwa
Daftar Merah Si Badak Sumatera
14 Oktober 2019
1166

        Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak kekayaan alam, meskipun Indonesia hanya memiliki 1,3 % dari luas permukaan bumi. Kekayaan alam ini meliputi 10 % tumbuhan, 12 % mamalia, 16 % amphibia, 17 % jenis burung, dan lebih dari 25 % jumlah jenis ikan air tawar dan air laut. Hal itu disebabkan Indonesia berada pada dua daerah biogeografik yang berbeda, yaitu Oriental dan Australian Region. Selain itu Indonesia juga memiliki 17.000 pulau yang meliputi berbagai tipe habitat, mulai dari hutan hujan pamah (dataran rendah), hutan bakau, padang sabana, hutan rawa, pegunungan kapur, gunung berhutan lebat, hutan konifer (hutan berdaun jarum) dan pegunungan es.

     Keanekaragaman hayati dan banyaknya habitat yang ada di Indonesia seharusnya menjadi kebanggaan bagi kita semua. Tetapi saat ini habitat dan keanekaragaman hayati yang kita miliki berada pada status terancam. Oleh karena itu kegiatan konservasi keanekaragaman hayati sangat lah diperlukan agar keanekaragaman hayati yang kita miliki dapat terjaga. Selain itu UNEP/CITES dan IUCN, mengakui bahwa saat ini terdapat suatu kritis global dalam konservasi badak.  

      Badak merupakan satwa liar yang memiliki badan besar dan pemakan tumbuhan (herbivora). Ciri utama dari satwa liar ini berada pada tanduk (cula) dibagian depan kepala diatas hidung. Di dunia ada lima jenis badak dan Indonesia memiliki dua jenis dari kelimanya. Dua jenis badak yang ada di Indonesia yaitu badak jawa (Rhinoceros unicornis) yang memiliki satu cula serta badak sumatera (Dicerorhinus sumatrensis) yang memiliki dua cula. Badak sumatera merupakan satu-satunya badak Asia yang memiliki dua cula dan juga badak yang memiliki ukuran terkecil dibandingkan semua sub-spesies badak di dunia, meskipun masih tergolong hewan mamalia yang besar.            

       Tahun 1997, populasi badak Sumatera di seluruh dunia diperkirakan berkisar antara 250 hingga 400 ekor yang tersebar pada daerah Semenanjung Malaysia, Sumatera dan Sabah. Namun pada tahun 2011, perkiraan populasi global spesies ini menjadi sekitar 200 ekor dan diperkirakan bahwa badak Sumatera di Semenanjung Malaysia telah punah, sementara di Sabah, Malaysia dinyatakan punah di alam. Tahun 2014, populasi badak Sumatera diperkirakan kurang dari 100 individu di dunia dengan penyebarannya hanya tinggal di pulau Sumatera dan pulau Kalimantan. Kemudian pada tahun 2018, perkiraan terburuknya adalah tinggal 30 ekor badak Sumatera tersisa di alam, dan populasi alami badak Sumatera yang berada di luar lanskap Leuser diprediksi tidak akan mampu bertahan di alam dalam jangka panjang. Lembaga konservasi dunia IUCN sendiri sudah memberikan klasifikasi pada badak Sumatera sebagai satwa terancam punah dan terdapat pada spesies daftar merah.            

    Tindakan penyelamatan badak Sumatera memang sudah lama dilakukan oleh Pemerintah Indonesia yang bekerja sama dengan berbagai lembaga, seperti Yayasan Badak Indonesia (YABI), Internasional Rhino Foundation (IRF), World Wide Fund for nature and natural resources (WWF), Wildlife Conservation Action for Sumatera (TFCA-Sumatera), dan banyak lagi lembaga lain yang berhubungan dengan upaya penyelamatan badak Sumatera di Indonesia.            

       Selain itu dukungan seluruh lapisan masyarakat dan peraturan perundang-undangan yang baik juga sangat dibutuhkan dalam perlindungan badak Sumatera. Kepedulian masyarakat harus dikembangkan melalui program pendidikan formal dan non-formal yang dilakukan dengan sungguh-sungguh. Sehingga diharapkan akan muncul tenaga profesional yang berdedikasi tinggi dalam menjalankan konservasi badak Sumatera.

 

Sumber :

Http://badak.or.id/siaran-pers-badak-sumatera-berstatus-kritis-hari-badak-sedunia-dirayakan-dalam-rangkaian-liwa-fair-2019-dan-desa-penyangga-taman-nasional-bukit-barisan-selatan/. Diakses pada tanggal 12 Oktober 2019

Http://lingkunganhidup.co/jenis-badak-di-dunia/. Diakses pada tanggal 12 Oktober 2019

Http://www.wwf.or.id/program/spesies/badak­_sumatera/. Diakses pada tanggal 12 Oktober 2019

Sadjudin, H. R., Syamsudi, M., Ramono, W. S. 2013. Status kritis dua jenis badak di Indonesia. Al-Kauniyah Jurnal Biologi, vol 6 (1) 73-84.

 

Tentang Penulis
Maulana Idris

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

2019-10-14
Difference:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *