Bambu, Lingkungan dan Ekonomi

Aktivitas, Kehutanan, Pertanian
Bambu, Lingkungan dan Ekonomi
26 November 2022
821

Bambu merupakan salah satu keanekaragaman hayati Indonesia yang memiliki peran sebagai tanaman konservasi dan nilai ekonomi yang cukup tinggi, dengan memiliki kurang lebih saat ini 1.700 Jenis, dimana 10 persennya tumbuh di Indonesia (170 jenis). Bambu memiliki manfaat besar dalam menahan terjadinya erosi di daerah aliran sungai (DAS), memiliki akar tunjang dan akar serabut yang menutupi tanah dan mampu mengikat agregat  tanah, sehingga dapat mencegah terjadinya erosi di pinggiran sungai. Penanamannya sendiri dapat dilakukan di kemiringan lereng pinggiran sungai antara 70 sampai 80 derajat dan sekali tanam untuk lebih dari 100 tahun.

 

Kelebihan lain dari bambu adalah sebagai bank air dengan kemampuannya untuk menyerap limpasan air begitu banyak. Air dimasukkan ke dalam tanah, kemudian terbentuk bank air, dialirkan melalui urat nadi berupa aliran air di dalam tanah menuju hilir yang nantinya muncul sebagai mata air atau menguatkan mata air yang sudah ada. Walau terbukti sangat banyak, pemanfaatan bambu belum digali secara maksimal karena belum merupakan prioritas pemerintah. Terbatasnya ilmu pengetahuan, teknologi, informasi, penelitian dan modal masih menjadi masalah. Di samping itu, bambu masih dianggap tidak memiliki nilai ekonomi yang tinggi, sehingga bambu masih termarginalkan.

 

Bambu tabah salah satu jenis bambu yang tumbuh di Indonesia, dan banyak ditemukan di Bali. Bambu tabah memiliki kualitas rebung yang cukup enak dan mengandung  HCN yang rendah untuk digunakan sebagai bahan pangan.  Bambu tabah memiliki potensi yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan pendapatan dan ekonomi masyarakat di pedesaan. Produk turunan dari bambu tabah sudah melalui kajian yang dilakukan oleh beberapa mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Udayana; rebung kemasan vakum dan kemasan pouch, rebung pikel kemasan botol, rebung kering, dan tebung rebung sebagai sumber prebiotik. Proses produk rebung dilakukan pada saat musim hujan, karena rebung akan muncul di saat musim hujan, dan tidak muncul di musim kemarau. Pada saat musim kemarau, dimana rebung tidak ada, maka yang diproses adalah produk turunan dari batang bambu tabah seperti produk arang, briket, arang aktif, biochar dan asap cair grade 3 (sebagai fumigasi) dan asap cair grade 1 (sebagai pengawet pangan). Daun bambu tabah diproses sebagai teh herbal untuk mencegah kolesterol. Industri produk turunan bambu dapat membuat lingkungan terjaga, lahan-lahan kritis termanfaatkan  serta pemberdayaan masyarakat berjalan dengan baik. Selengkapnya beberapa produk turunan dari bambu tabah disajikan dibawah ini.

 

Produk turunan bambu tabah dari rebung menjadi beberapa produk yang diproses dengan kemasan vakum, standing-pouch dan kemasan botol. Produk-produk tersebut sudah dikomersialkan oleh Koperasi Produsen Tunas Bambu Lestari yang sudah terbentuk, dengan anggota berasal dari kelompok petani bambu.

 

Produk turunan batang bambu tabah yang diproses menjadi asap cair dengan hasil grade 3 warna masih coklat gelap yang digunakan sebagai fumigasi, dan asap cair grade 1 warna bening yang dapat difungsikan sebagai pengawet pangan, seperti ikan. Produk asap cair ini merupakan hasil penelitian mahasiswa.
 

Produk turunan dari batang bambu tabah berupa arang dan briket serta arang aktif. Briket digunakan sebagai sumber energi dan arang aktif digunakan sebagai bahan penyerap bau, kelembaban, makanan dan juga obat untuk diare seperti Norit.

Produk dari batang bambu yang digunakan sebagai biochar, untuk perbaikan struktur tanah, mengurangi emesi dan biomasa yang secara alami terurai menjadi gas rumah kaca. Selain itu dapat meningkatkan pH dari asam tinggi dan penambahan biochar dalam tanah dapat mengikat air sehingga lebih tersedia bagi tanaman.

 

Produk turunan dari bambu tabah dari daun sebagai minuman herbal yang banyak mengandung asam Fenolat (as. Sinamat, as. Klorogenat, as. Kafeat) mencegah Kolesterol
Pengembangan bambu untuk bahan industri dan bahan makanan. Melibatkan tenaga dari ibu-ibu rumah tangga, petani dan anak muda baik laki maupun perempuan disaat mereka tidak ada kegiatan utama. Hal ini membuat industri pedesaan akan terbentuk dan bisa mengurangi laju urbanisasi untuk mencari pekerjaan di kota.

 

Tentang Penulis
Dr. Ir. Pande Ketut Diah Kencana, MS
Ketua Puslitbang Bambu LPPM Universitas Udayana

Universitas Udayana

Syarat dan ketentuan

  1. Memuat hanya topik terkait keanekaragaman hayati dan lingkungan hidup
  2. Panjang tulisan 5.000-6.000 karakter
  3. Tidak plagiat
  4. Tulisan belum pernah dimuat di media dan situs lain
  5. Mencantumkan nama, jabatan, dan organisasi
  6. Melampirkan foto diri dan biografi singkat
  7. Melampirkan foto pendukung (jika ada)
  8. Mengirimkan tulisan ke [email protected]
  9. Jika akan dimuat dimuat, pihak admin akan menghubungi penulis untuk menginformasikan tanggal pemuatan

Tinggalkan Balasan

Tinggalkan Balasan