WOW Kerennz (Pongo Tapanuliensis) Spesies Orangutan baru di Tapanuli Sumut

Satwa
WOW Kerennz (Pongo Tapanuliensis) Spesies Orangutan baru di Tapanuli Sumut
10 Oktober 2019
717

Orangutan yang sangat menarik perhatian banyak peneliti ini di temukan di wilayah barat indonesia tepatnya Tapanuli Selatan sebagai daerah yang sangat potensial bagi pertumbuhan dan perkembangan orangutan.

Kabar gembiranya, awal bulan November, peneliti mengumumkan penemuan spesies baru orangutan di Sumatra Utara, yaitu Orangutan Tapanuli. Namun, kabar buruknya, habitat mereka di perbukitan Batang Toru kini terancam oleh pembangunan industri dan pertanian.

Satu jenis orangutan baru dengan nama ilmiah  atau orangutan tapanuli dinobatkan sebagai spesies orangutan ketiga setelah Pongo pygmaeus (orangutan kalimantan) dan Pongo abelii (orangutan sumatera). Orangutan Tapanuli menjadi tambahan spesies baru di kelompok kera raksasa dalam kurun waktu satu abad terakhir.

Profesor bioantropologi di Australia National University yang juga salah satu peneliti, Anton Nurcahyo, menuturkan penemuan ini diawali penelitian populasi orangutan Sumatera pada habitat terisolasi yaitu Ekosistem Batang Toru, Tapanuli. Penelitian kemudian dilanjutkan untuk meneliti ekologi, genetik dan populasi.

"Baru awal tahun in setelah kawan-kawan melihat secara genetik mereka berbeda dengan orang utan dari Sumatra sendiri dan Kalimantan, mereka mencoba ingin tahu apakah secara morfologi juga berbeda. Baru kemudian pada awal bulan ini secara saintifik, secara ilmiah spesies baru ini dipublikasikan," ujar Anton kepada BBC Indonesia.

Dalam penelitian tersebut, Anton meneliti dimensi tubuh mereka atau morfologi dari orangutan Tapanuli dengan membandingkannya dengan tengkorak dari saudaranya di Sumatra dan Kalimantan.

"Setelah kita bandingkan, mayoritas dari karakter yang dia miliki itu lebih kecil dibandingkan dibandingkan orangutan yang berasal dari Kalimantan maupun yang dari Sumatra. Kita cukup confident bahwa ini berbeda," kata dia.

"Apalagi gigi taring atasnya, yang dari Tapanuli cukup unik karena dia sementara yang paling besar dibandingkan gigi taring dari orangutan yang dari Kalimantan dan juga dari daerah Aceh dan sebelah barat Sumatra Utara," imbuhnya kemudian.

Perbedaan fisik antara Orangutan Tapanuli dan kedua jenis yang lain:

  • Tengkorak dan tulang rahang Orangutan Tapanuli lebih halus daripada Orangutan Sumatera dan Orangutan Kalimantan
  • Bulunya lebih tebal dan keriting
  • Orangutan Tapanuli jantan memiliki kumis dan jenggot yang menonjol dengan bantalan pipi berbentuk datar yang dipenuhi oleh rambut halus berwarna pirang
  • Mereka berbeda dengan fosil orangutan (berasal dari jaman Pleistosen akhir) berdasarkan ukuran gigi geraham
  • Panggilan jarak jauh (long call) jantan dewasa Orangutan Tapanuli berbeda dengan panggilan dari kedua jenis orangutan lain
  • Orangutan Tapanuli memakan jenis tumbuhan yang belum pernah tercatat sebagai jenis pakan, termasuk biji Aturmangan (Casuarinaceae), buah Sampinur Tali/Bunga (Podocarpaceae) dan Agatis (Araucariaceae).

Selain itu, warna bulu orangutan Tapanuli berwarna kayu manis, berbeda dengan warna bulu orangutan Kalimantan yang coklat gelap dan Sumatra yang berwarna coklat kemerahan.

"Dan juga kita perhatikan misalnya rambut di sekitar mulut dia seperti janggut dan kumis serta bulu-bulu di sekitar bantalan pipi seperti variasi di antara kalimantan dan Sumatra. Dan dari perilaku bersuara, ketika jantan ini bersuara, durasinya lebih panjang dan juga intonasinya atau frekuensinya berbeda dari dua spesies yang ada."

Lalu bagaimana perilaku dari Orangutan Tapanuli ini? Peneliti Bogor yang mempelajari genétika konservasi dari spesies orangutan di Sumatra, Puji Rianti, menjelaskan.

"Sebagian besarnya memang tinggalnya di atas pohon, mereka jarang turun. Tidak seperti kebanyakan yang ada di Kalimantan, mereka banyak main di darat. Tapi untuk orangutan Sumatra pada umumnya, seperti Tapanuli ini, mereka tidak melakukan itu," kata Rianti.

Yang lebih mengkhawatirkan, imbuhnya, lantaran populasinya yang sedikit, hanya 800 ekor, betina yang aktif bereproduksi sangat sedikit.

"Mungkin hanya 1-2 individu yang kita lihat dia punya anak di situ."

Belum lagi, betina orangutan biasanya bereproduksi tiap 8-9 tahun sekali.

Sumber : https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-42140896

 

Tentang Penulis
zulfikar noor

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

2019-10-10
Difference:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *