Stop menunggangi Gajah!!! Gajah bukan satwa untuk ditunggangi

Satwa
Stop menunggangi Gajah!!! Gajah bukan satwa untuk ditunggangi
15 Oktober 2019
2929

STOP MENUNGGANGI GAJAH !!! GAJAH BUKAN SATWA UNTUK DITUNGGANGI  

 

                                                                                        Sumber ; Dokumentasi pribadi 2018

Gajah Sumatera merupakan ‘spesies payung’ bagi habitatnya dan mewakili keanekaragaman hayati di dalam ekosistem yang kompleks tempatnya hidup. Gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus) merupakan jenis mamalia besar yang tersebar sepanjang pulau sumatera. Lembaga konservasi dunia IUCN (International Union for the Conservation of Nature and Natural Resources)pada tahun 2011 menetapkan status Gajah sumatera ke dalam kategori Critically Endangered (CR) atau Kritis, artinya satwa ini berada  diambang Kepunahan. Status CR berada hanya dua tingkat dari status punah di alam liar dan punah sepenuhnya.

Dari itu, mari kita bantu lestarikan satwa peradaban Indonesia ini agar tidak punah. Salah satunya yang dimulai dari diri sendiri dengan cara hal kecil yaitu tidak menunggangi gajah ditempat wisata maupun di kebun binatang. Beberapa alasan kenapa Gajah tidak boleh ditunggangi, yang Pertama struktur punggung gajah terdiri dari tonjolan tulang-tulang tajam yang hanya dilapisi jaringan tipis. Lebih parah lagi saat dikasih dudukan, bahkan semakin melukai dan menyebabkan cedera tulang belakang jangka panjang pada gajah.. Kedua status gajah sumatera yang sudah kritis dan sudah masuk daftar merah spesies terancam punah bahkan  Menurut Sunarto, pada 2007 dokumen resmi mencatat populasi Gajah Sumatra sebanyak 2800-2400 ekor. Pada tahun 2013, jumlahnya diperkirakan tinggal 1724. "Saat ini sedang proses pemutakhiran, angkanya belum resmi tapi ada indikasi kuat tidak lebih dari 1000 Ekor. Bisa kita bayangkan setiap tahunnya populasi Gajah sumatera terus berkurang. Ketiga Mendapat siksaan dalam proses Domestifikasi. Proses domestifikasi terjadi lantaran gajah bukan hewan peliharaan. Gajah tergolong satwa yang secara alami  liar. Jadi, perlu proses khusus untuk melatihnya. Untuk menjadi jinak dan bisa ditunggangi wisatawan. Seekor Gajah harus melalui proses yang panjang dan tidak mudah. Ia harus terlatih di rantai, bahkan mendapat pukulan atau bentuk luka lain dari benda tajam supaya perilakunya lebih jinak. Keempat Pemanfaatan gajah  di lembaga konservasi harus memenuhi  animal five freedom (5 kebebasan satwa)  diantaranya bebas dari rasa lapar dan haus, bebas dari rasa tidak nyaman, bebas dari rasa sakit dan penyakit, bebas dari rasa tidak nyaman dan bebas menampilkan perilaku alami .dengan menunggangi gajah untuk hal yang bersifat komersial berarti sudah melanggar animal five freedom, Yang bisa menunggangi itu seperti mahout (pawang) gajah atau tim patroli, kalau seperti itu oke untuk safety juga masih diperlukan.

Kuncinya ada di kita. Selama masih ada orang yang menunggangi gajah, mereka (penyedia penunggang gajah di tempat wisata/ kebun binatang) tidak akan berhenti karena gajah akan selalu dijadikan kendaraan. Naah,,,,sekaranglah saatnya kita generasi millenial lebih aware terhadap lingkungan dan satwa disekeliling kita. Gajah Sumatera adalah sang pengawal peradaban, Gajah Sumatera milik kita bersama dan tanggung jawab kita melestarikanya.

SAVE THE SUMATRAN ELEPHANT!!  

Referensi

Farm Animal Welfare Council  (FAWC), 2009. Five Freedom http://www.fawc.org.uk/freedoms.htm diakses pada 12 Oktober 2019.  

Penyayang Hewan Menyerukan Stop Tunggangi Gajah, 2018. http://www.bbc.com/indonesia diakses pada 12 Oktober 2019.

Ayudewanti AN. 2013. Pengelolaan dan Tingkat Kesejahteraan Gajah Sumatera di Taman Margasatwa Ragunan. Institut Pertanian Bogor. Bogor              

Tentang Penulis
Geovani Utari

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

2019-10-15
Difference:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *