Seminar Burung 2019: Bersama Menjaga dan Melestarikan Elang Indonesia

Satwa
Seminar Burung 2019: Bersama Menjaga dan Melestarikan Elang Indonesia
4 Oktober 2019
924

     Elang merupakan salah satu kelompok burung yang banyak ditemukan dalam beberapa istilah keseharian kita. Satwa ini identik dengan simbol keperkasaan, cekatan dan kharismatik. Bahkan bangsa Indonesia sendiri mengangkatnya sebagai lambang negara yang disimbolkan oleh burung Garuda. Namun, tahukah kalian? Jakarta sebagai Ibukota Negara ternyata juga menggunakan jenis Elang Bondol sebagai maskot provinsinya. Sayangnya, baik sang Garuda maupun Elang Bondol sudah mulai menghilang dari wilayahnya sendiri. Hal ini disebabkan, nilai kharismatik elang mengundang banyak orang yang menginginkan satwa ini sebagai peliharaannya sehingga perburuan kerap terjadi ditambah laju hilangnya habitat tidak bisa ditanggapi secara cepat oleh mereka.

     Menanggapi isu tersebut, pada tanggal 7 Agustus 2019 lalu Jakarta Animal Aid Network dan Pertamina yang dibantu oleh volunteer dari KPB Nycticorax UNJ mengadakan seminar yang mengangkat tema “Kesempatan Terakhir Menyelamatkan Elang di Indonesia” di Lorin Hotel Sentul, Jawa Barat. Melalui kegiatan ini, diharapkan masyarakat awam, mahasiswa, akademisi, maupun lembaga NGO yang bergerak dalam bidang konservasi satwa menaruh perhatian lebih terhadap perlindungan dan pelestarian satwa langka ini. Materi yang dibawakan memperlihatkan bagaimana perjuangan konservasi elang Indonesia yang disajikan dari segi ekologi, perdagangan, penyakit dan kesehatan, hingga proses rehabilitasi dan penangkaran elang di beberapa tipe habitat.

     Sesi pertama diisi oleh Adam A. Supriatna –ahli ekologi raptor Indonesia, Hendro Pramono – Wildlife Crime Unit WCS, dan Dr Indro – ahli parasitologi dan penyakit unggas. Sesi ini dibuka dengan pemaparan Kang Adam, begitu beliau disapa, mengenai perkembangan konservasi raptor di Indonesia. Setelah itu dilanjutkan dengan Mas Mono mengenai status perdagangan elang di Indonesia dan Dr Indro mengenai pendekatan ilmiah konservasi melalui sains. Beberapa hal penting yang disampaikan disini antara lain, betapa masih kurangnya penelitian mengenai raptor di Indonesia yang belum terpublikasi dengan baik sehingga sedikit informasi yang dapat tersampaikan dengan baik. Kurangnya informasi tersebut menyebabkan lambatnya proses pembuatan kebijakan dan perburuan elang terus terjadi meskipun secara ilegal. Informasi mengenai penyakit dan wabah yang mampu menyerang kelompok raptor sangat diperlukan untuk membantu pihak yang menjaga dan merehabilitasi elang sehingga proses yang dilakukan berjalan efektif dan meningkatkan keberhasilan hidup elang yang ada.

     Sesi kedua dilanjutkan dengan pemaparan Devi Fauzia Dermi dari JAAN dan Gunawan dari Suaka Elang mengenai proses rehabilitasi elang. Menurut pemaparan Devi, pulau Kotok di wilayah Kepulauan Seribu kini menjadi benteng terakhir bagi elang laut khususnya Elang Bondol di Jakarta. Tantangan dalam penyediaan pakan berupa ikan segar yang harus diambil secara manual dari laut sekitar serta sulitnya pengembalian perilaku elang yang berasal dari peliharaan menjadi cerita unik tersendiri bagi tim JAAN. Bagi Mas Gun, kendala yang dihadapi berasal dari berbagai pihak termasuk pembiayaan yang bisa dibilang tidak sedikit untuk melakukan rehabilitasi dan pelepasliaran elang ke alamnya. Yang menyedihkan adalah, tidak sedikit elang yang direhabilitasi telah mengalami cacat sehingga tidak mampu kembali untuk dilepasliarkan. Terlepas dari kendala tersebut, JAAN maupun Suaka Elang terus berkomitmen untuk berjuang melestarikan elang yang tersisa di Indonesia ini.

     Pelestarian elang di Indonesia tidak akan berhasil jika hanya dilakukan oleh segelintir orang yang peduli saja. Tanggung jawab ini sudah sepatutnya menjadi miliki bersama, baik itu pemangku kepentingan, lembaga konservasi, masyarakat, peneliti maupun kelompok pelajar. Seminar ini setidaknya memberikan suatu pencerahan dan wawasan baru bahwa nasib satwa kharismatik ini berada di tangan kita semua. Elang memiliki hak untuk hidup bebas dan lestari, jika keberadaannya menghilang karena ulah manusia maka manusia pula lah yang harus mengembalikan haknya sebagaimana mestinya. Sesuai tema seminar tersebut, mari bersama bergerak untuk menyelamatkan Elang Indonesia!

Tentang Penulis
Indeka Dharma Putra

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

2019-10-04
Difference:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *