Indonesia merupakan negara dengan biodiversity yang beragam, salah satunya terdapat di wilayah Sumatera. Di Sumatera, kita dapat menemukan satwa endemik seperti gajah, harimau, beruang, badak dan lain sebagainya. Salah satu satwa endemik yang cukup menarik perhatian dunia yakni badak, Indonesia memiliki 2 spesies badak yaitu Badak Jawa (Rhinocerus sondaicus) dan Badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis). Hal yang menjadi ciri khas badak tersebut yaitu cula, badak jawa hanya memiliki 1 cula di kepalanya sedangkan badak sumatera memiliki 2 cula di kepala dan selain itu badak sumatera juga memiliki postur tubuh paling kecil di bandingkan lima spesies badak yang masih tersisa di dunia yakni badak jawa (Rhinoceros sondaicus), badak india (Rhinoceros unicornis), badak hitam (Diceros bicornis), dan badak putih (Ceratotherium simum) di Afrika. Dengan tinggi sekitar 100 sampai 150 cm dan panjang tubuh 240 sampai 270 cm serta berat tubuh rata-rata sekitar 600 hingga 900 kilogram. Menurut Yayasan Badak Indonesia (YABI) juli 2019, populasi Badak Sumatera di alam, saat ini tersisa di Indonesia sekitar 30 ekor badak. Dan penyebarannya ada di Taman Nasional Leuser, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan dan Taman Nasional Way Kambas. Propinsi Lampung menjadi salah satu wilayah yang berperan dalam proses pengembangbiakkan Badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis) di Indonesia. Pada tahun 1996, Propinsi Lampung memiliki pusat pengembangbiakkan Badak Sumatera dengan nama Suaka Rhino Sumatera yang dibangun di dalam kawasan Taman Nasional Way kambas. Suaka Rhino Sumatera merupakan suaka pertama yang dibangun di Indonesia sesuai dengan rekomendasi lokakarya Pengembangan Suaka Badak Sumatera tahun 1994 di Safari Garden Hotel, Cisarua, Bogor. Suaka Rhino Sumatera yang disebut SRS dibangun dengan tujuan menjadi kawasan yang mampu menyediakan habitat alami dan sebagai pusat operasi perlindungan badak secara in-situ. Badak yang menjadi penghuni pertama di SRS bernama “Torgamba” yang datang pada tanggal 8 Januari 1998. Dan selanjutnya terjadi peristiwa yang luar biasa di SRS yaitu lahirnya “Andatu” pada 23 Juni 2012 yang lahir dari pasangan badak jantan (Andalas) dan badak betina (Ratu). Kelahiran “Andatu” membawa rekor sebagai badak sumatera jantan pertama yang lahir di penangkaran semi alami (in-situ) di Suaka Rhino Sumatera dalam 124 tahun terakhir di Asia. Lalu 4 tahun kemudian, lahirlah “Delilah” badak betina yang lahir pada 12 Mei 2016. Uniknya nama “Delilah” merupakan nama yang diberikan langsung oleh Presiden Jokowi pada 27 juli 2016, saat peresmian Taman Nasional Way Kambas (TNWK) sebagai Asean Heritage Park (AHP) ke 36 di Lampung. Dan saat ini, pemeliharaan sealami mungkin adalah upaya untuk meningkatkan kesejahteraan populasi badak di alam dan upaya membantu reproduksi badak agar lebih optimal. Selain itu, sebagai bentuk apresiasi terhadap satwa langka ini tepat tanggal 22 September diperingati sebagai “Hari Badak se-Dunia”. Pada tanggal 30 Oktober 2019 untuk memperingati Hari Badak se-Dunia, Dirjen Konservasi dan Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) kementeriaan Lingkungan Hidup dan Kehutanan akan meresmikan Suaka Rhino Sumatera II, di Taman Nasional Way Kambas (TNWK), Lampung Timur. Dan peresmian tersebut dilakukan oleh Gubernur Lampung Bapak Arinal Djunaidi bersama dengan masyarakat Lampung. Diharapkan dengan perluasan wilayah SRS, tujuh individu badak di SRS yaitu 3 badak jantan (Andalas, Andatu dan Harapan) serta 4 badak betina (Bina, Ratu, Rosa dan Delilah) serta satwa lainnya dapat hidup dan berkembang biak lebih optimal. Sedangkan terkait dengan kegiatan pelestarian badak sumatera di SRS, tindakan penanaman pohon pakan satwa harus lebih diperhatikan, pengamanan kawasan dan pemantauan keberadaan badak serta penegakkan hukum juga menjadi bentuk perlindungan nyata yang harus terus dilakukan hingga saat ini. Dengan begitu, kehidupan badak maupun satwa lain beserta habitatnya akan semakin terjaga dengan baik. Referensi: Http://www.mongabay.co.id
Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.