Pengaruh Air Terhadap Perubahan Iklim

Marine
Pengaruh Air Terhadap Perubahan Iklim
30 March 2020
834

   Air merupakan kebutuhan pokok setiap makluk hidup di muka bumi ini. Manusia membutuhkan air bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan kehidupan rumah tangganya saja melaikan untuk kebutuhan industri dan produksi. Seiring berjalannya waktu, meningkatnya jumlah populasi manusia di muka bumi ini terus mendorong adanya kebutuhan akan air yang berlimpah, sementara menurut siklus hidrologi jumlah air adalah tetap. Hal ini tentu akan menimbulkan masalah di kemudian hari, yaitu krisis air. Berkurangnya debit ini berpotensi terhadap sulitnya pemenuhan kebutuhan air bersih ataupun air minum untuk dikonsumsi masyarakat di dunia. Bila tidak ada usaha perlindungan dan perbaikan sumber air, penurunan debit ini diyakini akan terus berlangsung hingga tiba pada kondisi kritis, dimana tidak ada sumber air yang dapat diambil lagi.

   Air merupakan kebutuhan inti setiap manusia. Manusia menggunakan air untuk mandi, mencuci, masak, minum, maupun untuk memenuhi kebutuhan kehidupan lainnya. Ketersediaan air yang mencukupi diprioritaskan untuk masyarakat perkotaan dan perdesaan. Ketersediaan air yang kurang mencukupi jika dibandingkan dengan kebutuhan air bersih akan menimbulkan krisis dan kelangkaan air yang tentu saja menyulitkan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan dasarnya sehari-hari.     

   Peningkatan jumlah penduduk akan diiringi antara lain dengan terjadinya penambahan jumlah industri, kebutuhan transportasi, energi, serta pertanian. Semua aktivitas ini akan menyebabkan terjadinya dampak pada lingkungan hidup, dan juga berdampak terhadap kondisi ekonomi. Secara global, isu lingkungan yang cukup banyak di perbincangkan adalah kurangnya ketersediaan air bersih bagi populasi didunia, banyak ditemukan kasus hilangnya keanekaragaman hayati dunia pada pertengahan abad ini, dan meningkatnya emisi gas karbon dioksida (CO2) yang tentu menyebabkan perubahan iklim dunia.  

   Perubahan iklim merupakan fenomena global yang ditandai adanya perubahan suhu dan pola  curah   hujan. Penyebab terbesar terjadinya perubahan iklim adalah meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca di lapisan atmosfer seperti karbon dioksida (CO2), metana (CH), dan nitrogen (NO) yang semakin meningkat. Gas rumah kaca yang ada menyerap radiasi gelombang panjang yang panas dan seiring dengan peningkatan gas rumah kaca, suhu permukaan bumi naik. Perubahan iklim global dapat menyebabkan pengaruh pola iklim dunia, distribusi hujan, arah dan kecepatan angin. Hal tersebut secara langsung akan berdampak pada kehidupan di permukaan bumi, seperti berkembangnya berbagaipenyakit baik pada manusia, hewan, maupun tumbuhan, kekeringan, banjir, pengaruh produktivitas tumbuhan, dan lain sebagainya (Wibowo, 2009). Perubahan iklim tidak hanya terjadi karena faktor alam, namun ada juga beberapa faktor yang disebabkan oleh ulah manusia. Perubahan iklim juga dapat menimbulkan ancaman bencana alam berupa banjir, kemarau, longsor dan sebagainya.Perubahan iklim global ditandai dengan meningkatnya suhu di permukaan bumi sebagai akibat dari peningkatan aktifitas manusia. Perubahan iklim global ditandai dengan peningkatan suhu sebagai akibat dari peningkatan aktifitas manusia. Perubahan iklim ini menyebabkan dampak negatif bagi kehidupan manusia seperti peningkatan curah hujan, penurunan curah hujan, dan juga kekeringan. Perubahan iklim global sebagai  dampak dari pemanasan global telah mengakibatkan tidak stabilnya atmosfer di lapisan bawah terutama yang dekat dengan permukaan   bumi. Adanya pemanasan global disebabkan oleh meningkatnya gas-gas rumah kaca yang banyak dihasilkan oleh industri-industri. Terdapat beberapak dampak negatif yang diperkirakan mampu menyebabkan dampak lainnya, seperti:

a) Mencairnya lapisan es di kutub

b) Kenaikan permukaan air laut

c) Tenggelamnya pulau-pulau kecil dan pesisir pantai

d) Rusaknya terumbu karang sebagian besar

e) Abrasi pantai

f) Munculnya gejala alam EL Nino atau Enso

g) Menurunnya produktivitas lahan

h) Kekeringan dan banjir

i)  Kebakaran hutan

j)  Munculnya daerah kritis baru

k) Menjangkitnya berbagai penyakit baru

   Perubahan iklim telah memberikan berbagai dampak dalam  berbagai sektor. Dampak tersebut telah dirasakan pada sektor perikanan, kelautan, kehutanan, pertanian, sumber daya air, lingkungan, bahkan ekonomi dan sosial. Sejauh ini dampak perubahan iklim yang paling ekstrim adalah terjadinya kenaikan temperature serta  terjadinya pergeseran musim. Dampak yang ditimbulkan oleh perubahan iklim tersebut adalah:

· Meningkatnya kuantitas bencana alam seperti banjir, longsor, kekeringan, dan angin kencang

· Berkurangnya ketersediaan air

· Mengakibatkan adanya pergeseran musim dan perubahan pola hujan

· Menurunkan produktivitas pertanian dan perkebunan

· Meningkatnya temperature dapat menyebabkan kebakaran hutan

· Mengancam biodiversitas dan keanekaragaman hayati

· Kenaikan   muka   laut   menyebabkan   banjir   permanen   dan   kerusakan infrastruktur di              daerah pantai

· Semakin   banyaknya   penyakit   seperti   tifus,   malaria,   demam,   dan   lain sebagainya.

   Dalam setiap negara, perubahan iklim akan mengalami dampak yang berbeda-beda. Kelompok masyarakat yang rentan terkena bencana adalah kelompok masyarakat di pedesaan. Permasalahan kerentanan ketersediaan air di wilayah pedesaan terindentifikasi melalui penurunan yang signifikan pada sejumlah mata air dan sumur. Golongan kelompok masyarakat pedesaan terbagi atas masyarakat di pegunungan, masyarakat miskin, nelayan, perempuan, dan anak-anak. Bencana perubahan iklim mengakibatkan resiko gender perempuan lebih banyak mengalami dampak terberat atau menjadi korban dibandingkan dengan gender laki-laki.            

   Salah satu dampak perubahan iklim adalah krisis air bersih, yang disebabkan oleh masa kekeringan berkepanjangan. Kondisi tersebut disebabkan oleh pergantian musim yang tidak stabil, sehingga daerah yang jarang air terancam mengalami krisis air. Sumber kebutuhan air tawar sepertiga penduduk dunia diperkirakan akan kering pada tahun 2100. Dan pada pertengahan abad ini, daerah subtropis dan tropis yang kering diprediksi akan mengalami kekurangan air sebanyak 10-30 persen sehingga terancam bencana kekeringan (Junaedy, 2008; LAPAN, 2009).

   Perubahan iklim juga mengakibatkan meningkatnya suhu udara. Naiknya suhu udara menyebabkan masa inkubasi nyamuk semakin pendek dan berakibat pada meluasnya berbagai macam penyakit. Dampaknya, penyakit yang ditularkan nyamuk akan berkembang biak dengan lebih cepat. Penyebaran penyakit ini khususnya di daerah Tropis, seperti demam berdarah, diare, malaria dan leptospirosis karena bertambahnya populasi serangga (nyamuk) sebagai vektor penyakit. Beberapa penelitian menyatakan bahwa dampak perubahan iklim menimbulkan gangguan kesehatan dan timbulnya wabah penyakit baru . Dengan adanya perubahan iklim jumlah kasus penderita demam berdarah dengue (DBD) diduga akan meningkat karena ada peningkatan suhu udara, curah hujan dan meningkatnya jumlah genangan air.            

   Secara umum iklim yang bervariasi, seperti temperatur dan curah hujan, secara signifikan mempengaruhi perkembangan dan daur hidup nyamuk Aedes, penyebab DBD. Perubahan iklim dapat mempercepat pertumbuhan nyamuk Aedes, sehingga siklus hidupnya menjadi lebih singkat. Temperatur berpengaruh besar terhadap hubungan virus-vektor, yaitu keterpaduan host, survival vector dan waktu perkembangbiakan nyamuk Aedes. Temperatur selain dapat memperkecil ukuran tubuh nyamuk juga meningkatkan replikasi virus dengue di dalam tubuh Aedes. Perubahan lingkungan fisik terhadap penetasan telur Aedes, telah diujicobakan pada berbagai lingkungan. Selain berdampak pada kehidupan nyamuk, perubahan iklim bila dilihat secara sistematis memberi dampak yang kompleks ditinjau dari aspek fisik, lingkungan, sosial, dan ekonomi. Penyelesaian suatu dampak dapat dilakukan melalui pendekatan sistem. Pendekatan sistem adalah suatu cara penyelesaian persoalan yang dimulai dengan identifikasi terhadap sejumlah kebutuhan-kebutuhan sehingga dapat  menghasilkan suatu operasi dari sistem yang dianggap efektif. Pendekatan sistem umumnya ditandai oleh dua hal yaitu mencari semua faktor penting untuk mendapatkan solusi dalam penyelesaian masalah; serta pembuatan model kuantitatif untuk membantu pengambilan keputusan secara rasional. Dalam model ditunjukkan hubungan-hubungan baik langsung maupun tidak langsung dalam kaitannya dengan hubungan sebab akibat. Oleh karena itu, suatu model adalah abstraksi dari realitas dan dapat dikatakan lengkap apabila dapat mewakili berbagai aspek dari realitas yang sedang dikaji (Eriyatno, 2003). 

   Terjadinya peningkatan jumlah penduduk, kendaraan, dan penggunaan jumlah BBM akan menyebabkan terjadinya kenaikan CO2 di udara. Bertambahnya CO2 di udara akan meyebabkan terjadinya kenaikan temperatur dan curah hujan, sehingga menyebabkan terjadinya perubahan iklim. Perubahan iklim ini akan berdampak terhadap pengurangan sumber air bersih, yang juga dapat menyebabkan meningkatnya kasus diare. Dengan meningkatnya curah hujan dan temperatur akan menyebabkan terjadinya peningkatan kasus penyakit DBD. Adanya kasus-kasus penyakit ini, secara signifikan akan menyebakan terjadinya kerugian ekonomi.            

   Indonesia telah merasakan dampak adanya perubahan iklim, yaitu menurunnya curah hujan serta telah terjadi peningkatan suhu di beberapa wilayah di Indonesia baik wilayah perkotaan maupun wilayah pedesaan. Indonesia sebagai negara yang berada pada garis khatulistiwa sangatlah rentan untuk mengalami perubahan iklim. Perubahan iklim dapat menyebabkan beberapa faktor yaitu kenaikan suhu dan   berubahnya awal  dan  panjang musim hujan. Perubahan curah hujan di sebagian wilayah di Indonesia   akan mengakibatkan pengaruh terhadap berbagai varietas di wilayah tersebut.   Meningkatnya hujan pada musim hujan menyebabkan tingginya frekuensi kejadian banjir, sedangkan menurunnya hujan pada musim kemarau akan meningkatkan risiko kekekeringan.  Diperkirakan penyebab perubahan iklim adalah emisi gas rumah kaca yang menyebabkan pemanasan global. Masalah gas emisi rumah kaca sebenarnya tidaklah hanya masalah di Indonesia saja, tetapi telah dirasakan  juga oleh sebagian negara dibumi ini.            

   Secara umum, kekeringan dapat ditinjau dari beberapa aspek.  Dari aspek hidrometeorologi kekeringan terjadi karena berkurangnya  curah  hujan selama periode   tertentu.  Dari aspek   pertanian  kekeringan terjadi jika lengas tanah berkurang sehingga tanaman dapat kekurangan air. Lengas tanah adalah parameter yang menentukan potensi produksi tanaman yang berhubungan dengan kesuburan tanah. Sedangkan secara hidrologi, kekeringan ditandai dengan berkurangnya airpada sungai, waduk, atau danau.            

   Kejadian kekeringan berdampak terhadap penurunan produksi padi karena turunnya produksi dan gagal panen, maka dari itu dibutuhkan strategi dalam usaha pengelolaan sumberdaya iklim dan air untuk pengantisipasian perubahan iklim. Strategi antisipasi terhadap perubahan iklim di sektor pertanian dapat dilakukan dengan  adaptasi atau penyesuaian perencanaan tanam terhadap perubahan iklim dan  pengelolaan sumberdaya air untuk menekan resiko kehilangan hasil akibat perubahan iklim. Beberapa acuan operasional untuk mengantisipasi kekeringan adalah sebagai berikut :

1. Penggunaan padi varietas unggul yang tahan akan kekeringan, berumur sedang (< 120 hari) atau genjah (< 100 hari), serta tahan hama dan penyakit utama.

2. Optimalisasi pemanfaatan air dengan melakukan penanaman benih dengan teknologi semai kering 3. Penerapan teknologi minimum Tanpa Olah Tanah (TOT) untuk memperpendek masa penanaman.

4. Penerapan teknik irigasi giring dan menanam padi sesuai dengan jadwal penggolongan air

Cara lainnya yang dapat dilakukan adalah dalam pengelolaan sumberdaya air untuk menekan resiko kehilangan hasil akibat perubahan iklim. Kelangkaan air sebagai dampak dari perubahan iklim telah terjadi di berbagai belahan bumi tidak terkecuali di Indonesia. Laju kebutuhan akan sumberdaya air dan potensi ketersediaannya sangat pincang dan semakin menekan kemampuan alam dalam mensuplai air. Indonesia akan mengalami krisis air pada tahun 2025 yang penyebab utamanya adalah kelemahan Indonesia dalam mengatasi masalah dalam kelemahan pengelolaan air. Salah satu faktor terbesar yang ditimbulkan adalah masyarakat tidak menggunakan air dengan hemat dan dengan cara yang efisien maka dari itu dari tahun ke tahun kelangkaan air terutama pada musim kemarau terus meningkat. Sementara pertumbuhan penduduk yang pesat disertai dengan pola hidup yang semakin menuntut penggunaan air yang sangat boros, semakin menambah tekanan terhadap kuantitas air. Daya beli masyarakat khususnya kelompok masyarakat yang hidup di perkotaan terhadap air yang disediakan oleh lembaga servis pemerintah seperti PDAM cukup memadai, sehingga masyarakat tidak merasa adanya kesulitan mendapatkan air. Kalaupun tidak, masyarakat memanfaatkan air bawah permukaan (groundwater) dengan menggunakan pompa, dan sangat jarang memikirkan dampak penurunan tinggi muka air bawah permukaan dan intrusi air laut.  Demikian halnya dengan petani di kawasan beririgasi, mereka tidak pernah kebingungan selama fasilitas air irigasi tersedia di saluran, padahal tidak jarang saluran-saluran irigasi kering di musim kemarau.            

   Pengelolaan sumberdaya air permukaan dan air tanah (groundwater) perlu difokuskan secara efektif dan efisien melalui prioritas kebutuhan atau pemanfaatan, alokasi air secara tepat, penerapan konservasi air, mengontrol polusi dan pencemaran air dan upaya lain yang relevan.  Prinsip dasar dan strategi pengelolaan sumberdaya air tersebut harus dipertimbangkan sejak proses perencanaan, perancangan (design), operasionalisasi, dan pemeliharaan agar sumberdaya air dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan. Dalam kondisi demikian kebutuhan air harus diprioritaskan pada pemanfaatan yang paling mendesak, misalnya untuk domestik. Selain itu alokasi pemanfaatan air harus tepat jumlah, tepat waktu dan tepat sasaran. Untuk alokasi air, proporsi alokasi untuk setiap sektor pengguna air harus ditetapkan. Panen air (water harvesting) dan konservasi air (water conservation) harus disosialisasikan kepada masyarakat dan menanamkan kesadarannya untuk menerapkan upaya tersebut.  Di sisi lain, dalam pemanfaatan air perlu menggunakan prinsip efisien.  Irigasi secara efisien melalui penjadwalan secara tepat jumlah dan waktu sesuai dengan dinamika kelengasan tanah dan kebutuhan air tanaman perlu diterapkan. Sumberdaya air telah mengalami berbagai tekanan yang berakibat pada makin buruknya kualitas. Salah satu penyebabnya adalah pencemaran pada air permukaan (sungai,danau,waduk) dan air tanah (groundwater).  Intrusi air laut ke daratan menyebabkan salinitas air di sumur-sumur penduduk meningkat.  Kebocoran-kebocoran limbah industri ke sungai dan lahan-lahan pertanian makin memberikan tekanan pada lingkungan.  

About Author
Shafitri Rahma Dani A
Institut Pertanian Bogor

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

2020-03-30
Difference:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *