Pegagan | Centella asiatica (L.) Urb.

Flora
Pegagan | Centella asiatica (L.) Urb.
27 June 2015
14044

Pegagan | Centella asiatica (L.) Urb.

 

 

Pegagan (Centella asiatica) adalah tanaman liar sejak zaman dahulu, telah digunakan untuk obat kulit, gangguan saraf dan memperbaiki peredaran darah. Masyarakat Jawa Barat mengenal tanaman ini sebagai salah satu tanaman untuk lalapan. Pegagan dikenal dengan nama yang berbeda-beda disetiap daerah, peugaga (Aceh), jalukap (Banjar), daun kaki kuda (Melayu), ampagaga (batak), antanan, dulang sontak (sunda), gagan-gagan, rendeng, cowek-cowekan, pane gowang (jawa), piduh (bali), bebele (lombok), sandanan (irian). semanggen (Indramayu, Cirebon), pagaga (Makassar), daun tungke (Bugis), pigago (Minang), dan daun tapak kudo (solok).

Tanaman pegagan memiliki perawakan herba atau semak rendah, perennial 0,1-0,8 m. Batang : berupa batang pendek, percabangan batang merayap atau stolon. Daun : tunggal, dalam susunan roset atau spiral, 2-10 daun, bentuk ginjal, dengan pangkal yang melekuk ke dalam lebar, tepi beringgit-bergigi, daun berukuran 1-7x1,5-9 cm, panjang tangkai daun 1-50 cm, pada pangkal berbentuk pelepah. Bunga: tersusun dalam susunan payung, tunggal atau majemuk terdiri dari  2-3, berhadapan dengan daun, bertangkai 0,5-5 cm, semula tegak, kemudian membengkok ke bawah, daun pembalut 2-3. tangkai bunga sangat pendek. Sisi lebar dari bakal buah saling tertekan. Daun mahkota kemerahan, dengan pangkal pucat, panjang 1-1,5 mm. Buah: lebar lebih panjang dibanding tinggi, tinggi 3 mm, berlekuk 2 tidak dalam, merah muda kuning, berusuk. Waktu berbunga  Januari - Desember.

Kandungan metabolit  yang ditemukan pada pegagagan yaitu, golongan triterpen antara lain asam asiatat, asam madekasat,  glikosida turunan triterpen ester (tidak kurang dari 2%) asiatikosida, madekasosida sebagai metabolit utama. Hasil  penelitian  lain terhadap tumbuhan yang tumbuh di Madagaskar, di samping metabolit utama tersebut di atas, ditemukan pula asam madasiat, suatu senyawa yang mempunyai kemiripan dengan asam madekasat (pada posisi gugus CH2OH terdapat gugus CH3). Di India terdapat 2 macam ras kimia; satu di antaranya ditemukan asiatikosida dan madekasosida; sedangkan jenis ras yang  lain ditemukan asiatikosida (2,4%), brahmosida(3,8%) dan brahminosida (1,6%). Dari hasil penelitian selanjutnya diperoleh informasi bahwa asam brahmat merupakan aglikon dari brahminosida;  asam brahmat identik dengan asam madekasat. Ditemukan pula dalam Centella asiatica  senyawa sterol, senyawa poliasetilen dan triterpen asam dalam bentuk bebas antara lain stigmaterin, asam betulinat. Hasil penelitian terhadap tumbuhan dari "Calcutta" telah berhasil diisolasi 2 macam senyawa ester glikosida yaitu tankunisida (dalam bentuk kristal) dan isotan-kunisida (dalam bentuk amorf); di samping itu ditemukan pula asam tankuninat, asam isotankuninat dan asam asiatat. Asam tankuninat dan asam isotanku-ninat merupakan isomer dari asam madekasat. Hasil penelitian terhadap tumbuhan dari Ceylon ditemukan asam sentat, asam sentoat dan asam sentelinat (aglikon dari sentelosida) masih dianggap sebagai suatu senyawa baru; begitu pula terhadap asam indosentoat dan indosentelosida. Lebih lanjut kandungan kimia yang terdapat dalam Centella asiatica L. adalah 0,002% hidrokotilin (suatu alkaloid dengan rumus molekul C22H33NO8 dengan jarak lebur 210-212oC), kaemferol, kuersetin dalam bentuk bebas maupun glikosida, b-sitosterin, asam palmitat, asam stearat dan minyak atsiri, mesoinosid dan sentelosa. Hydrocotyle (Centella) yang terdapat di Indonesia  ditemukan asam klorogenat. Hasil penelitian lain terhadap Hydrocotyle asiatica dilaporkan bahwa komponen minyak atsiri terdiri dari p-simol, a-pinen, metilalkohol dan "allylsenfoel" dan komponen minyak atsiri yang dapat ditemukan dari Hydrocotyle umbellata L. Var. Bonariensis (Lamk.) Spreng terdiri dari a-pinen, apiol dan "allylsenfoel".

Efek Biologi dan Farmakologi pada tanaman pegagan yaitu, Rebusan daun mempunyai daya antelmintik terhadap cacing tambang anjing secara in vitro. Infusa daun mempunyai  daya antiseptik terhadap bakteri Streptococcus viridan. Fraksi yang larut dalam etilasetat daun pegagan dapat berefek pada penurunan tekanan darah sistemik kucing.  Herba: ekstrak  herba  mempunyai daya antibakteri terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Pemberian sediaan herba secara iv maupun enteral pada anjing dapat berefek pada penurunan tekanan darah sistemik dan memiliki efek penyembuhan luka bakar; dalam bentuk sediaan krim dan jeli mempunyai stabilitas yang relatif baik dibandingkan dalam bentuk salep. Minyak atsiri daun : berefek pada pelarutan batu ginjal (kalsium). Asiatikosida  dan  Oksiasiatikosida (hasil oksidasi) berefek terhadap bakteri. Rumus bangun asiaticoside Pada percobaan dengan Mycobacterium tuberculose, diketahui bahwa efek dari senyawa tersebut mempunyai kemiripan dengan dihidrostreptomisin; di samping itu asiatikosida berefek pula terhadap Mycobacterium leprae; diperkirakan efek tersebut melalui pelarutan mantel dinding sel bakteri. Dilaporkan juga bahwa asiatikosida mempunyai sifat sebagai antiflogis dalam upaya penyembuhan luka. Senyawa poliasetilen pada Centella asiatica (L.) Urb.

Farmakologi  klinik Penggunaan krim yang  mengandung 1% ekstrak Centella asiatica selama 3 minggu pada 22 pasien dengan infeksi kulit yang kronis, 17 pasien dapat sembuh total dan 5 pasien yang lain terjadi pengurangan besar lukanya.    Dilaporkan  bahwa pengobatan secara oral berupa kapsul berisi Centella asiatica atau asiatikosida dan potasium klorida efektif dalam upaya terapi dapson pada penderita lepra. Ekstrak  Centella asiatica  berefek sebagai anti tukak setelah pemberian secara oral. 15 pasien dengan tukak peptik dan tukak duodenum yang diberi ekstrak Centella (60 mg/orang), 93% pasien menunjukkan kemajuan pasti secara subyektif dan 73% pasien dinyatakan sembuh setelah pemeriksaan endoskopi dan radiologi. Studi klinik herba Centella pada pengobatan beberapa gangguan vena menunjukkan adanya efek terapetik yang positif. Pada pasien dengan keluhan insufisiensi vena yang diobati dengan ekstrak tersebut menunjukkan adanya suatu kemajuan yang signifikan pada distensi vena dan udem. 

Efek yang tidak diinginkan, Ada kemungkinan terjadi reaksi alergi pada kulit pada penggunaan secara topikal. Kontraindikasi Alergi terhadap tanaman Umbeliferae. Toksisitas Terdapat  kemungkinan  terjadinya  efek karsinogenik kulit  tikus  (rodent)  pada penggunaan berulang.

Kegunaan di  masyarakat Daun: sebagai penambah nafsu makan, peluruh air seni, pembersih darah, disentri, sakit perut, radang usus, batuk, sariawan, sebagai kompres luka, lepra, sipilis. Getah: digunakan  pada  upaya pengobatan borok, nyeri  perut, cacing.  Herba: digunakan pada upaya pengobatan luka pada penderita lepra dan gangguan pembuluh darah vena; di samping itu semua bagian tumbuhan digunakan sebagai obat batuk, masuk angin, mimisan, radang cabang paru-paru, disentri. Di Brasilia tumbuhan ini digunakan untuk penyembuhan  kanker uterus. Biji untuk pengobatan disentri, sakit kepala dan penurun panas. Pegagan pada penelitian di RSU Dr. Soetomo Surabaya dapat dipakai untuk menurunkan tekanan darah, penurunan tidak drastis, jadi cocok untuk penderita usia lanjut. Kebanyakan pegagan dikonsumsi segar untuk lalapan, tetapi ada yang dikeringkan untuk dijadikan teh, diambil ekstraknya untuk dibuat kapsul atau diolah menjadi krem, salep, obat jerawat, maupun body lotion.

Tanaman Pegagan tumbuh  liar  di  Jawa,  Madura pada ketinggian 1-2500 m dpl, bentuk tumbuhan seperti rumput, tersebar luas pada daerah tropik dan subtropik pada penyinaran matahari yang cukup atau pada naungan rendah yang subur, lokasi berkabut, di sepanjang sungai dan juga di sela-sela batu-batuan, padang rumput halaman, dan di tepi-tepi jalan. Perbanyakan: mudah  diperbanyak dengan biji dan stolon. Stolon dengan tangkai dan akar biasa digunakan untuk tujuan kultivasi. Tanaman muda akan tampak setelah penanaman stolon pada pasir atau tanah yang basah selama 1-2 minggu. Seminggu kemudian tanaman muda siap ditanam. Pemanenan dilakukan setelah 6 bulan terhitung dari saat penanaman. Pemanenan dilakukan dengan penggalian rumpun tumbuhan. Setelah dipanen, dikumpulkan dan akar dipotong, dibersihkan dari benda-benda asing kemudian setelah dicuci dengan air dikeringkan dengan sinar matahari. Penyimpanan dilakukan dalam wadah tertutup rapat atau dalam plastik/karung dan diberi penandaan (tanggal panen) dan disimpan ditempat yang kering. Sel mesofil daun  dapat digunakan sebagai bibit  da-lam kultur jaringan tanaman. Asiatikosida dapat terbentuk pada medium tanpa penambahan sukrosa maupun dengan penambahan sukrosa.18) Perlakuan dengan kolesterol dan ekstrak khamir pada percobaan kultur jaringan tanaman dapat terjadi peningkatan kadar asiatikosida sebesar 7,3 kali lebih tinggi dibanding dengan tanaman induk; sedangkan pada perlakukan dengan skualen dan ekstrak khamir terjadi  peningkatan kadar asiatikosida sebesar 5,9 kali lebih tinggi dibanding dengan tanaman induk.

 
Sumber :

  1. Anonim., 1993. Standard of Asean Herbal Medicine, vol. I, Asean Countries, Jakarta,  141-1523.   Anonim., 1985.  Medicinal  Herbs  Index in  Indone-sia,  Jilid I,  PT.  Eisai Indonesia, Jakarta,   236 
  2. Anonim., 1985.  Tanaman  Obat  Indonesia, Jilid I, Departemen  Kesehatan RI, Jakarta, 65.
  3. Anonim., 1989. Mid Career training in Pharmaco-chemistry, Hand Out Period 3, A joint Project between Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah Mada and The Department of Pharmacochemistry, Vrij Universiteit, Amsterdam, 108.
  4. Anonim., 1999. WHO Monographs on Selected Medicinal Plants, Vol. 1, WHO Geneva.
  5. Backer C.A. & Bakhuizen v.d. Brink, R.C., 1965. Flora of Java,  Vol. II, N.V.P, Noordhoff, Groningen.
  6. Duke,  J.A.,  1987.  Handbook  of  Medicinal  Herbs, CRC Press. Inc, Florida,109-110
  7. Hegnauer, R., 1986. Chemotaxonomie  der Pflanzen, Birkhäuser Verlag, Stuttgart.
  8. Heyne, K., 1987.  Tumbuhan  Berguna  Indonesia, Jilid I-IV, Yayasan Sarana Wana Jaya, Jakarta, 173
  9. Heywood, V.H., 1971. The Biology and Chemistry of the Umbelliferae, Academic Press,  London,  271 
  10. Indriati, Y., 1992. Pengaruh Minyak Atsiri Daun Pegagan (Cantella asiatica L.) terhadap Daya Larut Batu Ginjal Kalsium secara In Vitro, Skripsi, Fak farmasi UGM, Yogyakarta
  11. Khuzaimah, E., 1997. Pengaruh Fraksi Petroleum Eter, Etil Asetat dan Air Daun Pegagan (Centella asiatica L) yang Diberikan secara Intragastrik terhadap Tekanan Darah Sistemik Kucing yang Dianestesi, Skripsi, Fak Farmasi UGM, Yogyakarta
  12. Sihombing, J., 1981. Alkaloida dari  Centella asiatica  Urban sebagai Pengenal secara Pende-katan Balik, Skripsi, Fak Farmasi UGM, Yogyakarta
  13. Sulistiyanti, R.S., 1997. Kandungan Asiatikosida pada Kultur Kalus Tangkai Daun Pegagan (Centella asiatica (L) Urban.) dengan Perlakuan Kolesterol, Skualen, dan Ekstrak Khamir, Tesis, Program Studi Biologi Jurusan MIPA UGM, Yogyakarta.
  14. Suwarso,   W.P.,   Badjri, S.,  Bermawi, A., 1988. Studi Isolasi dan Struktur Eludasi Beberapa Senyawa yang ada di dalam Fraksi Asam dari Ekstrak Metanol Daun Pegagan (Centella asiatica URB),  Simposium Penelitian Obat Tradisional VI, Jurusan Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Depok, Universitas Indonesia, Jakarta, 116
  15. Tampubolon, O.T., 1995. Tumbuhan Obat Bagi Pencinta Alam, Penerbit Bhatara, Jakarta,  27
  16. Wibowo, J., 1991. Daya Antiseptik Infus Daun Kaki Kuda (Centella asiatica) terhadap Pertumbuhan Streptococcus viridans secara in vitro, Skripsi, Fak Kedokteran Gigi UGM, Yogyakarta
 
About Author
Arif Rudiyanto
Yayasan Kanopi Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

2015-07-08
Difference:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *