Nepenthes Gymnamphora Ranca Upas

Aktivitas, Ekowisata, Flora, Kehutanan, Tumbuhan
Nepenthes Gymnamphora Ranca Upas
4 Maret 2024
218

Nepenthes merupakan nama genus dari tanaman karnivora yang populer dikenal sebagai kantung Semar atau Pitcher plant. Genus Nepenthes merupakan satu-satunya genus yang masuk ke dalam kelompok family Nepenthaceae. Nepenthes dapat ditemukan mulai dari Kepulauan Seychelles, Madagascar, China bagian selatan, Asia Tropis, hingga Pasifik Barat. Di Indonesia, anggota Genus ini dapat ditemukan di pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua. Hingga saat ini, terdapat 68 species Nepenthes di Indonesia, dengan Kalimantan sebagai pusat distribusi Nepenthes terbanyak yang menampung 40 species Nepenthes. 

Kantung merah Nepenthes gymnamphora Ranca Upas

Kantung merah Nepenthes gymnamphora Ranca Upas

Nepenthes dapat dijumpai di hutan hujan tropik dataran rendah, hutan pegunungan, hutan rawa gambut, hutan kerangas, gunung kapur, padang savana, rawa dan danau. Habitat kantong semar yang tidak subur dengan kandungan hara (N, P, dan K) yang rendah, pH tanah yang masam (2-4,5), dan kelembaban yang tinggi mengharuskan Nepenthes untuk beradaptasi untuk mendapatkan nutrisi. Bentuk adaptasi Nepenthes yakni dengan memodifikasi ujung apex daunnya menjadi kantung yang berfungsi untuk memerangkap mangsanya, yang umumnya berupa serangga. Di dalam ini, terdapat cairan asam (pH 3-5.5) dan enzim protease, amilase, dan lipase yang disebut dengan nepenthesin. Melalui cairan ini, nutrisi dari binatang yang terjebak di dalam kantung dapat diuraikan menjadi senyawa kimia yang sederhana dan dapat diserap oleh tumbuhan. 

Daun Nepenthes gymnamphora Ranca Upas

Daun Nepenthes gymnamphora Ranca Upas

Nepenthes, karena keunikannya seringkali dipelihara sebagai tanaman hias di rumah kaca. Di alam bebas Nepenthes berfungsi sebagai indikator iklim di area bercurah hujan tinggi, lembab, dan tanah dengan kadar nutrisi rendah, menyerap karbon dioksida di atmosfer, serta menyuplai nitrogen dan fosfor pada tanah. Nepenthes juga dimanfaatkan sebagai obat tradisional, salah satunya oleh masyarakat dayak di Kalimantan yang memanfaatkan cairan kantungnya sebagai obat sakit mata, batu, dan mengobati luka bakar.

Nepenthes memiliki ciri habitus liana atau memanjat, berumah dua (memiliki bunga jantan dan betina yang terpisah), tumbuh secara terestrial atau epifit. Bentuk batang Nepenthes silinder, segitiga, atau bersegi. Daun Nepenthes lanset, lonjong, atau sudip. Bunga menunjukan perbungaan tandan dan malai, muncul dari bagian apex atau ujung batang tumbuhan yang sudah dewasa. Kantung Nepenthes dapat berupa kantung roset, bawah, dan atas. Bentuk kantong nepenthes beragam pada setiap species, bisa menyerupai tempayan, telur, pinggang, dan silinder.

Nepenthes gymnamphora Ranca Upas

Kantung hijau Nepenthes gymnamphora Ranca Upas

Dari sekian species Nepenthes yang ada, penulis baru menjumpai satu jenis Nepenthes, yakni  Nepenthes gymnamphora di kawasan Ranca Upas, Jawa Barat pada ketinggian 1971 MDPL. Nepenthes gymnamphora ini tumbuh diantara semak belukar dan paku-pakuan Dipteris sp. dan Dicranopteris linearis. Nepenthes gymnamphora memiliki ciri daun yang tebal, bertangkai lanset, panjang daunnya sekitar 30 cm dan lebar sekitar 6 cm. Basal daun menyempit dan memeluk batang. Batang species ini berpenampang silinder. Di lokasi ini, ditemukan kantung roset dan kantung atas. Berdasarkan literatur, kantung roset berwarna merah keunguan, berbentuk oval, menyempit ke bagian atas, dan memiliki dua buah sayap, sedangkan kantung atas Nepenthes gymnamphora berbentuk pinggang, memiliki warna hijau dengan corak berupa lurik merah, tidak memiliki sayap dengan penutup bundar. Berdasarkan literatur, Nepenthes gymnamphora tidak memiliki kantung tengah. Berdasarkan pengamatan, di area ini, terdapat tiga jenis kantung Nepenthes gymnamphora berdasarkan warnanya, yakni berwarna merah tanpa corak, berwarna hijau tanpa corak, dan merah atau hijau dengan corak. Pada pengamatan yang dilakukan, tidak ditemui perbungaan Nepenthes. Berdasarkan literatur, perbungaan Nepenthes gymnamphora berbentuk tandan yang panjangnya sekitar 30 cm, sepal berbentuk lonjong, perbungaan betina lebih pendek dibandingkan perbungaan jantan. 

Seni Botani Nepenthes gymnamphora

Seni Botani Nepenthes gymnamphora karya Azmah Nururrahmani (@azmahhh_18)

Semua species Nepenthes di habitat alaminya terancam oleh berbagai faktor. Mulai dari kerusakan habitat alami akibat alam dan antropogenik, konversi hutan menjadi lahan pertanian dan pertambangan, hingga eksploitasi berlebihan. Pemerintah melakukan tindakan hukum dan regulasi untuk menjaga keberadaan Nepenthes melalui Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.106/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2018 tentang Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi. Berdasarkan peraturan tersebut, ditetapkan pada lampiran nomor 838 bahwa Nepenthes gymnamphora merupakan tumbuhan yang dilindungi, sama seperti species Nepenthes lainnya. Berdasarkan assessment International Union for the Conservation of Nature (IUCN) Red List (2000), status konservasi Nepenthes gymnamphora termasuk ke dalam Least Concern atau berisiko rendah terancam punah ataupun memerlukan tindakan konservasi. Berdasarkan Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES) Nepenthes gymnamphora termasuk ke dalam Appendiks II yakni daftar yang menyatakan bahwa species tersebut tidak terancam punah, tetapi mungkin akan terancam punah apabila perdagangan berlebihan tanpa regulasi. 

Konservasi Nepenthes, selain melalui konservasi in situ wilayah alaminya, dapat pula dilakukan konservasi ex situ seperti contohnya di Kebun Raya Bogor dengan membentuk Taman Nepenthes. Nepenthes dapat dibudidayakan dengan perbanyakan biji, stek batang, pemisahan anakan atau dengan kultur jaringan. Perbanyakan kultur jaringan atau Tissue culture dapat menggunakan daun sebagai sumber eksplannya. Mengikuti regulasi yang ada, maka terkait dengan pengambilan sampel untuk penelitian dan ilmu pengetahuan, diperlukan izin dari Perhutani. Pengambilan sampel dari wilayah lokasi Jawa Barat, contohnya dari kawasan Ranca Upas memerlukan izin dari Perhutani Bandung.

Pinalia flavescens

Pinalia flavescens

Podochilus sp.

Podochilus sp.

Di lokasi yang sama di Ranca Upas, tentunya juga dijumpai anggrek epifit. Tidak terlihat adanya anggrek terestrial di lokasi ini. Anggrek epifit  yang ditemui diantaranya, Ceratostylis sp., Pinalia sp., Bulbophyllum sp., Dendrochilum sp., Oberonia sp., Podochilus sp.,  Liparis sp., Coelogyne sp., Coelogyne longifolia, Schoenorchis juncifolia, Pinalia flavescens, dan diperkirakan anggrek dari genus Macropodanthus

Tiga dari anggrek yang ada, ditemukan dalam kondisi berbunga. Coelogyne longifolia memiliki bunga berwarna putih kecoklatan yang membuka lebar pada tangkainya yang zigzag dan berukuran panjang. Tangkai bunga muncul dari tengah umbi semu diantara daun yang berjumlah dua. Perbungaan Coelogyne longifolia yang tunggal berkebalikan dengan Pinalia flavescens yang dalam satu tangkainya dapat menopang 15-20 bunga berwarna krem dengan ulir berwarna merah. 

Schoenorchis juncifolia memiliki habitus yang khas, berbeda dengan penampakan dua anggrek sebelumnya. Dijuluki anggrek rambut, Schoenorchis juncifolia memiliki penampakan seperti rambut yang menjuntai-juntai dari cabang pohon. Juntaian anggrek ini dapat mencapai satu meter, dengan cabang-cabang hijaunya. Anggrek Schoenorchis juncifolia memiliki bunga yang lebih kecil dibandingkan Coelogyne longifolia dan Pinalia flavescens. Anggrek ini memiliki bunga berwarna ungu lembayung dalam perbungaan ramosanya yang padat.

 

Anggrek diperkirakan dari genus Macropodanthus

Anggrek diperkirakan dari genus Macropodanthus

 

Catatan:

Pengamatan dilakukan pada bulan Februari 2024

 

Daftar Pustaka:

Ardiles, D., Ismail, A. Y., & Hendrayana, Y. (2020). Karakteristik Habitat Kantong Semar (Nepenthes Spp) di Jalur Pendakian Gunung Cakrabuana Kecamatan Lemahsugih Kabupaten Majalengka. Prosiding Fahutan, 1(01).

Hernawati, H., Am Zuhud, E. R. V. I. Z. A. L., Prasetyo, L. B., & Soekmadi, R. (2022). Synopsis of Sumatran Nepenthes (Indonesia). Biodiversitas Journal of Biological Diversity, 23(8). DOI: 10.13057/biodiv/d230848

Mansur, M. (2013). Tinjauan Ulang (Review) Tinjauan Tentang Nepenthes (Nepenthaceae) Di Indonesia [a Review of Nepenthes (Nepenthaceae) in Indonesia]. Berita Biologi, 12(1), 1-7.

Utari, N., Sulistijorini, S., & Ariyanti, N. S. (2023). Autecology of Nepenthes spp. in peat swamp and heath forest Pematang Gadung, West Kalimantan. Journal of Tropical Biodiversity and Biotechnology, 8(2), 81351. DOI: 10.22146/jtbb.81351

Widiani, E., Perdana, R., Fakhri, M. A., Muhammad, F., Visda, D., Puja, N. H., ... & Aqsa, H. (2020). Keanekaragaman Jenis Kantong Semar dan Penyebarannya di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, Bengkulu. Riset Sebagai Fondasi Konservasi dan Pemanfaatan Tumbuhan dan Satwa Liar, 147.

 

#anggrek, Kantong semar, Nepenthes
Tentang Penulis
Azmah Nururrahmani
Universitas Pendidikan Indonesia/ KPA Biocita Formica

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

2024-04-02
Difference:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *