Migrasi Burung : Mereka yang tak Kembali

Migrasi Burung : Mereka yang tak Kembali
10 Oktober 2020
1098

Migrasi burung merupakan fenomena tahunan ketika burung-burung dari belahan bumi utara berpindah menuju ekuator yang lebih hangat saat musim dingin tiba. Fenomena ini didorong oleh kebutuhan akan makanan saat paceklik melanda. Setelah musim dingin usai burung-burung migran akan kembali ke tempat asalnya untuk berkembang biak, namun tidak benar-benar seluruhnya kambali. Terdapat beberapa kelompok kecil yang tidak bisa kembali dan sementara tinggal di tempat barunya. Hal ini dapat terlihat jelas pada kelompok burung pantai.

Terdapat komunitas kecil dari beberapa spesies burung pantai migran yang masih berada di kawasan Indonesia walaupun musim dingin telah berakhir. Contohnya seperti burung pantai migran yang terpantau di wilayah selatan Jawa Barat, tepatnya di pantai Cikolomberan, Cagar Alam Leuweung Sancang, Garut (23/7). Tercatat jenis-jenis seperti Trinil Kaki Hijau (Tringa nebularia), Trinil Kaki Merah (Tringa totanus) dan Trinil Pembalik Batu (Arenaria interpres) masih dijumpai disana. Jenis terakhir dapat dikatakan unik, selain memiliki ukuran kaki dan paruh yang lebih pendek dari kelompok Trinil pada umumnya, jenis ini juga memiliki perilaku unik yakni membalikan batu untuk mendapatkan mangsa.

Gambar 1. Trinil Pembalik Batu di Pantai Cikolomberan, Cagar Alam Leuweung Sancang, Garut Jawa Barat.

Gambar 1. Trinil Pembalik Batu di Pantai Cikolomberan, Cagar Alam Leuweung Sancang, Garut Jawa Barat.

Selain kelompok Trinil, jenis lain seperti Gajahan Penggala (Numenius phaeopus) juga ditemukan pada kesempatan itu. Ukuran yang lebih besar dan paruh khas yang melengkung menjadikan burung ini dapat dengan mudah dikenali diantara kelompok burung pantai lainnya. Matahari yang terik dan kencangnya hembusan angin pantai pada siang hari meneybabkan kelompok tersebut berkerumun dan memalingkan kepala meraka ke belakang hingga paruh panjang mereka berada di sela sayapnya. Hal unik lainnya adalah kebiasaan burung-burung tersebut berdiri pada salah satu kakinya saja. Diantara kelompok itu juga terdapat Dara Laut Jambul (Thalasseus bergii). Kelompok migran tersebut berbaur dan berbagi tempat dengan para penetap seperti Cerek Jawa (Charadrius javanicus). Jika beruntung kita akan dapat menemukan kelompok penetap lain di kawasan itu seperti Kuntul Kecil (Egretta garzetta) dan Cangak Besar (Ardea alba). Komposisi yang sangat menarik pada komunitas burung pantai di pesisir selatan Garut.

Gambar 2. Gajahan Penggala dan Trinil Kaki Merah berlindung dari teriknya matahari dan kencangnya angin pantai pada siang hari.

Kelompok migran ini akan menunggu kedatangan besar burung migran pada periode migrasi tahun ini dan kembali bersama kelompok besar tersebut saat musim dingin di utara barkahir. Fenomena ini manandakan bahwa sejatinya dunia kita terhubung. Bahwa ada koridor-koridor alam yang mungkin tidak nampak secara langsung oleh mata kita tetapi dapat kita cermati dari pola aktivitas penghuninya. Terlebih ditengah pandemi seperti sekarang ini yang sedikit banyak berdampak pada kehidupan satwa liar, layak kita pantau bersama kedatangan para pengunjung musim dingin tersebut.

Tentang Penulis
Taufan Sulaeman
SMA Fitrah Islamic World Academy

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel
Terkait
Tidak ada artikel yang ditemukan
2023-01-03
Difference:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *