Mengintip Kehidupan Burung Jakarta: Surga Tersembunyi di Tengah Beton

Aktivitas, Ekowisata, Kehutanan, Satwa
Mengintip Kehidupan Burung Jakarta: Surga Tersembunyi di Tengah Beton
26 Juni 2024
38

Jakarta, sebuah nama yang sudah tidak asing lagi bagi kita semua, merupakan ibukota Indonesia yang terkenal dengan gedung-gedung betonnya yang menjulang tinggi, kota ini terus berkembang dengan pembangunan infrastruktur yang pesat. Tingginya penggunaan transportasi dan pertumbuhan penduduk yang terus meningkat menjadikan Jakarta sebagai salah satu kota dengan kepadatan penduduk tertinggi di dunia. Meski begitu, Jakarta masih menyisakan ruang-ruang terbuka hijau yang dibangun untuk memperbaiki dan menjaga iklim mikro serta nilai estetika kota, sebagai tempat peresapan air, menciptakan keseimbangan dan keserasian lingkungan fisik kota, serta mendukung pelestarian keanekaragaman hayati.

Siapa sangka, di balik hiruk pikuk dan kemegahan kota Jakarta, masih terdapat banyak hewan liar yang bebas berkeliaran? Bukan di kebun binatang ataupun sirkus, tetapi di tempat-tempat umum seperti rumah, sekolah, dan taman kota. Salah satu hewan liar yang sering kita jumpai adalah burung. Dengan mobilitas tinggi dan kemampuan terbangnya, burung dapat menyebar ke berbagai wilayah kota. Keberadaan burung memberikan dampak positif bagi ekosistem sekitar sebagai bioindikator. Mereka membantu kita mengetahui apakah lingkungan tersebut berfungsi dengan baik atau tidak, sehingga makhluk hidup lain dalam ekosistem dapat hidup dalam hubungan timbal balik yang seimbang.

Burung memerlukan habitat yang sesuai untuk melakukan aktivitasnya sehari-hari, dan salah satu habitat yang ideal adalah ruang terbuka hijau. Di Jakarta, salah satu ruang terbuka hijau yang terkenal dengan keindahan dan sejarahnya adalah Lapangan Banteng yang terletak di Jakarta Pusat. Berdiri sejak tahun 1623, awalnya kawasan ini merupakan pekarangan kosong yang dihuni oleh penduduk Tiongkok. Seiring waktu, tempat ini menjadi lokasi berkumpul untuk berbagai kegiatan seperti perayaan panen raya, diskusi, dan pasar malam. Pada 25 Juli 2018, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta meresmikan pembukaan kembali Lapangan Banteng dengan desain yang lebih modern, unik, namun tetap mempertahankan nilai historisnya. Keberadaan ruang terbuka hijau ini meningkatkan ketertarikan masyarakat terhadap keanekaragaman jenis burung yang hidup di kota Jakarta, khususnya di Lapangan Banteng.

Gambar. Lapangan banteng, Jakarta Pusat

sumber: dokumentasi pribadi

Pengamatan terhadap burung di Lapangan Banteng dilakukan dengan metode point count, yang melibatkan pembuatan jalur observasi dan penentuan empat titik pengamatan yang representatif. Berdasarkan hasil pengamatan, ditemukan sebanyak 16 jenis burung yang berhasil teridentifikasi, di antaranya burung Merpati batu (Columba livia), Cucak kutilang (Pycnonotus aurigaster), Merbah cerukcuk (Pycnonotus goiavier), Cabai jawa (Dicaeum trochileum), Cipoh kacat (Aegithina tiphia), Kerak kerbau (Acridotheres javanicus), Sepah kecil (Pericrocotus cinnamomeus), Tekukur biasa (Spilopelia chinensis), Walet linchi (Collocalia linchi), Burung-gereja erasia (Passer montanus), Takur ungkut-ungkut (Psilopogon haemacephalus), Punai gading (Treron vernans), Kipasan belang (Rhipidura javanica), Bondol peking (Lonchura punctulata), Alap-alap sapi (Falco moluccensis) dan Betet biasa (Psittacula alexandri).

Ruang terbuka hijau seperti Taman Lapangan Banteng memainkan peran penting dalam menyediakan habitat alami bagi burung dan makhluk hidup lainnya. Dengan upaya konservasi yang tepat, kita dapat menciptakan keseimbangan antara pembangunan kota dan pelestarian alam. Jakarta, dengan segala kemegahannya, masih menyimpan kehidupan liar yang berharga. Keberadaan burung-burung di ruang terbuka hijau memberikan pelajaran berharga tentang pentingnya menjaga keseimbangan ekosistem dan keberlanjutan lingkungan. Mari kita terus mendukung upaya pelestarian alam di kota ini agar generasi mendatang dapat menikmati keindahan dan keanekaragaman hayati yang ada.

URBAN, biodiversitas, burung, lapangan banteng
Tentang Penulis
Syani

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

2024-06-28
Difference:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *