Gembili sebagai Potensi Bahan Pangan di Indonesia

Flora
Gembili sebagai Potensi Bahan Pangan di Indonesia
22 June 2015
9673

Gembili | Dioscorea esculenta

 

      Gembili atau Dioscorea esculenta, mempunyai nama daerah uwi butul atau ubi jae. tanaman ini masuk kedalam familia Dioscoreaceae. Memiliki perawakan berupa perdu memanjat, daun berbentuk ginjal, batang kuat, bulat, berbulu halus dan berduri. Umbi bentuk bulat panjang, daging berwarna putih sampai putih kekuningan (Sastrapraja, et al., 1977).. Gembili adalah jenis Dioscorea yang telah lama dibudidayakan oleh masyarakat desa meski tidak secara massal. Umbi yang masih mentah jika dimakan rasanya gatal, tetapi jika direbus enak dan agak lekat seperti ketan. Daging umbi lunak namun jika diremas hancur seperti pasir. Gembili memiliki rasa yang enak sehingga disukai warga, namun tanaman ini biasanya ditanam dalam jumlah terbatas mengingat ketersediaan bibit yang sedikit dan umur panennya mencapai 7-9 bulan (Rumawas, 2004).

     Habitat asli dari gembili adalah daerah humiddan sub-humid tropics. Daerah Asia Tenggara diketahui merupakan salah satu pusat budidaya gembili saat ini (terutama Papua Nugini). Agar dapat tumbuh dengan baik dibutuhkan curah hujan 875-1750 mm/tahun dengan distribusi merata sepanjang tahun, suhu 22,7-35oC, tanah gembur dengan tekstur ringan, berdrainase baik, banyak mengandung bahan organik, dan memiliki pH 5,5-6,5 (Koswara, 2009). Pembentukan umbi ditunjang dengan kondisi hari pendek, yaitu saat matahari bersinar kurang dari 12 jam. Tanaman ini tumbuh dengan baik pada dataran rendah, namun masih dapat tumbuh pada ketinggian 900 m dpl. Gembili memiliki prospek yang bak untuk dibudidayakan di daerah Jawa, Madura, Bali, dan Sulawesi bagian selatam (Flach dan Rumawas, 1996).

 

Gambar umbi Gembili (Dok : Arif Rudiyanto 2015)

 

 

      Umbi gembili memiliki susunan kandungan gizi yang bervariasi sesuai dengan spesies dan varietasnya. Komponen terbesar dari umbi gembili adalah karbohidrat yang sebesar 27-37%. Bila ditinjau dari sifat fisiokimianya, gembili memiliki kadar protein tinggi dengan viskositas rendah sehingga baik dikembangkan sebagai tepung komposit untuk produk pangan (Richana, et al., 2004). Tepung umbi gembili lebih cocok diolah dengan teknik pengukusan, hal ini dikarenakan pengolahan dengan penggorengan dan pemanggangan menyebabkan rasa pahit (Apriyati dan Hatmi, 2012). Jika tepung gembili ditambahkan ke dalam mie, maka perlu dilakukan penambahan telur untuk meningkatkan mutu protein mie sehingga menciptakan mie yang lebih liat (elastis) sehingga tidak mudah putus (Rosida dan Dwi, 2012). Gembili mememiliki sifat hipolipidemik sehingga dapat menurunkan total kolesterol, kadar trigliserida, kolesterol LDL dan kenaikan kolesterol HDL secara signifikan (Herlina, et al,2011). Ekstrak etanol dari gembili memiliki aktivitas anti kanker yang berpengaruh secara signifikan terhadap siklus perkembangan sel kanker payudara (Soetoko, et al., 2012). Penelitian pre-klinik pada objek diabetes menunjukkan bahwa pemberian tepung gembili dapat menurunkan kadar glukosa darah atau dengan kata lain memiliki efek anti-hiperglikemi (Setiawan, 2013).

    Menurut Boban  et  al.  (2006) dalam Harijono, dkk (2010) mengungkapkan bahwa gembili (Dioscorea esculenta) mengandung glukomanan yang dapat berpotensi pada bidang industri pangan maupun kesehatan. Makanan yang tinggi kandungan glukomanan dapat memperbaiki kontrol glikemik dan profil lemak. Dalam bidang pangan glukomanan dapat digunakan sebagai bahan tambahan makanan sebagai bahan pengetal  dan penstabil, Ekelman  dan  Dannan, (2009) dalam Harjono, dkk (2010).

      Penelitian yang dilakukan oleh Zubaidah, Elok dan Akhadiana, Wilda (2013) mengungkapkan manfaat insulin yang terkandung dalam gembili (Dioscorea esculenta). Inulin merupakan sebuah polimer dari fruktosa yang komponennya tersusun dari β chain [1,2] fruktofu- ranosida. Inulin termasuk karbohidrat dengan panjang rantai 2-60 unit. Inulin rantai panjang (22-60 unit) bersifat kurang larut dan lebih kental sehingga dapat digunakan sebagai pengganti lemak.

      Inulin merupakan salah satu komponen bahan pangan yang banyak dimanfaatkan sebagai pangan fungsional karena memiliki kandungan serat yang tinggi. Inulin bersifat prebiotik dimana inulin tidak dapat dicerna oleh enzim-enzim pencernaan, tetapi di dalam usus besar inulin akan  terfermentasi oleh bakteri  bifidobacterium yang banyak memberikan manfaat kesehatan pada tubuh (Zubaidah, Elok dan Akhadiana, Wilda 2013).

     Berdasarkan manfaat dari gembili (Dioscorea esculenta) yang memiliki berbagai kandungan senyawa kimia tersebut maka gembili dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan makanan tambahan yang berupa es krim. Penelitian yang dilakukan Dewanti, Fanny Karina (2013) tentang sifat fisik es krim mengungkapkan bahwa es krim yang bahan bakunya diganti dengan umbi tidak memiliki citarasa yang jauh berbeda dari es krim biasa dan masih diminati. Dilihat dari segi kesehatan es krim dengan bahan baku gembili memiliki resiko yang lebih kecil terkena obesitas serta mampu membantu proses pencernaan. Untuk itu pemanfaatan gembili sebagai bahan baku pembuatan es krim merupakan salah satu upaya pemanfaatan pangan lokal guna membangun daya saing. Indonesia yang memiliki iklim tropis mampu di tumbuhi beranekaragam tanaman dapat diupayakan untuk terus di gali dan dimanfaatkan secara optimal.

 

Sumber : 

  1. Jane N. O'Sullivan and James Ernest. 2007. Nutrient deficiencies in lesser yam (Dioscorea esculenta) characterized using constant–water table sand culture. Journal of Plant Nutrition and Soil Science. Vol. 170, Issue 2, pages 273–282April, 2007
  2. http://www.theplantlist.org/tpl1.1/search?q=Dioscorea+esculenta
About Author
Arif Rudiyanto
Yayasan Kanopi Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

2015-07-08
Difference:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *