Daur Hidup Hutan

Daur Hidup Hutan
9 May 2022
1050

Apa yang pertama terlintas di pikiran anda ketika menyebut hutan? Paru-paru dunia? Tempat yang penuh dengan pepohonan? Tempat tinggal para hewan? Tempat yang sejuk? Ya, semua itu benar memang hutan merupakan paru-paru dunia. Mungkin hanya sebatas itu yang diketahui secara umum. Namun, banyak orang yang menganggap hutan hanya sebatas itu, padahal setiap hutan itu berbeda, setiap hutan memiliki karakteristik masing-masing juga memiliki flora dan fauna masing-masing. Jadi, jika kita sudah menghilangkan satu saja wilayah hutan, artinya kita mungkin sudah menghilangkan satu spesies atau bahkan lebih. 

 

Indonesia sendiri memegang peran vital terhadap dunia, tanpa Indonesia dunia tidak akan bisa apa-apa. Memang dalam segi ekonomi, ilmu, dan teknologi kita masih tertinggal jauh dari negara-negara maju lainnya, tetapi sumber daya yang dimiliki Indonesia sangat memegang peran penting bagi dunia. Faktanya Indonesia negara ke-2 di dunia dengan hutan terluas, yang mana hal tersebut membantu seluruh bumi untuk mencegah meningkatnya suhu. Selain itu hutan hujan tertua juga berada di Indonesia tepatnya di provinsi Kalimantan, sedangkan di Papua Nugini menjadi pulau terbesar yang diselimuti oleh hutan dan dalam hutan di Papua Nugini terdapat setengah jenis spesies flora fauna tidak dapat ditemukan selain di hutan Papua Nugini.

 

Meski sudah banyak aktivis yang melakukan reboisasi, nyata tidak semudah itu untuk mengembalikan alam seperti sedia kala, karena untuk mengembalikan ekosistem seperti sedia kala butuh waktu bertahun-tahun atau mungkin puluhan tahun. sayangnya selama beberapa tahun belakang terjadi penurunan yang drastis pada hutan yang artinya juga kita kehilangan rumah flora fauna. Faktanya setiap menitnya kita kehilangan hutan seluas tiga lapangan sepak bola.

 

Salah satu yang menjadi ciri khas hutan di Kalimantan adalah tumbuhan karnivora yang bisa memakan serangga yakni kantong semar. Pada siklus ekosistem kantong semar kita juga bisa melihat bagaimana alam bisa saling memenuhi kebutuhan hidupnya. Bermula dari kantong semar yang tumbuh karena hutan yang lembab dan menghasilkan getah yang manis yang bisa menarik hewan besar untuk menjilatnya dan ketika hewan menjilatnya mereka akan membuang kotorannya di kantong semar yang menjadi sumber makanannya untuk tumbuh, dari getah tersebut juga menarik serangga seperti lalat atau semut untuk hinggap yang nantinya akan dimakan dan dimasukkan ke dalam tubuh kantong semar.

 

Namun, tanah yang bagus dari hutan tidak hanya karena lingkungan yang lembab, tetapi tanah di hutan menjadi subur juga karena cacing tanah yang memakan sisa-sisa daun kering atau sampah organik yang tidak bisa dicerna langsung oleh tanaman yang nantinya dicerna oleh cacing tanah dan kotoran cacing tanah yang kaya akan unsur hara dan mineral akan menjadi makanan bagi tanaman di sekitarnya.

 

Lanjut ke ekosistem berikutnya hasil dari pencernaan cacing tanah yang kaya hara akan menyuburkan banyak tanaman, dan tanaman yang subur akan menghasilkan lingkungan yang lembab. Dengan lingkungan yang lembab akan menghasilkan berbagai jenis jamur di batang pohon, tanah, akar pohon dan bebatuan. Seiring berjalannya waktu jamur yang lebat juga akan mati dan jamur yang mati tidak bisa langsung dicerna oleh tumbuhan maka rantai ekosistem cacing tanah kembali berlanjut. 

 

Jika satu saja rantai dalam ekosistem hilang akan mengakibatkan ketidakseimbangan. Misalnya jika kantong semar hilang maka akan berlebihan serangga dalam hutan, atau jika serangga hilang maka kantong semar akan punah juga karena tidak ada makanan utamanya. Contoh lainnya jika cacing tanah hilang maka tanah di sekitar hutan akan kurang subur dan pohon sulit tumbuh dan tidak akan tumbuh jamur, sedangkan jika pepohonan atau hutan hilang maka cacing akan kehilangan sumber makanannya dari sisa-sisa organik pohon.

About Author
Jovan Susento
Jurnalistik

Leave a Reply

Related
Article
No items found
2022-05-09
Difference:

Leave a Reply