sastra

Kematian Dukun

Seorang dukun sedang merapal jampi, sambil melihat catatan pada gulungan kertas yang menguning; sebuah sastra lisan yang diwariskan turun-temurun. Sementara pasien memegang gusi dan berharap sakit giginya hilang dengan satu kali tiupan dan rapalan jampi-jampi. Namun, eksistensi seorang dukun sudah kalah dengan jarum suntik dan pil. Bagaimana praktek pengobatan tradisional perlahan menghilang, bahkan di dalam Kematian Dukun

Membunuh Suara Alam

Jauh sebelum adanya lampu, kunang-kunang menerangi pandangan dengan percaya diri. Sebelum semuanya dirampas oleh terang benderang, bulan purnama kalah terang dan tidak lagi eksis untuk dilihat. Lalu, jalan raya ditemukan. Segala suara yang berasal dari alam, perlahan dirampas berganti dengan suara deru mesin, dan kehidupan berubah menjadi serba cepat. Hingga suara paling sunyi, tidak lagi Membunuh Suara Alam

Senjang yang Mengalami Kesenjangan Dengan Nilai Luhurnya

Orang-orang mencatat, orang-orang hilang. Orang-orang mencatat lalu hilang. Mengapa? Sebuah peryataan dari seorang penutur senjang yang berasal dari Musi Banyuasin Kuyung Irul, atau Amrullah. Seorang penutur yang akan genap 63 tahun pada Mei 2024 ini, bagaimana bisa? Kita sepakat, yang berasal dari tulisan pasti akan abadi. Hampir yang tersisa dari kesenian maupun kebudayaan, adalah yang Senjang yang Mengalami Kesenjangan Dengan Nilai Luhurnya

Ketika Kota Palembang Tidak Lagi Menghasilkan Ensiklopedi Bagi Penyair, Jutaan Ensiklopedi Tentang Lahan Basah di Sungai Musi Masih Belum Tercatat.

Seperti apa bau air pasang yang merendam bunga-bunga padi di sawah yang banjir? Atau bantal kapuk yang lupa diangkat terjemur di tiang-tiang bambu yang bersusun. Apakah masih tersisa embun pagi musim kemarau, yang menempel di dinding rumah kayu yang basah dan kemudian kering diserap matahari. Sementara rumah-rumah panggung sudah berganti dengan rumah beton, dan embun Ketika Kota Palembang Tidak Lagi Menghasilkan Ensiklopedi Bagi Penyair, Jutaan Ensiklopedi Tentang Lahan Basah di Sungai Musi Masih Belum Tercatat.

Lahan Basah, Sastra dan Peran Pembaca

Membicarakan lahan basah tentu tidak lepas dari orang-orang yang membicarakannya, baik melalui artikel, seminar lingkungan, maupun puisi dan prosa—yang paling penting bagaimana kita dapat hadir di dalamnya. Dengan membaca sudut pandang lahan basah dari sudut penulis, dari sudut puisi, dari sudut tokoh dalam prosa. Semua itu akan mengalami penerimaan ketika kita mengosongkan pikiran kita sejenak, Lahan Basah, Sastra dan Peran Pembaca

Gulo Puan Turut Menjaga Lahan Basah di Sumatera Selatan, Mengapa?

Matahari beranjak dari sarangnya memanggang separuh tubuh Muhammad [62] yang melaju menggunakan perahu keteknya menuju kandang kerbau yang berada di seberang sungai yang membelah antara Lebak Tapus dan Ulak Kuto. Di Lebak Tapus, desa Bangsal, Pampangan, Ogan Komering Ilir. Muhammad memelihara 68 ekor kerbau yang dimanfaatkan olahan susunya menjadi gulo puan. Gulo puan merupakan olahan Gulo Puan Turut Menjaga Lahan Basah di Sumatera Selatan, Mengapa?