Persoalan sampah tidak hanya menjadi isu nasional tapi sudah menjadi isu global. Di Indonesia, rata-rata setiap orang menghasilkan 0,7 kilogram sampah per hari. Dalam Perpres Nomor 97 Tahun 2017 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional (Jaktranas) Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga, Pemerintah menetapkan target pengelolaan sampah yang ingin dicapai adalah 100% sampah terkelola dengan baik dan benar pada tahun 2025 (Indonesia Bersih Sampah). Target ini diukur melalui pengurangan sampah sebesar 30%, dan penanganan sampah sebesar 70%. Hal ini tidak akan tercapai tanpa komitmen tinggi pemerintah yang dibarengi peran partisipatif dari semua lapisan masyarakat.
Timbulan sampah dari rumah tangga merupakan penghasil sampah terbesar dibandingkan dengan sumber-sumber sampah lainnya, yaitu sebesar 36%, lebih besar dari timbulan sampah dari pasar tradisional yang hanya 24% (Data Adipura KLHK 2015 - 2016). Besarnya persentase sampah rumah tangga merupakan masalah sekaligus peluang untuk menyelesaikan masalah persampahan dari sumbernya. Hal ini dapat dilakukan dengan cara melibatkan dan mengedukasi para ibu rumah tangga yang bersentuhan langsung dengan sampah rumah tangga.
Peliknya persoalan sampah dan minimnya edukasi mengenai pengelolaan sampah terutama pada level rumah tangga, mendorong saya untuk membuka sebuah kelas online mengenai hidup ramah lingkungan pada bulan Mei 2018 dengan sasaran awal adalah para ibu rumah tangga. Sebelum menjadi ibu rumah tangga seperti sekarang, saya adalah dosen di Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Brawijaya Malang.
Kelas Belajar Zerowaste (BZW) sendiri merupakan kelas yang berdurasi 12 pekan dengan pendekatan edukasi untuk membangun kesadaran bahwa sampah merupakan sisa konsumsi manusia yang tidak terkelola.Penyelesaian masalah sisa konsumsi (sampah) akan lebih mudah dilakukan pada sumbernya.
Cegah, Pilah, Olah (3AH) merupakan sebuah metode atau knowledge product yang diinisiasi oleh saya pribadi selaku Founder Kelas @belajarzerowaste_id. Tujuannya yaitu untuk mempermudah masyarakat awam terutama di sektor rumah tangga untuk dapat menerapkan budaya hidup minim sampah dengan lebih sederhana. Metode ini merupakan adaptasi dari konsep pengelolaan sampah 3R (reduce, reuse, recycle). Konsep tersebut diejawantahkan dalam kurikulum kelas belajar zero waste sejak tahun 2018.
Aktivitas pengelolaan sampah dengan dengan metode 3AH ini digunakan sebagai acuan dalam pengelolaan sampah di rumah tangga oleh para alumni BZW. Metode Cegah Pilah Olah pun telah banyak diadopsi karena dirasakan lebih sederhana dengan penggunaan istilah yang mudah dipahami oleh masyarakat umum.
Kelas online ini pada akhirnya berkembang menjadi sebuah Komunitas Belajar Zerowaste (selanjutnya disebut komunitas BZW) yang telah melahirkan ratusan alumni yang tersebar di seluruh Indonesia. Tujuan dibentuknya komunitas BZW adalah menumbuhkan kesadaran terhadap pengurangan sampah dan mampu menjadi agen perubahan mulai dari diri dan keluarga.
Berdasarkan pada data internal, hasil pembelajaran kelas ini secara signifikan telah memberikan kontribusi pada angka pengurangan sampah sebesar lebih dari 36% (lihat lampiran). Hingga kini program belajar online rutin dan berkelanjutan dari komunitas BZW terus berjalan setiap tahunnya. Di tahun 2022, kelas Belajar Zerowaste kembali menerima 204 peserta dari seluruh wilayah Indonesia.
Para alumni kelas Belajar Zerowaste saat ini telah menjadi inisiator gerakan baru dan agen perubahan di wilayahnya masing-masing. Berbekal ilmu yang telah didapatkan, mereka menjadi fasilitator edukasi lingkungan (narasumber webinar dan workshop baik offline maupun online), pendamping komunitas, pegiat bank sampah dan penggerak pengelolaan sampah di berbagai institusi (pendidikan, keagamaan, dll) selain juga menjadi influencer di media sosial.
Komunitas ini juga berkomitmen mengedukasi masyarakat di skala yang lebih luas mengenai permasalahan sampah di Indonesia melalui akun media sosial @dkwardani maupun akun @belajarzerowaste_id. Melalui interaksi para alumni dengan anggota keluarga maupun masyarakat sekitar, komunitas ini juga telah memberikan pengaruh maupun edukasi pengurangan dan pengelolaan sampah kepada kurang lebih 1.050 anggota keluarga dan lebih dari 3.500 orang.
Komunitas @belajarzerowaste_id melalui kelas Belajar Zero Waste sejak 2018 sudah menghasilkan 12 batch dengan total alumni sebanyak 582 orang yang tersebar di beberapa provinsi di Indonesia. Melalui kelas ini diupayakan terjadi perubahan kultur keluarga melalui peran para ibu rumah tangga dengan diberikan pemahaman tentang pentingnya mengelola sampah sejak dari sumbernya dan mulai melakukan perubahan perilaku dengan mengurangi sampah memakai prinsip 3AH (cegah, pilah, olah). Dengan perubahan kultur tersebut diharapkan keluarga terbiasa melakukan pengelolaan sampah rumah tangga dengan melakukan proses mencegah, memilah dan mengolah.
Berdasarkan sebaran provinsi, alumni BZW terbanyak berasal dari Provinsi Jawa Barat sebanyak 27,3 persen, disusul selanjutnya dari Provinsi Jawa Timur 19,9 persen dan Jawa Tengah 14,1% dan yang paling sedikit berasal dari Provinsi Bali sebanyak 0,4%.
Dengan ketersebaran alumni di berbagai provinsi di Indonesia, komunitas ini berupaya untuk menghimpun data pengurangan sampah yang lebih representatif. Data yang dihimpun diharapkan akan menjadi suatu kontribusi dalam upaya pengurangan sampah sebagaimana target Jaktranas serta menjadi dasar dalam pengembangan dan gerakan membudayakan hidup minim sampah lebih masif dan terstruktur.
Metode dalam analisis perhitungan pengurangan sampah alumni BZW ini diawali dengan polling yang dilakukan secara daring kepada seluruh Alumni Belajar Zero Waste selama 3 hari dari tanggal 7 hingga tanggal 10 Desember 2022 dan menggunakan hasil riset komunitas BZW terdahulu sebagai dasar acuan dalam asumsi perhitungan. Laporan ini kemudian diolah dengan menggunakan metode analisa statistik lingkungan dasar dengan asumsi dan acuan yang digunakan. Hasil yang didapatkan sebagai berikut:
- Nilai laju timbulan sampah tanpa pengurangan didasarkan pada data Kementerian Lingkungan Hidup Kehutanan (KLHK) yaitu 0,7 kg/orang/hari.
- Jumlah anggota keluarga setiap alumni BZW didasarkan pada data riset RnD BZW sebelumnya, yaitu rata-rata setiap anggota keluarga alumni BZW sebanyak 4 orang.
- Komposisi untuk perhitungan distribusi timbulan pada setiap jenis sampah mengacu pada data Komposisi Sampah Nasional tahun 2021 pada Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) KLHK.
- Durasi perhitungan timbulan dan pengurangan sampah dihitung berdasarkan pada awal masa kelas BZW pada masing-masing batch sampai dengan 15 Desember 2022.
Berdasarkan pada aktivitas keseharian, alumni BZW mayoritas merupakan seorang ibu rumah tangga sebanyak 73,4% yang juga bekiprah di berbagai bidang. Menjadi ASN, pekerja kreatif, guru/dosen, freelance, konsultan lingkungan, dan lain sebagainya yang juga seluruhnya merupakan praktisi hidup minim sampah.
Sebaran alumni BZW yang masih konsisten melaksanakan aktivitas 3AH berdasar dari hasil polling per Desember 2022 adalah sebagai berikut:
- sebanyak 42 persen alumni BZW mengelola sampah dengan secara mandiri di rumah yang dilakukan dengan pencegaan sampah, pemilahan dan pengolahan sampah dengan
- organik dikelola dengan metode pengomposan dan eco-enzyme,
- an-organik dikelola melalui pemilahan sampah an-organik yang disalurkan ke Bank Sampah/Lembaga Pengelola Sampah,
- residu plastik diolah menjadi eco-brick serta residu lain yang tidak dapat diolah salurkan ke TPA/TPS/TPST/TPS3R terdekat.
- Sebanyak 25,4 persen alumni BZW melakukan pengelolaan mandiri di rumah sama seperti pengelolaan mandiri dari rumah sebagaimana penjelasan di atas dan sudah tidak menyalurkan residu ke TPA/TPS/TPST/TPS3R sama sekali.
- Sebanyak 20,7 persen alumni BZW mengelola secara mandiri dari rumah, namun tidak menyalurkan ke lembaga pengelola sampah sehingga residu disalurkan ke TPS/TPS3R/TPST/TPA.
- Sebanyak 6,7 persen alumni BZW mengolah sisa organik secara mandiri namun sisa anorganik dibakar.
- Sebanyak 5,2 persen masih belum mengelola sampah secara mandiri sehingga masih dikumpulkan dan diangkut petugas kebersihan atau ditimbun di TPS/TPS 3R/TPST/TPA.
Keterangan:
- Dikumpulkan dan dibuang ke sungai
- Dikumpulkan dan dibakar
- Dikumpulkan dan diangkut petugas kebersihan/ditimbun di TPS
- Dikumpulkan dan ditimbun/diangkut ke TPS 3R/TPST/TPA
- Sisa organik diolah menjadi kompos dan/atau eco-enzyme dan sisa anorganik dibuang atau dibakar
- Dikelola mandiri (eco-enzyme/eco brick/kompos/maggot/semacamnya) dan residu ke TPS/TPS3R/TPST/TPA
- Dikelola mandiri (eco-enzyme/eco-brick/kompos/maggot/semacamnya) dan sebagian disalurkan ke lembaga pengelola sampah (Bank Sampah/Waste Manegement/semacamnya)
- Dikelola mandiri (eco-enzyme/eco-brick/kompos/maggot/semacamnya) sebagian disalurkan ke lembaga pengelola sampah (Bank Sampah/Waste Manegement/semacamnya) dan residu sampah lain ke TPS/TPS3R/TPST/TPA
Berdasarkan hasil perhitungan analisis pengurangan sampah yang dilakukan dengan acuan dan asumsi yang disepakati, didapatkan total pengurangan sampah yang dilakukan oleh alumni BZW rentang waktu berdasarkan durasi kelulusan setiap batch (mulai tahun 2018) hingga 15 Desember 2022 adalah 1020,75 ton atau 90,49 persen. Serta dianalisis pula potensi pengurangan sampah BZW pertahun didasarkan pada konsistensi jenis pengelolaan sampah yang telah dilakukan oleh alumni BZW dengan metode Cegah, Pilah, Olah (3AH), didapatkan potensi pengurangan sampah sebesar 506,93 ton/tahun.
Perhitungan analisis pengurangan sampah oleh komunitas Alumni BZW memperlihatkan bahwa penanganan sampah dari sumbernya merupakan masalah merubah mind set dan perilaku masyarakat terhadap cara memperlakukan sampah. Perubahan kultur dan perilaku masyarakat dalam mengelola sampah sangat berpengaruh terhadap keberhasilan penanganan sampah di tingkat hilir, yaitu berkurangnya angka timbulan sampah yang dibuang ke TPA. Perubahan kultur itu dapat dimulai salah satunya lewat edukasi dan penguatan peran para ibu rumah tangga.
Para ibu rumah tangga perlu mendapatkan pemahaman tentang pentingnya mengelola sampah sejak dari sumbernya dan mulai melakukan perubahan perilaku dengan mengurangi sampah dengan memakai prinsip CEGAH PILAH OLAH. Dengan demikian mereka dapat melakukan penanganan sampah rumah tangga dengan melakukan proses mencegah, memilah dan mengolah sampah rumah tangga. Ibu rumah yang telah teredukasi diharapkan dapat menjadi duta-duta yang akan menyebarkan pemahamannya tentang pentingnya perubahan cara pikir masyarakat dalam mengelola sampah rumah tangga. Hal ini terbukti dapat dilakukan dengan cara melibatkan dan mengedukasi para ibu rumah tangga yang bersentuhan langsung dengan sampah rumah tangga, seperti yang diterapkan dalam kelas Belajar Zerowaste.
Kurang lebih 1.020,75 ton sampah telah diselamatkan dari Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) oleh rekan-rekan alumni BZW sejak berdirinya kelas di tahun 2018 hingga sekarang. Hal ini sangat menggembirakan dan menumbuhkan optimisme akan tercapainya Indonesia Bebas Sampah 2025, karena sisa konsumsi kita adalah tanggungjawab kita bersama.
Oleh:
Founder & Co Founder Kelas Belajar Zerowaste
Penulis : DK. Wardhani dan Mita Hapsari
Artikel ini dibuat berdasarkan:
“Laporan Riset BZW; Analisis Pengurangan Sampah Alumni Kelas Belajar Zero Waste” yang diselenggarakan oleh Divisi Research and Developement (RnD) @belajarzerowaste_id dan diolah oleh Thayyibah Nazlatul Ain, S.T
Informasi lebih lanjut mengenai survei ini hubungi:
Email: [email protected]
Instagram: @belajarzerowaste_id
Kelas Belajar Zerowaste
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.
Opini
Terms and Conditions