Monster Sampah

Activity, Climate Change, Waste Management
Monster Sampah
21 February 2023
546

Masalah lingkungan hidup sangat bisa memunculkan konflik dan ketegangan yang kompleks baik di ruang publik maupun ruang domestik. Hal ini bisa sangat mempengaruhi pola pikir dan paradigma kita menghadapi kehidupan dan masalah sehari-hari, seperti udara yang tercemar, perubahan iklim, berkurangnya lahan hijau atau lahan serapan, dan juga sampah mulai dari sampah rumah tangga sampai sampah industri.

Terlihat masyarakat dunia semakin peduli dengan masalah sampah dan semakin menerapkan pola hidup ramah lingkungan, termasuk di Indonesia. Edukasi tentang dampak sampah sudah semakin masif dan menjangkau pelosok daerah. Sebagian masyarakat sudah bergerak mengampanyekan gaya hidup ramah lingkungan. Banyak orang yang tersadarkan membawa botol minum, wadah makan, naik sepeda, dan berjalan kaki. Namun, ternyata gerakan-gerakan itu belum cukup menyadarkan sebagian besar masyarakat untuk melakukan tindakan nyata yang berkelanjutan dan bukan sekedar mengikuti tren.

Pencemaran bumi terus berlangsung tanpa henti, bahkan semakin dipercepat oleh perilaku kita. Fakta menyebutkan, produksi sampah plastik di Indonesia mencapai 64 juta ton/tahun, dimana 3,2 juta ton/tahun dibuang ke laut, dengan komposisi terbesarnya adalah sampah plastik. Hal ini menjadikan Indonesia menjadi penyumbang sampah plastik terbesar kedua di dunia setelah China.

Di masa pandemi, produksi sampah semakin meningkat. Menurut Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, terjadi peningkatan timbunan limbah medis sebanyak 30-50 %. Hal yang cukup dimaklumi di tengah pandemik covid-19.  Fakta lainnya adalah terjadinya peningkatan sampah plastik sebesar 30-50 %. Hasil penelitian ITS, peningkatan sampah plastik di TPA Benowo Surabaya (2017 = 13,37 %. 2020 = 22,01 %).

Penelitian LIPI menyebutkan aktivitas belanja online meningkat tinggi. Perbandingannya yaitu di tahun 2019, rata-rata orang belanja daring 1-5 kali dalam sebulan. Di tahun 2020, terjadi peningkatan sampai 10 kali lipat bahkan lebih setiap bulannya.  Dan jika diperhatikan, 96 % kemasan belanja online adalah plastik, komposisi kemasan yang terdiri dari selotip, bungkus plastik dan bubble wrap, yang kemudian akan terbuang begitu saja

dan menjelma menjadi tumpukan sampah plastik.

Disadari atau tidak, produk plastik ini semakin mengepung kita. Plastik memang menarik karena kepraktisannya dan desainnya yang modern. Namun, jika tidak disikapi dengan bijak, maka akan menimbulkan masalah lingkungan yang luar biasa. Seperti diketahui, jika tidak terkelola dengan baik dan berserakan di bumi, masa urai plastik membutuhkan ratusan bahkan jutaan tahun.

Hal yang harus kita lakukan adalah terus-menerus mengedukasi masyarakat terkait sampah plastik, dan Langkah yang harus diambil. Bergerak mulai dari diri sendiri, meneguhkan hati dan berusaha untuk tidak mudah tergoda dengan segala rupa keinstanan. Edukasi bisa dilakukan dengan bentuk yang lebih menyenangkan, tanpa menggurui. Karena umumnya orang tidak mau dinasehati.

Perjuangan memang semakin berat, karena tantangan baru semakin luar biasa. reDuce, reUse, reCycle, masih kurang greget. Yang seringkali dianggap solusi adalah daur ulang/recycle, seolah-olah ini adalah langkah yang paling tepat dalam menyelesaikan masalah. Daur ulang dianggap solusi jitu, mengesampingkan reduce/meminimalkan dan reuse/memakai kembali. Padahal, daur ulang sebenarnya adalah langkah paling terakhir ketika masih terdapat sisa-sisa sampah yang harus kita berdayakan. Paradigma ini harus berubah. Yang harus lebih dikobarkan adalah refuse, menolak sampah, sebelum kemudian ke reduce dan reuse. Menggugah kesadaran kita yang terdalam, supaya potensi masalah tidak hadir di antara kita, yaitu dengan keberanian menolak!!

Saya, sebagai seorang perupa sekaligus pendidik, berusaha untuk melakukan edukasi ini sesuai dengan peran saya. Misalnya melalui karya gambar dan karya lukis. Gambar bagi saya adalah bagian dari keseharian, bagian dari kebutuhun hati, juga kebutuhan profesi yang saya tekuni. Dengan gambar, banyak hal bisa terkomunikasikan, karena gambar adalah pencerita yang baik. Melalui gambar dan lukisan, isu-isu tentang sampah atau lingkungan ini selalu saya munculkan. Berharap kemudian itu bisa menggerakkan hati bagi penikmat karya saya. Lalu juga melalui karya seni instalasi, dengan memanfaatkan material dari sampah plastik, sekaligus sebagai sindiran, sampah yang masih saja ada di hadapan kita. Melalui karya, saya berusaha untuk berbicara.

Ketika kita tidak bisa sepenuhnya mempraktikkan keseharian nenek buyut kita, seperti memasak sendiri dari hasil kebun, memakai piring daun, membeli langsung barang ke tempatnya dengan bersepeda/jalan kaki, memakai tas belanja dari rumah, dan seterusnya, maka yang bisa kita lakukan adalah menahan hawa nafsu, mengendalikan diri untuk tidak terjebak pada gaya instan dan konsumerisme.

Selain itu dibutuhkan juga kebijakan dari pemerintah yang tegas dan mendorong pihak industri untuk menerapkan konsep sirkular ekonomi, dimana semuanya mempunyai tujuan akhir untuk kehidupanyang berkelanjutan. Semoga monster sampah ini tidak semakin membesar.

Mari bergerak Bersama!!

About Author
Ary Okta M.Sn
Direktur Program Sekolah Citra Alam Jakarta

Co-Founder dan co-owner Sekolah Citra Alam Yogyakarta

Terms and Conditions

  1. Contains only topics related to biodiversity and the environment
  2. Writing length 5,000-6,000 characters
  3. No plagiarism
  4. The article has never been published in the media and on other sites
  5. Include name, title, and organization
  6. Attach a photo of yourself and a brief biography
  7. Attach supporting photos (if any)
  8. Sending writings to [email protected]
  9. If it will be loaded, the admin will contact the author to inform the loading date

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *