Which One Is The Best : Organic Versus Conventional Farm

Agriculture, Carbon Trading, Climate Change, Ecotourism, Food security, Forestry, Local Food, Organic agriculture, Plants, Urban Farming
Which One Is The Best : Organic Versus Conventional Farm
11 August 2024
152

Topik organik dikalangan pertanian merupakan hal yang sudah lama dilaksanakan dan diterapkan, namun keberadaanya sedikit terusik pada tahun 1950-an hingga 1980 an khususnya di negara Asia, tidak terkecuali Indonesia. Hal ini dilandasi oleh adanya revolusi hijau yang dimana menyebabkan perubahan tata cara budidaya yang dituntut cepat untuk menghasilkan tanaman dengan menggunakan bahan kimia (konvensional farming) sebagai booster dan pemercepat pertumbuhan tanaman agar mengatasi kemiskinan, world hunger/kelaparan, meningkatkan pendapatan, mengurangi deforestrasi, dan meningkatkan harapan hidup bayi. Hal tersebut dapat dilihat dalam pendukung data berikut :

Dari banyaknya manfaat tersebut, pertanian konvensional menjadi pegangan bagi banyak negara untuk menjaga kestabilan pangan dan juga untuk menggerakkan ekonomi mereka; baru tahun 1990 hingga 2000an organik mulai merangkak kembali kepermukaan untuk bersaing dengan konvensional, penulis berasumsi bahwa merangkaknya pertanian organik berasal dari gerakan hippie yang dimana mereka ingin mengembalikan, serta mengurangi dampak alam yang telah rusak akibat aktivitas industrialisasi, pertanian konvensioal, serta memulai gaya hidup sehat. Gerakan tersebut berhasil membuat teknik pertanian organik kembali muncul kepermukaan namun perkembangannya kurang begitu pesat, terlebih lagi di negara berkembang dan miskin.

Gambar kiri merupakan sumber yang menyebutkan bahwa pertanian organik diusung dan dipopulerkan oleh kaum hippie dan juga beberapa kelompok yang idealis akan lingkungan. Sedangkan gambar kanan, merupakan bentuk alur, serta ilustrasi konsep bahasan, menggunakan konsep 3 pillar

Perdebatan akan pertanian organik dan konvensional dapat terselesaikan bila kita saling memahami akan kebutuhan dan fokus apa yang kita tuju. Tidak berhenti disitu saja, pemilihan metode pertanian ini juga perlu analisis mendalam akan kecocokan negara yang kita akan terapkan, hal ini dikarenakan banyak sekali laporan yang terjadi bertentangan tiap instansi, wilayah, negara atau bahkan benua. Untuk itu penulis merangkum hasil analisis studi literatur yang ditemukan untuk menjawab dan menguraikan perseteruan yang terjadi. Studi literatur ini akan dibahas dengan rangka bahasan 3 Pillars Of  Sustainability: Environmental, Social and Economic :

Aspek Dimensi Finansial (Keberlanjutan Usaha)

Salah satu hal yang terpenting dalam pengadaptasian suatu metode pertanian adalah bagaimana metode tersebut dapat meningkatkan nilai efisien dalam pengelolaan modal sehingga berujung pada keuntungan bagi para petani; hal ini dikarenakan di negara berkembang khususnya Indonesia banyak sekali petani yang masih mendapatkan keuntungan tipis dari usaha taninya. Aspek ekonomi sangat penting untuk mengelola usaha tani yang sedang berjalan, dikarenakan untuk menentukan apakah dimusim depan bisa menanam kembali atau tidak. Hal ini sejalan dengan pernyataan Kulawik (2010) dan Marthinho (2022)  bahwa finansial merupakan kunci utama dari berjalannya usaha tani baik dari sekala bisnis kecil hingga lingkup besar seperti perusahaan; semakin baik profitabilitas maka suatu usaha akan terus dapat berjalan/survive.

Gambar kiri merupakan laporan EU Commission No4 November 2013 yang digunakan dalam menganalisis beberapa aspek mencangkup pertanian organik dan juga peternakan organik. Gambar kanan merupakan hasil studi yang membuktikan bahwa aspek ekonomi memegang peranan penting dalam bisnis pertanian di negara Eropa

Untuk menanggapi dari sisi finansial penulis menganalisis laporan dari EU Commission No4 November 2013 dengan judul "Organic Versus Conventional Farming, Which Performs Better Financially ?". Dalam laporan tersebut didapatkan bahwa perbandingan pertanian organik dengan konvensional dari 5 negara (Jerman, Spanyol, Prancis, Austria, dan Polandia) menunjukkan terdapat perbedaan pendapatan bersih petani ditiap negara. Contohnya di negara Jerman dan Spanyol, pertanian konvensional masih memegang peranan penting dalam menyediakan sayur, dapat dilihat pendapatan pertanian konvensional masih tinggi dari pada organik, berbanding terbalik dengan negara Prancis, Austria, dan Polandia, yang dimana bisnis produk organik diminati sehingga mendatangkan net margin yang jauh lebih tinggi dari pada pertanian konvensional. Ketidakjelasan ini disebabkan oleh banyak faktor, namun dibagi menjadi dua yakni dari faktor internal dan eksternal.

Gambar kanan merupakan ilustrasi yang dibuat oleh penulis untuk memudahkan pembaca dalam memberikan imajinasi berupa "apa yang membuat adanya gap tiap negara pada pembelian produk organik maupun konvensional"

dalam ranah internal mencangkup kesadaran, tingkat edukasi, pendapatan, dan faktor penyakit masyarakat menjadikan peran kunci yang dapat mempengaruhi pembelian atau mendapatkan akses pada hasil produk organik (Baş et al., 2024), sedangkan dalam ranah eksternal selain tingkat produksi yang beragam karena luasan pertanian organik dan jumlah petaninya, terdapat hal menarik yaitu dimana privilage suatu negara  juga dapat mempengaruhi pendapatan dalam sektor organik yakni berupa pengenalan eco wisata yang dipadukan dengan kuliner sehat organik (Ugurlu, 2014). Tidak berhenti disitu saja trend  juga dapat mempengaruhi tingkat pembelian organik, contohnya tahun 2016 website Slow Food memaparkan bahwa produk organik akan menjadi makanan yang umum di Prancis, namun tahun 2023 trend organik runtuh akibat adanya desas desus akan tingginya inflasi pada Prancis.

Aspek Dimensi Sosial (Pekerja)

Fokus utama dalam dimensi sosial adalah mencangkup akan kesejahteraan tenaga kerja dan keberlanjutannya, "apakah dalam budidaya organik para pekerja lebih sejahtera atau sama saja dengan upah yang diterima dengan pertanian konvensional". Dari hasil studi yang dilakukan oleh Fess & Vagner (2018) menjabarkan bahwa pertanian organik menyerap banyak tenaga kerja khususnya di negara berkembang dan juga negara maju, hal ini dikarenakan pertanian organik erat dengan sistem padat karya, sehingga mencegah pekerja ilegal datang (khususnya dinegara maju seperti Amerika Utara). Sejalan, dengan studi yang dilakukan oleh Pimentel (2006) menggambarkan bahwa sistem pertanian organik memerlukan pekerja sebesar 35% lebih banyak dari pada sistem konvensional. Hal ini juga dikonfirmasi dalam laporan EU Commission NO 4 November 2013 bahwa produk organik memiliki nilai harga yang tinggi disebabkan karena banyaknya proses dilakukan oleh tenaga kerja, walaupun masih terdapat subsidi dari pemerintah EU itu sendiri.

Gambar kiri merupakan ilustrasi dari penelitian Fess & Benedito (2018) yang dimana menganalisis perbandingan konsumsi energi dalam sistem organik dan konvensional untuk tanaman semusim; dapat dilihat labor/kebutuhan pekerja diorganik jauh lebih tinggi dari pada konvensional. Sedangkan gambar kanan merupakan temuan dari Komatsuzaki & Syuaib (2010) dimana ternyata buruh pertanian organik memiliki jam kerja yang panjang namun pendapatan yang diterima tidak sepadan dengan pertanian konvensional

Selain mencangkup kebutuhan tenaga kerja, pada dimensi sosial juga mencangkup akan kesehatan dan kemanusiawian pekerja, dimana dalam laporan Fess & Vagner (2018) menyebutkan pekerja pertanian organik cenderung sedikit terpapar oleh bahan kimia yang dapat mengganggu kesehatannya, berbanding terbalik dengan konvensional. Hal mengejutkan datang dalam penelitian Komatsuzaki & Syuaib (2010) bahwa gaji para pekerja pertanian organik sangat tidak adil dengan waktu kerja yang telah diberikan. pekerja hanya mendapatkan 20% keuntungan dari hasil produksi beras organik di studi kasus Jawa Barat, Indonesia, sehingga menyebabkan kecemburuan dan keadilan sosial dipekerja.

Aspek Dimensi Lingkungan (Ekologi)

Dalam aspek ini tidak dapat diragukan kembali bahwa pertanian organik memiliki poin unggul dari pada pertanian konvensional. Seperti yang tertera dibagian atas, pertanian organik banyak sekali mengurangi dampak kerusakan ekologi, baik udara, air, dan tanah. Selain itu juga pertanian organik menurut studi Silvia RM &  Canellas LP (2022)  menurunkan tingkat resistensi beberapa hama dan patogen.

Gambar kiri merupakan studi literatur yang diadaptasi olehSilvia RM &  Canellas LP (2022) dalam melakukan penelitiannya untuk menguji tingkat keberhasilan resistensi hama dan penyakit tanaman dengan praktik budidaya organik versus konvensional

Sayangnya bila kita jeli, pertanian atau sistem organik masih memiliki kecacatan yaitu berupa kebutuhan lahan yang luas dan banyak. Dalam laporan EU Commission NO 4 November 2013 dijelaskan bawah pertanian organik masih belum dapat bersaing akan daya hasil dengan pertanian konvensional, namun memiliki harga yang tinggi dari pada produk konvensional. Hal ini sejalan dengan pernyataan Searchinger et al., (2018) bahwa pertanian organik membutuhkan lahan yang sedikit lebih luas untuk hasil yang sama (konvensional), sistem organik menyebabkan lebih banyak penggundulan hutan, yang pada berakibat menghasilkan lebih banyak emisi karbon dioksida.

Conclusion/Kesimpulan dari penulis 

dari penjabaran diatas dapat kita ketahui bahwa baik itu pertanian organik ataupun pertanian konvensional tidak perlu diperdebatkan atau bahkan dibesar-besarkan. Mereka dapat berpadu menjadi satu untuk tujuan masing-masing, namun titik tekan dalam analisis ini adalah untuk penadaptasi suatu praktik perlu memahami situasi kondisi disuatu wilayah tersebut, baik berupa target pasar berupa konsumennya ada atau tidak, seberapa luas dan minat mereka, proporsi atau perbandingan masyarakat berpenghasilan rendah dan tinggi; bagaimana tingkat pemahaman akan produk organik, dan dukungan pemerintah, serta infrastruktur yang ada (pasar)

Organik, Pertanian, ekonomi pertanian, famr manajemen, kima vs organik, konvensional, mahasiswa, perbandingan, pertanian organik, pestisida, petani untung, pupuk kimia, sayur kimia
About Author
Bima Oktasa Dwi Wardana
Produksi Pertanian

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

2024-08-26
Difference:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *