Pada tahun 1990, saat penyusunan Strategi dan Rencana Aksi (SRAK) Badak Indonesia 1993-2003, jumlah badak Sumatra diperkirakan berjumlah sekitar 400 individu. Banyak usaha perlindungan yang sudah dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat sipil. Namun, faktanya para ahli pada lokakarya penyusunan Rencana Aksi Darurat/Emergency Action Plan di tahun 2019, berdasarkan beberapa informasi memperkirakan jumlah badak Sumatra di alam merosot menjadi kurang dari 100 individu. Penyebabnya antara lain, adanya praktik perburuan dan perdagangan satwa, degradasi dan fragmentasi habitat, serta penyakit pada sistem reproduksi. Oleh karena itu, diperlukan langkah-langkah cepat dan nyata, serta kolaborasi semua pihak dalam mencegah kepunahan serta memulihkan populasi badak ke tingkat yang aman.
Sebagai upaya penyelamatan populasi Badak Sumatra, Pemerintah Indonesia telah menyusun Rencana Aksi Darurat (RAD)/Emergency Action Plan (EAP) Penyelamatan Populasi Badak Sumatra 2018-2021 (SK Dirjen KSDAE No. SK 421/KSDAE/SET/KSA.2/XII/2018 tanggal 6 Desember 2018). RAD ini merupakan langkah strategis, mendesak, revolusioner dan memiliki prioritas tinggi untuk menyelamatkan badak Sumatra dari kepunahan. RAD ini menjadi sangat penting, mengingat saat ini populasinya kecil, laju perkembangbiakan yang rendah, adanya populasi yang terisolir dan tidak viabel, serta tingginya ancaman perburuan dan kehilangan habitat.
badak Sumatra (Dicerorhinus sumatrensis). Foto: Ali Sofiawan/TFCA Sumatera
Yayasan KEHATI melalui program TFCA-Sumatera dan TFCA Kalimantan memiliki program perlindungan spesies kunci yang ada di Indonesia, termasuk badak Sumatra. Dana yang dikeluarkan untuk perlindungan spesies dalam rangka mendukung RAD ini senilai hampir Rp 100 miliar untuk di Sumatra, dan sekitar Rp 16 miliar di Kalimantan.
“Yayasan KEHATI melalui mitra-mitra di tingkat lokal dan bersama seluruh pihak akan terus mendukung program pelestarian keanekaragaman hayati di Indonesia, termasuk penyelamatan badak Sumatra, baik yang terdapat di Sumatra dan Kalimantan. Agar tujuan ini dapat terwujud, kami berharap RAD yang telah disusun dapat selaras dengan rencana pembangunan jangka menengah dan panjang pemerintah daerah,” ujar Direktur Eksekutif Yayasan KEHATI Riki Frindos.
Konservasi badak Sumatra sangat penting bagi Indonesia. Selain statusnya yang kritis (critically endangered), satwa yang suka mengonsumsi pucuk-pucuk daun muda ini berfungsi untuk meregenerasi hutan dengan tumbuhnya pucuk-pucuk baru dari daun yang dimakannya. Karena jangkauan jalannya yang jauh, badak juga merupakan agen penyebar benih melalui biji-biji hutan yang melekat ditubuhnya. Selain itu, badak membuka jalan rintisan dari vegetasi tebal untuk satwa liar yang lainnya.
Upaya Perlindungan oleh Program Tropical Forest Conservation Action (TFCA)
Melalui skema pendanaan yang ada, Program TFCA Sumatera Yayasan KEHATI memfokuskan dukungan pelaksanaan pemulihan populasi badak Sumatera melalui beberapa program antara lain, pertama, melindungi secara intensif populasi-populasi yang masih viabel di habitatnya. Program ini melindungi secara masif populasi badak yang ada untuk dapat berkembang secara alami. Salah satu kegiatannya yaitu dengan pembentukan kelembagaan tim patroli dan peningkatan kapasitas anggota patroli melalui berbagai fasilitas pelatihan dan pengembangan tim patroli bersama masyarakat. Selain berdampak pada terlindunginya populasi badak, patroli juga berdampak langsung pada perlindungan hutan dan satwa lainnya.
Kedua, menyediakan data akurat mengenai kondisi populasi untuk pengambilan keputusan konservasi yang tepat. Mitra-mitra TFCA Sumatera melakukan survei okupansi untuk mengetahui sebaran, perkiraan tingkat hunian (okupansi) atas blok habitat yang diwakili, serta mempelajari faktor-faktor yang turut menentukan keberadaan dan okupansi badak di bentang alam TNGL, TNWK, dan TNBBS. Untuk mendukung aktivitas survei, TFCA Sumatera menyediakan 317 buah kamera jebak (camera trap) yang didistribusikan kepada 3 taman nasional tersebut. Populasi badak yang terisolasi akan diselamatkan (rescue) untuk difasilitasi perkembang-biakannya secara semi alami di lokasi tertentu yang disebut sebagai Sanctuary.
Melihat kedaruratan penyelamatan badak Sumatra, TFCA Sumatera juga menyediakan dan mendorong terbentuknya strategi dan rencana aksi konservasi (SRAK), dan mendukung langkah-langkah rencana aksi darurat (RAD) Badak. RAD dengan tujuan jangka pendek yaitu menghasilkan anakan badak sebanyak-banyaknya untuk dapat dikembalikan ke habitat aslinya, serta melindungi populasinya di habitat alamnya. RAD diharapkan dapat bersinergi dan diterjemahkan ke dalam sistem perencanaan penataan ruang daerah, serta sejalan dengan rencana pembangunan jangka panjang maupun menengah pemerintah baik pusat maupun daerah.
Untuk program penyelamatan badak sumatra di Kalimantan, program khusus Yayasan KEHATI lainnya yaitu TFCA Kalimantan melalui mitra penerima hibah ALeRT (Aliansi Lestari Rimba Terpadu) telah berhasil menyelamatkan spesimen hidup badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis) berjenis kelamin betina bernama Pahu dari kawasan hutan Kampung Besiq Kecamatan Damai. Badak tersebut akan menjadi salah satu penghuni Suaka Rhino di Kelian (Kalimantan Timur) untuk dikembangbiakkan di lokasi ex situ. Berdasarkan hasil survey dan informasi dari masyarakat, diprediksi setidaknya terdapat tiga kantong habitat badak seluas 400.000 hektar di Kutai Barat, Kalimantan Timur. Kondisi terakhir, Badak Pahu terpantau dalam keadaan sehat, dengan bobot mencapai 360 Kg.
badak Sumatra bernama Pahu. Foto: TFCA Kalimantan-KLHK
Kegiatan ALeRT yang didukung TFCA Kalimantan meliputi survei sosial dan operasi penyelamatan ke lokasi suaka, pembangunan suaka, pengelolaan kesehatan dan operasional suaka. Konservasi badak Sumatra yang dipimpin Kementerian LHK ini mendapatkan dukungan dari berbagai pihak, seperti perusahaan swasta, LSM lokal, dan pemerintah daerah, yaitu Pemkab Kutai Barat, dan Pemprov Kalimantan Timur.
Selain badak Sumatra, beberapa spesies endemik Indonesia juga masuk dalam program konservasi oleh Yayasan KEHATI yaitu harimau, gajah, orang utan oleh TFCA Sumatera, dan rangkong gading, orang utan, bekantan, pesut, dan banteng oleh TFCA Kalimantan. “Yayasan KEHATI terus berkomitmen untuk melestarikan keanekaragaman hayati di Indonesia, termasuk satwa yang terancam punah. Hal ini untuk menjaga keberlangsungan kehidupan di Indonesia dan wujud tanggung jawab kita kepada generasi yang akan datang, karena keanekaragaman hayati adalah masa depan umat manusia,” tutup Riki.
Sumber Foto Cover: TFCA Kalimantan-KLHK
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.
Article