Burung laut bisa menjadi salah satu indikator kesehatan lingkungan dan produktivitas laut. Dan yang terbaik untuk indikator, adalah jenis predator tertinggi dalam jaring-jaring makanan. Alasannya, karena di dalam tubuh mereka telah terakumulasi berbagai jenis polutan laut. Mulai dari spesies terendah dalam rantai makanan hingga mangsa terakhirnya. Contoh burung yang dapat digunakan sebagai indikator yaitu burung cikalang.
Burung cikalang termasuk suku Fregatidae dan biasa melakukan migrasi melewati Indonesia hingga pantai barat laut Australia. Terdapat tiga spesies burung cikalang yang ditemukan di Indonesia, antara lain cikalang christmas (Fregata andrewsi), cikalang kecil (Fregata ariel), dan cikalang besar (Fregata minor). Ketiga jenis tersebut mudah terlihat di Teluk Jakarta. Sehingga digunakan sebagai indikator untuk mengukur kandungan logam berat hasil buangan industri.
Penelitian ini dilakukan oleh Cordova bersama LIPI Oceanography pada 2016 dan menunjukkan hasil yang mengkhawatirkan. Mulai muara sungai hingga jarak 20 km ditemukan tembaga (Cu), timbal (Pb), nikel (Ni), seng (Zn), dan merkuri (Hg), dengan kandungan melewati nilai TEL (Threshold Effect Level), sehingga menghasilkan lebih dari 10% efek berbahaya. Bahkan kandungan seng (Zn) dan merkuri di mulut sungai dan di jarak 5 km (untuk Hg) telah melewati nilai PEL (Probable Effect Level), dimana presentasi bahaya mencapai 50-70%. Umumnya akan ditemukan kandungan logam berat yang lebih tinggi pada burung dewasa, karena masa hidupnya yang lebih lama.
Sumber:
http://www.mongabay.co.id/2018/05/16/cikalang-juga-menderita-bila-laut-tercemar/
Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.
Terkait