Bermula dari tahun 2018 di Mataram, Lombok, Tizar menghidupkan kembali salah satu Kelompok Studi bernama Herpetology Science Club yang terbilang sudah vakum cukup lama. Berawal dari kebingungan ingin fokus di bidang apa dalam ilmu biologi yang begitu luas dan sebagai orang yang menyukai tantangan dan gemar belajar hal baru, Tizar terbersit keinginan untuk belajar herpetology dimana saat itu herpetology adalah ilmu yang masih asing di kampusnya. Pada tahun 2019, Tizar bergabung di Yayasan Ular Indonesia yang memiliki visi mengubah paradigma masyarakat mengenai ular.
Pada tahun yang sama, Nizar melakukan praktik kerja lapangan di Taman Wisata Alam Kerandangan, Lombok Barat dan memublikasikan hasil observasinya mengenai keanekaragaman herpetofauna di lokasi itu pada Seminar Nasional Biologi Wallacea ke V. Dia juga memublikasikan hasil observasi lainnya berjudul Pengembangan Pengetahuan Herpetofauna Bagi Masyarakat Untuk Mendukung Ekowisata di Desa Lantan Batukliang Utara, Lombok Tengah dalam Jurnal PEPADU tahun 2022.
Selain publikasi mengenai herpetofauna, Tizar juga mempunyai publikasi berjudul Inventory of Fishes In Tanjung Kelor, Sekotong Regency of West Lombok yang di publikasikan di International Confrence & Workshop in Bioscience & biotechnology (ICWBB) pada tahun 2018. Bersama mahasiswa lain di Universitas Airlangga Nizar sedang menyusun publikasi berjudul Local Treatment Plant Utilization by Mothers for Their Toddlers as Alternative Treatments During COVID-19 Pandemic Era. Tizar juga pernah memuat tulisan di Warta Herpetofauna Volume VIII no. 3 tahun 2021 yang berjudul Potensi Ekowisata Herpetofauna di TWA Kerandangan, Lombok. Nizar juga sedang menyusun buku Ular Bali Lombok Sumbawa bersama Widya Sarpa Snake Rescue Bali.
Ketertarikan pada ular ini yang mengantarkannya untuk melakukan penelitian mengenai ular di Nusa Tenggara Barat dan dijadikan judul skripsinya pada tahun 2020. Dengan dukungan orang-orang beberapa orang seperti Dr. Yuliadi Zamroni, Dr. Islamul Hadi dan Prof. I Wayan Suana, terdapat total 17 spesies dari 9 Familia yang berhasil diinventarisir di seluruh Nusa Tenggara Barat.
Pada tahun yang sama, Tizar mengikuti Gerakan Observasi Reptil Amfibi Kita (GO ARK) yang diadakan oleh Penggalang Herpetologi Indonesia. GO ARK adalah kegiatan sains warga yang diinisiasi entitas ilmuwan dan akademisi yang intens menekuni dunia reptil dan amfibi di tanah air. Pada kegiatan ini, Tizar aktif mendata herpetofauna yang ditemui dan menjadi pemenang untuk Region Bali dan Nusa Tenggara. Hal ini juga yang membuka wawasan dan pengalaman baru untuknya dalam melakukan eksplorasi herpetofauna.
Banyak organisasi, forum, dan kegiatan lain yang diikuti oleh Tizar. Hal ini dilakukannya sebagai bentuk tanggung jawab moral dan kewajiban untuk menyampaikan pengetahuan yang belum banyak diketahui oleh masyarakat mengenai pentingnya keberadaan herpetofauna. Termasuk dampak yang ditimbullkan apabila herpetofauna sebagai salah satu elemen penting ekosistem terganggu keberadaan dan populasinya. Upaya terus dilakukan Tizar supaya masyarakat lebih ramah ketika bertemu herpetofauna. “Karena sadar atau tidak, Nusa Tenggara adalah gugusan pulau kecil dan merupakan kawasan yang memiliki biodiversitas dan satwa endemik yang cukup banyak. Sudah seharusnya sebagai bagian dari masyarakat untuk selalu menjaga kelestarian satwa termasuk herpetofauna di dalamnya,” tutup Tizar.
Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.
Terkait