[Artikel di tulis oleh Fauzia Latifa, akun penulis di laman Biodiversity Warriors HANYA sebagai sarana publikasi hasil]
Perkembangan era gobalisasi yang begitu cepat menuntut generasi muda untuk terus berkembang agar dapat bersaing dan menghadapi tantangan yang ada. Kemampuan yang dimiliki oleh masing-masing individu menjadi hal penting yang perlu disiapkan untuk menghadapi tantangan-tantangan tersebut. Dalam hal ini sebagai mahasiswa pendidikan biologi, kemampuan yang dibutuhkan untuk dapat bersaing salah satunya adalah kemampuan untuk melihat masalah yang ada di lapangan kemudian mencari solusi atau menjadikan masalah tersebut menjadi bahan pembelajaran. Lapangan yang dimaksud adalah lingkungan pendidikan dan lingkungan non pendidikan, yakni alam. Kegiatan mengasah kemampuan mencari masalah pendidikan mahasiswa pendidikan biologi sudah dilakukan, yakni berupa kegiatan praktek pembelajaran di sekolah. Kemampuan untuk mencari masalah non pendidikan adalah dengan mengunjungi tempat yang representatif untuk dilakukan penelitian lapangan secara langsung dalam hal ini melalui kegiatan studi ekskursi di hutan adat Wonosadi, Gunung Kidul, Yogyakarta. Kegiatan studi ekskursi ini diikuti oleh 25 orang mahasiswa dan tiga orang dosen. Dalam prakteknya, mahasiswa ditemani oleh seorang pemandu yang berasal dari desa setempat. Kegiatan studi ekskursi dilaksanakan di Hutan Adat Wonosadi, tepatnya beralamat di Dusun Duren, Dusun Siderojeo, Desa Beji, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta. Hutan Adat Wonosadi memiliki luas areal 25 ha (Sartini, 2010: 3).
Mahasiswa dalam kelas dibagi menjadi enam kelompok yang masing-masing beranggotakan empat orang. Setiap kelompok mengkaji masalah yang berbeda dan diwujudkan dalam bentuk usulan judul. Usulan judul dibuat berdasarkan hasil observasi awal. Usulan judul tersebut kemudian akan dilakukan dan dipertanggungjawabkan dalam bentuk laporan. Objek yang dikaji oleh keenam kelompok kelas diantaranya jamur, paku, lepidoptera, burung, anggrek, dan lumut. Objek yang dikaji oleh kelompok kami adalah lepidoptera. Pada prakteknya, kegiatan studi ekskursi dilakukan selama dua hari, yakni hari pertama sebagai saat pengukuran unsur abiotik awal beserta simulasi observasi dan hari kedua sebagai hari pengambilan data. Kelompok kami mengkaji tentang Studi Keanekaragaman Jenis Lepidoptera di Jalur Pendakian Selatan Hutan Adat Wonosadi, Gunung Kidul, Yogyakarta.
Berikut adalah tujuan dari persoalan studi ekskursi kelompok: 1. Mengetahui spesies yang tergolong Lepidoptera di daerah jalur pendakian selatan Hutan Adat Wonosadi;
2. Mengetahui Indeks keragaman jenis Lepidoptera yang di temukan di daerah jalur pendakian selatan Hutan Adat Wonosadi;
3. Mengetahui Indeks kekayaan jenis Lepidoptera yang di temukan di daerah jalur pendakian selatan Hutan Adat Wonosadi;
4. Mengetahui Indeks kemerataan jenis Lepidoptera yang di temukan di daerah jalur pendakian selatan Hutan Adat Wonosadi; dan
5. Mengetahui indeks dominansi Lepidoptera yang di temukan di daerah jalur pendakian selatan Hutan Adat Wonosadi (Mahardika dkk, 2016: 3).
Kelompok kami menggunakan metode garis transek (transect line), yakni dengan membagi jalur pendakian selatan Hutan Adat Wonosadi menjadi lima transek dengan jarak masing-masing transek 20 meter. Garis 10 meter ke kanan dan kiri ditarik dari transek sebagai area tempat dilakukannya observasi. Data yang diambil berupa jenis organisme, jumlah masing-masing spesies, tumbuhan inang, dan faktor klimatik pada lokasi ditemukannya Lepidoptera yang meliputi suhu, kelembaban, dan intensitas cahaya. Dari seluruh data yang didapat kemudian dihitung indeks keragaman jenis, indeks kekayaan jenis, indeks kemerataan jenis, dan indeks dominansi dari tiap transek. Kegiatan observasi dilakukan pada tanggal 3 Desember 2016 pukul 07.30 WIB. Saat itu hari sedang hujan sehingga hasil pengamatan sangat dipengaruhi oleh hujan sehingga kesimpulan hanya dapat digeneralisasikan pada keadaan yang serupa.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, diperoleh hasil ditemukannya 12 spesies Lepidoptera namun hanya 10 spesies yang dapat diidentifikasi yakni meliputi Mycalensis horsfieldii h, Kupu A, Discolampia ethion, Hypolimnas anomalia, Junonia hedonia, Eurema sp., Ngengat A, Catopsilia Pomona, Graphium dosone, Papilio sp., Laringa horsfieldii, dan Idiopsis sp. (Mahardika dkk, 2016: 56). Seluruh organisme ditemukan pada suhu 25oC dengan kelembapan 83-84% dan intensitas cahaya berkisar 1060 lux, 1650 lux, 1840 lux, 2140 lux, dan 3240 lux. Dari data tersebut dapat dihitung jumlah indeks keragaman jenis, indeks kekayaan jenis, indeks kemerataan jenis, dan indeks dominansi dari tiap transek yang kemudian dapat diambil rata-rata untuk menghitung indeks di jalur pendakian selatan Hutan Adat Wonosadi.
Hasil yang diperoleh untuk jalur pendakian selatan Hutan Adat Wonosadi adalah indeks keragaman jenis rendah, indeks kekayaan jenis tinggi, indeks kemerataan jenis sedang, dan tidak ada spesies yang mendominansi (Mahardika dkk, 2016: 24). Tentunya hasil ini belum meliputi Lepidoptera yang hidup di malam hari dan di waktu remang-remang seperti fajar dan sore hari. Dari tujuan dan hasil yang diperoleh serta dari deskripsi penelitian dapat dijabarkan beberapa kendala. Dari kendala-kendala tersebut dapat diambil beberapa pelajaran diantaranya mempersiapkan alat-alat yang dapat melindungi peneliti dari cuaca yang tidak mendukung, dan memperhitungkan waktu pengambilan data agar data yang didapat optimal (Mahardika, 2016: 57).
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.