SISTEM URAT DAGING PADA IKAN

Bioprospecting, Flora, Marine, Microbiology
SISTEM URAT DAGING PADA IKAN
2 July 2024
58

Makhluk hidup memerlukan otot memerlukan gerak, salah satunya adalah ikan. Hampir semua aktivitas ikan dalam hidupnya dilakukan dengan bergerak. Aktivitas fisik adalah salah satu aktivitas yang didapatkan dari adanya pergerakan tubuhnya. Aktivitas fisik diartikan sebagai setiap gerakan anggota tubuh yang dihasilkan oleh otot - otot rangka dan kegiatan tersebut membutuhkan pengeluaran energi.

Sistem urat daging atau sistem otot pada ikan secara fungsional otot ini dibedakan menjadi dua tipe, yaitu yang dibawah rangsangan otak dan yang tidak dibawah rangsangan otak. Pada prinsipnya ikan mempunyai tiga macam urat daging atau otot berdasarkan struktur dan fungsinya, yaitu: otot polos, otot bergaris, dan otot jantung.

Dari penempelannya juga bisa dibedakan menjadi dua yaitu otot menempel pada rangka yaitu otot bergaris dan yang tidak menempel pada rangka yaitu otot jantung dan otot polos. Pekerjaan urat daging atau otot untuk setiap aktifitas kehidupan hewan sehari - hari sangat penting. Mulai dari gerakan tubuh hingga kepada peredaran darah, kegiatan utama gerakan tubuh disebabkan karena keaktifan otot tersebut. Secara fungsional otot ini dibedakan menjadi dua tipe, yaitu yang dibawah rangsangan otak dan yang tidak dibawah rangsangan otak.

Pada prinsipnya ikan mempunyai tiga macam urat daging atau otot berdasarkan struktur dan fungsinya, yaitu: otot polos, otot bergaris, dan otot jantung. Dari penempelannya juga bisa dibedakan menjadi dua yaitu otot menempel pada rangka yaitu otot bergaris dan yang tidak menempel pada rangka yaitu otot jantung dan otot polos.

Myoelectric merupakan modifikasi otot tertentu yang menghasilkan arus listrik. Pada ikan pari terjadi modifikasi otot hypaxial di daerah ekor dengan menghasilkan arus listrik sebesar 500 volt yang terdiri atas piringan bermuatan listrik yang disebut elektroplax. Tiap piringan berhubungan ujung-ujung syaraf sehingga terjadi aliran listrik. Pada umumnya, semua piringan menghadap arah yang sama yang memuat 150 atau 200 piringan setiap susunannya. Misalnya, pada ikan torpedo terdapat 140 sampai 1000 piringan listrik pada setiap kolom. Pada ikan torpedo yang sangat besar, jumlah seluruh piringan sampai setengah juta.

Prinsip kerja piringan listrik ini mirip dengan cara kerja baterai. Ketika ikan beristirahat, otot-otot yang tidak berhubungan belum aktif. Namun jika menerima pesan dari saraf, akan segera bekerja secara serentak untuk mengeluarkan daya listrik. Pada saat itu, voltase semua piringan listrik atau elektrosit menyatu, sehingga mampu menghasilkan daya listrik sampai 220 volt pada ikan torpedo atau sampai 650 volt pada belut listrik.

Pada umumnya semua spesies ikan tawar hanya bersifat listrik ringan, kecuali sembilang listrik dan belut listrik. Ikan listrik yang hidup di laut memiliki tenaga listrik yang lebih kuat dan berbahaya karena air laut mengandung garam membuat dirinya lebih tahan terhadap arus listrik. Posisi dan bentuk organ listrik ini bervariasi tergantung pada spesiesnya.

Fisiologis Pergerakan Ikan

Pada saat ikan berenang, terjadi pergerakan pada bagian tubuh untu menimbulkan daya dorong. Pergerakan tersebut dapat terjadi pada hampir semua anggota badan ataupun hanya bagian-bagian tertentu pada sirip. Daya tahan ikan berenang pada tingkat kecepatan tertentu berkaitan dengan energi yang dimiliki oleh ikan (Purbayanto, et al., 2010). Menurut Beni (2014), semakin bertambah kecepatan ikan, maka ketahanan renang ikan akan semakin menurun. Pada kecepatan yang sama, ikan yang lebih besar dapat bertahan lebih lama  ikan dibandingkan dengan ikan yang kecil  yang lebih besar hanya membutuhkan waktu sedikit dalam mengatur kecepatan renangnya.

Aktivitas fisik diartikan sebagai setiap gerakan anggota tubuh yang dihasilkan oleh otot - otot rangka dan kegiatan tersebut membutuhkan pengeluaran energi (Kinanti, 2019). Pada jaringan otot, glukosa yang tersimpan dalam bentuk glikogen dapat digunakan secara langsung oleh otot tersebut untuk menghasilkan energi. Di dalam otot, glikogen adalah simpanan energi utama yang mampu membentuk hampir 2% dari total massa otot (Mustari, 2022). Zainuddin et al., (2015) menyatakan level karbohidrat pakan 37% mengakibatkan deposit glikogen lebih stabil. Glikogen yang ada di dalam otot hanya dapat digunakan untuk keperluan energi di dalam otot tersebut dan tidak dapat dikembalikan ke dalam aliran darah dalam bentuk glukosa apabila terdapat bagian tubuh lain yang membutuhkannya (Nur, 2011).

Tulang dan sendi membentuk rangka tubuh (skeleton), tetapi tidak dapat menghasilkan pergerakan sendiri. Pergerakan dihasilkan oleh pergantian kontraksi dan relaksasi otot, dimana terjadi perubahan energi kimia (ATP) menjadi energi mekanik. Secara umum fungsi jaringan otot ialah untuk pergerakan, stabilisasi posisi tubuh, mengatur volum organ dan termogenesis; diperkirakan 85% panas tubuh dihasilkan oleh kontraksi otot. Sifat jaringan otot ialah eksitabilitas/ iritabilitas, dapat berkontraksi, dapat diregang tanpa merusak jaringannya pada batas tertentu, dan elastisitas (Wangko, 2014).

Ikan melakukan aktivitas renang sehubungan dengan usaha untuk menyelamatkan diri dalam menghadapi predator, memburu mangsa, maupun waktu menghindari alat penangkapan ikan. Pada saat ikan berenang, terjadi pergerakan pada bagian tubuh untuk menimbulkan daya dorong. Pergerakan tersebut dapat terjadi pada hampir semua anggota badan ataupun hanya bagianbagian tertentu seperti sirip. Beberapa jenis pola pergerakan ikan dalam berenang antara lain (Hasrianti, 2018):

  • Pola anguilliform

Anguilliform adalah pola renang dengan badan yang membentuk gelombang, dimana hampir semua panjang tubuh ikan berperan. Pergerakan tubuh ikan membentuk amplitude gelombang yang relative besar sepanjang badan dan semakin meningkat kearah ekor. Jenis-jenis ikan yang berenang dengan pola ini adalah belut, larva herring Clupea harengus, dan flatfish.

  • Pola subcarangiform

Pergerakan badan pada pola renang subcarangiform hamper sama dengan Anguilliform. Perbedaan utamanya adalah bahwa amplitude gerak gelombangnya lebih kecil kearah depan dan hanya membesar pada bagian belakang atau sepertiga dari badan. Amplitudo dari gerak undulasi pada subcarangiform tidak mengalami perubahan ketika berenang. Amplitudonya konstan pada kecepatan renang sedang maupun cepat meskipun berbeda ukuran, kecuali pada kecepatan renang 1 – 2 BL/det (Lindsey 1978). Jenis ikan yang berenang dengan pola subcarangiform adalah ikan rainbow trout (Salmo gairdneri), sockeye salmon (Oncorhyncus nerka), bream (Abramis brama), dan ikan mas (Carassius auratus).

  • Pola carangiform

Bagian badan yang bergerak ketika ikan berenang pada pola carangiform adalah bagian belakang (posterior) dengan kelenturan yang besar (wide flexure). Gerakan undulasinya terbatas hanya pada sepertiga bagian tubuhnya dimana daya dorong disebabkan oleh gerakan undulasi ekor. Carangiform berenang lebih cepat dan mungkin lebih efisien dari pada angulliform, karena pada daya dorong yang sama, amplitudonya lebih besar dan energi yang hilang lebih sedikit. Gerak renang pada Carangiform tidak pernah membentuk gerak satu panjang gelombang penuh, selain itu gerak lentur ke samping terkonsentrasi pada bagian belakang (posterior), menyebabkan daya gerak kesamping tidak terlalu berpengaruh terhadap daya dorong total seperti pada angulliform. Jenis ikan yang berenang dengan pola Carangiform antara lain carangidae seperti caranx, Scombridae seperti Scomber japonicus dll.

  • Pola thunniform

Tenaga dorong pada jenis ikan yang berenang dengan pola thunniform adalah murni dihasilkan dari pergerakan sirip ekor. Pergerakan kesamping (lateral) hanya terjadi pada peduncle dan sirip ekor. Panjang gelombang yang dibentuk oleh gerakan ekor adalah Panjang dengan amplitude yang lebar pada bagian ujung ekor (trailing edge). Sudut inklinasi dari sirip ekor (caudal fin) berubah ubah setiap fase osilasi dengan tujuan memaksimumkan daya dorong setiap saat. Jenis ikan yang berenang dengan pola thunniform adalah Euthynnus affinis.

  • Pola ostraciiform

Ikan yang berenang dengan pola ostraciiform mempunyai badan yang tidak dapat dilenturkan kea rah samping (lateral). Pergerakannya menyerupai pergerakan bandul dari ekor dengansumbu pada caudal peduncle. Bentuk badan bervariasi tidak streamline dan kemampuan renangnya lambat. Jenis ikan dengan pola renang ostraciiform adalah ikan dari family Ostracidae, ikan pari (Torpedo nobiliana).

Sistem Urat Daging Pada Ikan

Pada tubuh ikan, sebagian besar bagian yang dapat dimakan adalah otot lateral yang terdapat di sekeliling tulang belakang. Otot lateral ikan dibagi menjadi empat oleh sekat vertikan dan horizontal berupa lembaran tipis jaringan pengikat. Setiap bagian memiliki struktur seperti urat kayu. Unit dari urat kayu disebut myomer, yang antara satu dan lainnya dihubungkan oleh myoseptem. Ketika otot ikan dimasak, lembaran jaringan pengikat mengalami gelatinisasi menjadi serpihan-serpihan yang terkoagulasi dan terpisah-pisah. Myomer terdiri dari sejumlah serat otot (sel otot) yang terikat bersama dengan pembuluh darah dan serabut syaraf oleh jaringan pengikat. Panjang serat otot hampir sama dengan panjang myomer dan juga panjang tulang belakang (Irianto & Sri, 2009).

Otot merupakan bagian tubuh dari ikan berupa daging yang dapat dikonsumsi. Dibandingkan dengan vertebrata lainnya, presentase otot pada ikan termasuk yang paling tinggi (mencapai 70% pada ikan tuna, Thunnus spp.).

https://www.britannica.com/science/epaxial-muscle

Otot ikan terdiri dari otot gelap (merah) dan putih. Otot gelap adalah lapisan otot berwarna merah yang terletak sepanjang badan di bawah kulit ikan. Fraksi otot gelap bervariasi mulai yang paling rendah 1−2% pada ikan berdaging putih seperti ikan sebelah sampai yang tinggi 20% atau lebih pada ikan berdaging merah. Otot gelap sering menimbulkan permasalahan selama pengolahan karena otot ini memiliki kandungan lipid dan khromoprotein seperti myoglobin dan hemoglobin yang dapat berperan sebagai pro-oksidan bagi lipid (Irianto & Sri, 2009).

Berdasarkan zat penyusunnya, protein pada daging ikan dibedakan atas tiga kelas, yaitu protein larut air, protein larut garam dan protein tidak larut. Protein larut air adalah protein sarkoplasma atau protein enzim, yang terdapat sekitar 20−30% dari protein total. Sarkoplasma juga larut dalam larutan garam netral dengan kekuatan ionik di bawah 0,15. Selain itu, protein sarkoplasma juga larut dalam larutan garam konsentrasi tinggi. Sebagian besar protein ini memiliki aktivitas enzimatis. Biasanya kandungan protein sarkoplasma pada ikan pelagis lebih tinggi dibandingkan dengan ikan dasar (demersal). Otolisis setelah ikan mati berkontribusi terhadap aktivitas enzimatis protein sarkoplasma. Secara tidak langsung otolisis mempengaruhi daya ikat air (water holding capasity) dari otot, tetapi berpengaruh secara nyata terhadap tekstur ikan masak dan kemampuan ikan membentuk gel. Di antara enzim-enzim sarkoplasma yang mempengaruhi mutu ikan adalah enzim glikolitik dan enzim hidrolitik lisosom (Irianto & Sri, 2009).

Protein myofibrilar adalah protein larut dalam larutan garam netral dengan kekuatan ion cukup tinggi. Di dalam daging ikan, proporsi protein myofibrilar 65−75% dari seluruh protein daging. Protein myofibrilar terdiri dari myosin, actin, dan komponen minor lain. Protein myofibrilar berperan penting dalam kontraksi otot dari hewan hidup dan mendapat perhatian khusus dalam teknologi pemanfaatan ikan. Protein myofibrilar ikut berperan dalam kekakuan jaringan pada saat rigor mortis. Perubahan-perubahan protein ini menentukan kekakuan pada penyimpanan beku jangka panjang yang menyebabkan kekerasan dari daging. Protein myofibrilar bertanggung jawab terhadap plastisitas dan daya ikat air daging ikan, tekstur produk-produk ikan serta sifat fungsional daging lumat dan homogenat, khususnya kemampuan membentuk gel (Irianto & Sri, 2009).

Myosin merupakan 50−58% fraksi myofibrilar. Myosin ikan dibandingkan dengan myosin mamalia tidak berbeda sifat fisikokimia dan berat molekulnya, sedangkan myosin di antara spesies ikan tidak menunjukkan perbedaan nyata. Akan tetapi, antara myosin ikan dan mamalia ditemukan perbedaan besar dalam hal stabilitas dan aktivitas ATPase terhadap denaturasi. Myosin ikan lebih tidak stabil terhadap denaturasi oleh panas dan bahan kimia dari pada myosin mamalia, ayam, dan katak. Stabilitas panas dari myosin tampaknya berhubungan dengan suhu badan. Di antara spesies ikan berbeda, myosin ikan yang berasal dari perairan dingin lebih tidak stabil dibandingkan dengan denaturasi panas ikan dari perairan hangat. Actin terdapat sekitar 15−20% dari jumlah total protein daging ikan. Ketika daging lumat diperlakukan dengan larutan garam netral, actin terekstraksi bersama-sama dengan myosin membentuk actomyosin. Kompleks ini tidak hanya menunjukkan karakteristik ATPase yang diaktivasi oleh Ca2+ seperti pada myosin, tetapi juga diaktivasi oleh Mg2+. Sejumlah protein lain yang terlibat di dalam pembentukan struktur myofibril dan terlibat dalam interaksi protein kontraksi yang berjumlah sekitar 10% dari fraksi myofibrilar terutama terdiri tropomyosin and troponin. Selain itu, pada myofibril juga terdapat protein elastis yang disebut connectin atau titin (Irianto & Sri, 2009).

Berdasarkan struktur histologisnya, otot pada ikan dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu :

  1. Otot rangka (striated muscle)

Otot bergaris terutama mencakup sebagian besar otot pada badan dan ekor, selain terdapat pada rahang, lengkung brankial, dan sirip. Otot ini menempel pada rangka (skeletal). Ditemukan menempel pada rangka dan mendominasi bagian tubuh. Memiliki banyak inti sel, dan bekerja secara voluntary.

Disebut juga otot bergaris karena serabutnya memperlihatkan garis-garis melintang dengan banyak inti tersebar pada bagian-bagian pinggirnya. Otot ini disebut juga otot rangka karena melekat pada rangka atau kulit, dan disebut voluntary karena kerjanya dipengaruhi oleh rangsangan otak. Bila dilihat secara keseluruhan, otot bergaris pada seluruh tubuh ikan terdiri dari kumpulan blok otot atau urat daging. Tiap-tiap blok otot dinamakan myotome (pada saat embryo disebut myomer). Pada urat daging yang menempel pada tubuh ikan sebelah kiri dan kanan, dari belakang kepala sampai ke batang ekor myotome tersusun menurut pola tertentu yang biasa dibedakan menjadi dua tipe yaitu, Cyclostomine yang ditemukan pada kelompok agnatha dan Piscine yang ditemukan pada kelompok ikan Elasmobranchii dan Teleostei. Kumpulan otot ini, biasanya diberi nama sesuai dengan pergerakannya atau organ tempat otot itu melekat, seperti otot penegak sirip punggung, otot penarik sirip dada.

Pola kontruksi otot-otot parietal terdiri dari urutan myomere yang zig-zag diikat oleh myoseptum yaitu bagian jaringan ikat yang membatasi antara myomer berurutan. Myomer terbentang mulai dari tengkorak sampai ujung ekor yang berdaging. Setiap myomer terdiri dari bagian dorsal yang disebut epaksial dan bagian ventral disebut hypaksial. Keduanya dipisahkan oleh jaringan ikat yang disebut horizontal skeletogeneus septum. Di bagian permukaan selaput ini terdapat urat daging yang menutupinya dinamakan Musculus lateralis superficialis yang banyak mengandung lemak dengan istilah lain disebut red muscle karena warnanya yang merah kehitaman. Umumnya serabut otot mengarah anteroposterior, tetapi beberapa serabut hypoksial dari setiap myomer tersusun serong ventromedial. Kontraksi dari kelompok myomer di satu pihak akan disambut oleh kontraksi kelompok myomer di lain pihak, menyebabkan tubuh ikan menjadi meliuk-liuk dalam gerakan berenang.

Pada umumnya kerja otot memiliki fungsi ganda, ada yang berfungsi sebagai synergis yang bekerja saling menyokong dengan yang lainnya, ada pula yang berfungsi sebagai antagonis yang bekerja berlawanan, yaitu satu berkontraksi dan yang lainnya mengendur. Bagian-bagian besar otot bergaris pada tubuh ikan ada empat, yaitu (Pandit, 2011):

  1. Otot ocolomotor, yang terdapat pada mata dengan jumlah tiga pasang.
  2. Otot hypobranchial, terdapat pada dasar pharynx, rahang, hyoid dan lengkung insang (berfungsi sebagai pengembang).
  3. Otot branchiomeric yang terdapat pada muka, rahang dan lengkung insang (berfungsi sebagai pengkerut). Otot yang bekerja terhadap rawan insang pada hiu ialah kelompok otot branchial yang terdiri dari otot-otot konstriktor, levator dan interakualia.
  4. Otot appendicular yang berfungsi untuk menggerakkan sirip.

Pada daerah sirip berpasangan (sirip perut dan sirip dada), otot-ototnya melanjutkan diri ke dinding tubuh, terjadi pelekatan ikatan otot hypaksial dari beberapa myomer yang berurutan ke gelang anggota dan menyebar pada sirip, membentuk dua macam kelompok otot yaitu Abductor (untuk menegakkan) dan Adductor (untuk mengembangkan), dengan beberapa tambahan seperti lembaran otot tipis yang di antara jari-jari sirip (untuk melipat) dan otot yang menegang dan menggerakkan girdle. Dalam beberapa hal, sirip berpasangan selain berfungsi untuk pergerakan, juga sebagai alat untuk menyalurkan sperma dari ikan jantan kepada betina pada golongan ikan Elasmobranchii, sehingga urat daging disinipun berfungsi sebagai pendorong sperma keluar. Otot sirip-sirip tunggal berfungsi untuk menggerakkan sirip-sirip tersebut. Otot-otot permukaan pada sirip punggung dan sirip dubur disusun sebagai pasangan otot protractor (penegang) dan retractor (pengendur). Urat daging inclinator lateral dan urat daging erector di bagian depan serta depressor di bagian belakang . Sirip ekor mempunyai gumpalan otot lateral yang dihubungkan oleh otot pada bagian dasarnya. Otot ekor berfungsi menggerakkan (dorsal flexor dan ventral flexor) dan mengembangciutkan seperti kipas (flexor, interfilamental di antara jari-jari sirip).

  1. Otot licin (smooth muscle).

Otot licin terdapat pada otot usus, otot pada arteri, otot pada mata dan otot yang terdapat pada saluran ekskresi dan reproduksi. Ditemukan pada organ-organ tubuh ikan seperti pada organ pencernaan (membantu gerakkan peristaltik) dan bekerja secara involuntary.

Serabut otot polos lebih sederhana dan kecil dibandingkan dengan serabut otot lainnya. Serabut ini tumbuh dari mesenchim embrio. Secara primer berasal dari mesoderm dengan disertai sel-sel jaringan ikat, kemudian berkembang menjadi otot polos. Kerja otot polos ini disebut involuntary karena kerjanya tidak dipengaruhi oleh rangsangan otak. Serabut otot polos pada umumnya tersusun dalam ikatan, tetapi banyak pula yang tersebar. Kontraksi otot ini lambat dan kerjanya lama.

Otot polos antara lain terdapat pada (Pandit, 2011):

  1. Otot polos yang terdapat pada dinding saluran pencernaan, baik yang melingkar maupun yang memanjang. Otot ini digunakan untuk menggerakkan makanan (gerakan peristaltik); yang lainnya ditemukan pada saluran kelenjar pencernaan, kantung urine, trakhea dan bronkhi dari paru-paru.
  2. Otot polos yang terdapat pada saluran peredaran darah, yaitu urat daging melingkar berguna untuk mengatur tekanan darah.
  3. Otot polos yang terdapat pada mata yang digunakan dalam mengatur akomodasi dengan menggerakkan lensa mata dan mengatur intensitas cahaya.
  4. Otot polos yang terdapat pada saluran ekskresi dan reproduksi digunakan dalam menggerakkan produk yang ada di dalamnya.
  5. Otot jantung

Ditemukan pada organ jantung dan menjadi struktur pembentuk organ jantung. Membantu jantung untuk berkontraksi dan mengedarkan darah ke seluruh tubuh ikan, serta bekerja secara involuntary.

Jaringan otot jantung memperlihatkan garis-garis melintang pada serabutnya. Pada otot ini tidak ada serabut yang terpisah, masing-masing berhubungan satu sama lainnya. Otot jantung berkontraksi kuat dan terus menerus bekerja, sampai individu ini mati. Kerja otot jantung ini sifatnya involuntary karena bekerja diluar rangsangan otak. Secara embriologi, otot jantung merupakan tipe istimewa dari otot polos, dimana selselnya menjadi bersatu seperti syncytium. Otot ini berwarna merah tua, berbeda dengan otot bergaris yang berkisar antara warna putih hingga warna merah jambu bergantung pada jenis ikannya. Otot ini disebut pula sebagai myocardium. Myocardium ini dilapisi oleh selaput pericardium (selaput luar) dan endocaardium (selaput dalam).

https://www.pinterest.jp/pin/360569513915466295/

Berdasarkan cara kerjanya, otot pada ikan dibagi menjadi dua bagian, di antaranya :

  1. Otot voluntary (bekerja secara sadar)
  2. Otot involuntary (bekerja tanpa kesadaran)

Berdasarkan menempel atau tidaknya dengan rangka, otot pada ikan dapat dibagi menjadi dua bagian, di antaranya:

  1. Otot skeletal (menempel pada rangka)
  2. Otot non-skeletal (tidak menempel pada rangka)

Organ Listrik

Pada beberapa Elasmobranchii dan Teleostei, otot-otot tertentu sudah jauh berubah atau merupakan modifikasi dari sel-sel otot yang dapat menghasilkan, menyimpan, dan mengeluarkan muatan listrik. Jumlah ikan yang diketahui mempunyai organ listrik kira-kira 500 spesies yang tergolong dalam tujuh family Chonrichtheys dan Osteichthyes (Afan, 2017).

Beberapa jenis ikan mengembangkan kemampuan dalam membangkitkan arus listrik sehubungan dengan kontraksi otot. Otot yang terlibat dalam pembangkitan tenaga listrik dimodifikasi dari otot skeletal (bergaris). Otot bergaris kaudal dan beberapa otot tubuh lateral yang dimodifikasi untuk membangkitkan listrik terdapat pada Rajidae, Mormyridae, Gymnotoiformes, dan Malapteruridae. Pada Torpedinidae dan Narcinidae otot hipobrankial terlibat, di mana suatu otot mata ekstrinsik membangkitkan muatan listrik yang kuat. Pari berlistrik (Torpedo nobiliana) mampu mengirimkan satu sengatan listrik setara 220 volt. Sel pembangkit arus listrik pada organ listrik dinamakan elektrosit. Pada sebagian besar ikan berlistrik, elektrosit mirip piringan yang dimodifikasi dari sel otot yang dinamakan piringan listrik (electroplaque) (Tim Asisten IPB, 2021)

Organ listrik ini dapat ditemukan pada ekor (ikan pari listrik), di bawah kulit (Teleostei), pada sirip, di belakang mata (star-gazer), atau pada sebagian besar permukaan tubuh (belut listrik). Pada umumnya organ listrik ini berasal dari otot yang memiliki ragam penampilan, lokasi, struktur, dan juga fa’alnya (Afan, 2017).

Ikan yang hidup pada daerah beriklim sedang mempunyai voltage yang lebih tinggi dari pada ikan yang hidup pada daerah dingin. Pada umumnya ikan laut mempunyai voltase tinggi dibanding ikan air tawar, kecuali ”electriceel” (Electrophoros) dan ” electric cat fish” (Malapterurus electricus) (Afan, 2017).

Ikan yang memiliki organ listrik bervoltase tinggi, organ listriknya berfungsi sebagai senjata untuk bertahan terhadap serangan predator dan alat untuk mencari makan, contohnya, Electrophorus electricus, Torpedo nobilian, Malapterurus electricus. Sedangkan ikan bervoltase rendah, organ listriknya berfungsi sebagai bagian dari sistem electrosensory dan dapat bula berfungsi sebagai alat komunikasi antar ikan, contohnya, Mormyrus rume, Gymnotus carapo, Gymnoranchus niloticus, Raja clavata. Organ- organ tersebut berasal dari kelompok otot branchiomer, sebab diatur oleh saraf kranial ke 7 dan ke 9 (Afan, 2017).

Ikan Raja dan Electrophorus, organ listriknya terletak pada ekor dan berubah dari kelompok otot hypaksial. Pada Electrophorus electricus (belut laut), organ listriknya mengeluarkan muatan listrik antara 350 - 650 volt. Ikan ini memiliki ukuran tubuh hingga panjang 3 meter, termasuk ikan dengan pergerakan lamban dan hidup pada daerah yang visibiltasnya rendah. Pada ikan Torpedo nobilian yang hidupnya di dasar laut dengan pergerakannya lamban, mengeluarkan cahaya sampai 220 volt. Malapterurus electricus, hidup di sungai yang gelap di benua Afrika, panjangnya bisa sampai satu meter dan dapat mengeluarkan muatan listrik sebesar 350 volt (Bond, 1979). (Afan, 2017).

Komunikasi, orientasi, dan deteksi terhadap mangsa merupakan fungsi yang paling umum dari organ listrik. Pada beberapa spesies, organ listrik dipergunakan juga untuk menyerang lawan atau mempertahankan diri, bahkan ikan-ikan besarpun dapat dilemahkan dengan muatan listrik yang lebih kuat. Ikan-ikan listrik memancarkan muatan yang tetap, dan sangat sensitif terhadap gangguan-gangguan yang dihasilkan oleh obyek di dalam medan listrik dekat tubuhnya (Afan, 2017).

Unit fungsional organ listrik adalah electroplaks, berupa sel berinti banyak, berbentuk uang logam besar. Umumnya sebelah permukaannya datar melipat-lipat kecil; mitokhondria terkonsentrasi di bawah selaput ini. Permukaan datar yang sebelahnya lagi penuh dengan saraf-saraf yang masuk. Beratus bahkan beribu-ribu electroplaks bertumpuk membentuk batang, dan banyak batang-batang terdapat dalam satu organ. Dalam stadium istirahat, potensial listrik tumbuh antara permukaan dalam (negatif) dan permukaan luar dari setiap electroplaks. Jika organ tersebut dirangsang oleh sarafnya, potensial listrik sejenak berbalik dengan demikian arus listrik melampaui potensial istirahatnya (Afan, 2017).

Masing-masing diskus horizontal bernukleus (elektroplax) merupakan modifikasi serabut otot hipaksial tunggal. C= Centrum, M = Myomer epaksial. Fungsinya ialah dapat melumpuhkan/ membunuh, mangsa, komunikasi dan sebagai alat indera (Afan, 2017).

Penelitian Mengenai Otot Pada Ikan

Penelitian Susanto (2019) mengenai struktur tulang dan otot sirip kaudal komplek ikan amfibi mengidikasikan bahwa Andamia heteroptera menggunakan sirip kaudalnya sebagai organ tumpuan ketika melenting dan bergerak di batuan. Jari-jari sirip kaudal tidak bisa mengalami deformasi seperti pada Periophthalmus gracilis serta tidak berfungsi sebagai alat penyeimbang. Sirip kaudal digunakan sebagai pelekat dan tumpuan ketika A.heteroptera bergerak. Pelebaran kedua spina ini menyebabkan pelebaran sirip kaudal. Bentuk sirip kaudal yang memipih dan lebar mendukung struktur tersebut menjadi tumpuan saat melakukan gerakan melenting. Selain itu, os hypural memiliki bentuk mirip zygapofisis yang berfungsi untuk menguatkan pelekatan antara kedua os hypural sehingga sirip kaudal lebih kuat ketika digunakan untuk menumpu. Os hypural disokong oleh os epural sehingga lebih kuat untuk menempel.

Struktur otot kaudal kompleks pada A.heteroptera mendukung fungsi ekor sebagai alat gerak dan penumpu. Kontraksi musculus supracarinalis menyebabkan abduksi procurent rays serta rotasi caudal peduncle ke arah dorsal. Kontraksi musculus infracarinalis menyebabkan rotasi sirip bagian ventral dan caudal peduncle ke arah ventral. Ketika musculus supracarinalis dan musculus infracarinalis kontraksi bersama-sama maka sirip kaudal akan mengalami abduksi. Kontraksi musculus flexor dorsalis dan vetralis merangsang musculus interradialis untuk menggerakkan jari-jari sirip kaudal sehingga jari-jari sirip kaudal akan mengalami abduksi akibatnya sirip kaudal akan terbuka. Selain itu, kontraksi musculus flexor dan musculus carinalis menyebabkan sirip kaudal melengkung sehingga sirip kaudal bisa digunakan sebagai tumpuan. Kontraksi musculus interradialis dipengaruhi oleh kontraksi musculus flexor sehingga ketika musculus flexor berkontraksi maka musculus interradialis akan berkontraksi menyebabkan jari-jari sirip mengalami abduksi sehingga sirip kaudal akan terbuka. Bentukan menyerupai musculus hypochordal longitudinalis di bagian medial musculus interradialis kemungkinan digunakan untuk menggerakan jari-jari sirip agar menutup kembali (Susanto, 2019).

Penelitian lain, yakni Putri et al., (2009) mengenai Pengamatan Kontraksi Otot Jantung Ikan yang mana pada penelitian ini bertujuan untuk mengamati mekanisme kerja otot jantung tanpa pengaruh organ tubuh lain dan membuktikan bahwa otot jantung adalah otot lurik tetapi bekerja seperti otot polos, serta mengetahui ketahanan jantung ikan di luar tubuh. Hasilnya bahwa waktu bertahan otot jantung di luar tubuh pada ikan kecil lebih singkat daripada ikan besar. Hal ini dikarenakan pada ikan besar, energi yang terkandung dalam darah lebih banyak dibanding ikan kecil. Selain itu, jantung masih dapat berdetak walaupun berada di luar tubuh tanpa adanya jaringan sistem saraf. Dengan demikian, maka terbukti bahwa otot jantung adalah otot lurik dan bekerja tanpa pengaruh saraf sadar atau bekerja tanpa sadar. Jantung terus berdenyut walaupun semua syaraf yang menuju kepadanya dipotong. Hal ini disebabkan oleh adanya jaringan permanen khusus dalam jantung yang berfungsi membangkitkan potensial aksi yang berulang (pace maker). Ketahanan jantung di luar tubuh ikan menurun namun berfluktuasi dan diiringi oleh fase istirahat. Kondisi larutan fisiologis yang hipoosmotis menyebabkan cairan dari larutan masuk ke sel-sel otot jantung sehingga jantung akan mengembang. Dengan demikian, cairan didalam sel akan mengalami dialisis, yaitu proses pecahnya sel-sel jantung sehingga proses metabolisme dan kerja jantung terganggu. Pada larutan yang hiperosmotik, cairan akan keluar dari sel-sel jantung secara difusi sehingga jantung mengkerut dan berat jenisnya semakin besar yang selanjutnya akan tenggelam secara perlahan-lahan. Karena jantung tenggelam maka jantung akan mendapatkan tekanan hidrostatik yang lebih besar dari posisi semula yang akan mempengaruhi kerja otot jantung.

DAFTAR PUSTAKA

Afan, B. 2017. Ikhtiologi Ikan. Universitas Diponegoro. Semarang.

Beni, A. 2014. Kecepatan Renang Ikan. Universitas Brawijaya. Malang.

Hasrianti. 2018. Respon Dan Proses Tertangkapnya  Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Pada Alat Tangkap Jaring Insang Dengan Shortening Yang Berbeda. Universitas Hasanuddin.

Irianto, H & Sri G. 2009. Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan. Penerbit Universitas Terbuka. Jakarta.

Kinanti, Z. W. 2019. Efektivitas Pemberian Ultrasound Dan Stretching Terhadap Perubahan Fleksibilitas Otot Hamstring Akibat Delayed Onset Muscle Soreness (DOMS). Skripsi. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Mustari, Tuthy Tazkiah. 2022. Pengaruh Berbagai Sumber Prebiotik dalam Pakan Fungsional terhadap Komposisi Kimia Tubuh serta Kadar Glikogen Hati dan Otot Ikan Bandeng (Chanos chanos) = Effect of Various Sources of Prebiotics in Functional Feed on Chemical Body Composition and also Liver and Muscle Glycogen Levels of Milkfish (Chanos chanos). Skripsi. Universitas Hasanuddin.

Nur, A.N. 2011. Pengaruh Pemberian Berbagai Kombinasi Kadar Karbohidrat Pakan Dan Kromium Terhadap Deposit Glikogen Hepatopankreas Dan Otot Gelondongan Udang Windu (Penaeus monodon). Skripsi. Universitas Hasanuddin. Makassar.

Pandit, I.G. 2011. Buku Pedoman Praktikum Iktiologi. Warmadema University Press. Bali.

Purbayanto, A., Riyanto, M., & Fitri, A. D. 2010. Fisiologi dan Tingkah Laku Ikan pada Perikanan Tangkap. IPB Press. Kampus IPB Taman Kencana Bogor.

Putri, F., Galih, F., & Satya, J. 2009. Kontraksi Otot Jantung Ikan. IPB University. Bogor.

Susanto, G.N. 2019. Struktur Tulang Dan Otot Sirip Kaudal Komplek Ikan Amfibi. Berita Biologi. 18(1).

Tim Asisten IPB. 2021. Pengenalan Morfologi Dan Organ Internal Ikan Herbivora. IPB University. Bogor.

Wangko, S. 2014. Jaringan Otot Rangka: Sistem Membran dan Struktur Halus Unit Kontraktil. Jurnal Biomedik. 6 (3), 27-32.

Zainuddin, Haryati. Dan S. Aslamyah. 2015. Glikogen Dan Proksimat Tubuh Juvenile Udang Vaname Yang Diberi Pakan Dengan Kadar Karbohidrat Dan Frekuensi Pemberian Berbeda. Jurnal Akuakultur Indonesia 14 (1), 18-23.

ikan listrik, kelautan, otot ikan
About Author
aymanisa

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

2024-07-02
Difference:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *