Peran Penting Ekosistem bagi Aktivitas Migrasi Burung di Indonesia

Activity, Animal
Peran Penting Ekosistem bagi Aktivitas Migrasi Burung di Indonesia
12 October 2020
1581

Indonesia merupakan salah satu kawasan yang memiliki keanekaragaman hayati tertinggi di dunia. Telaah terbaru menyatakan 1598 spesies burung telah teridentifikasi termasuk jenis-jenis migrasi yang melakukan perkembangbiakan di wilayah Palaearctic Timur (Sukmantoro et. al. 2007). Indonesia memiliki 71 spesies raptor dimana 39 spesies dipertimbangkan jenis migran dan 25 (dari 39 spesies) merupakan migrasi jarak jauh atau interkontinen (Zalles dan Bildstein 2000, Sukmantoro et. al. 2005).

Migrasi burung menjadi fenomena alam yang menarik perhatian para ilmuwan, dan para philosof, pertanyaan mendasarnya adalah kenapa dan bagaimana mereka melakukan migrasi. Jawaban secara ilmiah migrasi merupakan perilaku adaptasi makhluk hidup terhadap kondisi lingkungannya yang tidak sesuai ataupun tidak memberikan kebutuhan hidup bagi burung bersangkutan. Juga masuk akal jika Alikodra (2010) menyatakan bahwa setiap organisme memerlukan kecukupan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang mencakup kebutuhan pakan, tempat yang aman untuk tidur dan bersembunyi, serta tempat untuk kawin dan berkembang biak. Akan tetapi mesti menggali lebih dalam bahwa ada yang menggerakan burung bermigrasi mencapai ribuan kilometer, perlu analisis dengan memasukan unsur spiritual.

Gambar 1. Burung migrasi; A: Gallinago media; dan B: Limosa lapponica

Musim migrasi  menuntut kesiapan alam untuk menyediakan ekosistem sehat yang diperlukan, baik di darat, laut dan udara. Perjalanan panjang secara berkelompok dan menembus batas-batas wilayah negara ini acapkali dijeda dengan persinggahan untuk rehat dan mencari makan di suatu tempat. Perjalanan ini menghubungkan ekosistem yang satu dengan ekosistem lainnya tanpa mengenal batas wilayah negara. Tak heran apabila keterhubungan ekologi memiliki peran penting dalam aktivitas migrasi burung. Migrasi burung bukan tanpa hambatan. Banyak risiko harus dihadapi oleh burung-burung migran saat melakukan perjalanan seperti cuaca buruk maupun persaingan antar spesies. Sementara itu di darat kerusakan ekosistem tempat mereka singgah pun terjadi akibat deforestasi dan polusi sampah. Selama perjalanan menuju belahan bumi selatan yang mampu menyediakan kecukupan pakan, para migran melakukan persinggahan baik untuk istirahat sementara, ataupun menjadi tempat yang tetap dalam pengembaraannya. Karena letaknya di garis khatulistiwa, dengan iklim tropis dan posisinya tepat di tengah belahan bumi utara dan selatan, maka Negara Kepulauan Indonesia sangat strategis menjadi tempat persinggahan penting bagi para migran. Berarti juga Indonesia berperan penting bagi konservasi burung migran.

Kehadiran burung-burung migran selain sebagai penanda kesehatan lingkungan juga memiliki fungsi sebagai pengendali hama alam. Oleh sebab itu, menjaga kelestariannya adalah tanggung jawab kita bersama. Membuat lingkungan sekitar kita ramah bagi burung, mengamati burung-burung ini saat musim migrasi atau mengikuti sensus burung air yang digelar setiap tahun adalah cara yang dapat dilakukan. Tanpa dukungan kita, burung penghubung dunia tidak akan lestari.

Burung yang bermigrasi bermanfaat bagi kita dan ekosistem planet ini karena mereka menyediakan layanan penting seperti penyebaran benih, penyerbukan, pengendalian hama, dan banyak lagi! Mereka tidak hanya penting untuk menopang kehidupan di Bumi, tetapi juga memberikan keuntungan ekonomi dan pekerjaan yang besar melalui pariwisata, penelitian dan pendidikan, dan kegiatan rekreasi seperti mengamati burung dan fotografi. Mereka adalah pusat budaya kita dan telah tercermin dalam sistem seni, musik, teater, dan kepercayaan kita sepanjang sejarah. Burung menginspirasi kami dan membantu kami terhubung satu sama lain dan terhubung kembali dengan alam.

Konektivitas sangat penting untuk spesies yang bermigrasi, dan penting untuk berbagai fungsi ekologi. Ini menggambarkan pergerakan alami dan perlu spesies dan aliran proses alami yang menopang kehidupan di Bumi. Dengan 1 juta spesies menghadapi risiko kepunahan dalam generasi kita, konektivitas telah menjadi topik utama keanekaragaman hayati dan keberlanjutan. Spesies yang bermigrasi berpindah ke seluruh dunia, berlari, berenang, terbang, menghubungkan negara, orang, dan benua melalui rute migrasi mereka. Migrasi ini hanya dapat dilakukan jika hewan dapat mengakses berbagai situs dan habitat yang mereka andalkan di sepanjang jalur mereka.

Jalur terbang yang digunakan burung migran menghubungkan habitat yang berbeda. Seringkali, jalur penerbangan jarak jauh ini melintasi medan yang tidak ramah, seperti gurun dan laut lepas. Burung yang bermigrasi telah mengembangkan strategi migrasi yang sangat kompleks yang membutuhkan habitat yang sesuai untuk musim dingin, persinggahan, tempat berkembang biak dan berkembang biak yang penting untuk kelangsungan hidup mereka. Konektivitas ekologis dari situs-situs ini penting untuk kelangsungan hidup burung yang bermigrasi, tetapi hal ini terancam oleh hilangnya dan degradasi habitat. Jalur terbang melampaui batas negara, rencana nasional, dan prioritas konservasi negara mana pun. Burung yang bermigrasi menghubungkan negara dan konservasi mereka membutuhkan kerja sama dan koordinasi antar negara dan melintasi batas negara saat mereka melewati perjalanannya.

Tabrakan dengan bangunan buatan manusia telah menjadi ancaman bagi lebih dari 350 spesies burung migran, terutama yang terbang di malam hari. Struktur yang terbuat dari kaca dan bahan reflektif lainnya dapat menyebabkan kematian lebih banyak burung daripada hampir semua faktor kematian terkait manusia lainnya. Peningkatan pembangunan turbin angin di jalur penerbangan (terutama di dekat lahan basah), dan perluasan saluran listrik di dekat lokasi di mana burung berkumpul juga mengakibatkan tingginya angka kematian burung. Perubahan iklim juga menambah efek negatif dari semua ancaman dan membawa mereka ke skala jalur terbang, sementara juga berpose untuk mengubah musim dan karena itu mempengaruhi pola migrasi.

Gangguan terhadap kelestarian para migran cukup banyak dan bervariasi seperti pemburu liar, kondisi alam, dan pencemaran perairan. Ancaman terbesar saat ini adalah pemburuan dan alih fungsi rawa, mangrove, dan sawah menjadi kawasan permukiman, kawasan industri, dan pelabuhan. Berubahnya iklim secara global tentu sangat berpengaruh terhadap kegiatan migrasi burung pantai ini, termasuk naiknya permukaan laut yang telah banyak merendam wilayah pesisir. Oleh karenanya diperlukan kebijakan untuk melindungi habitat yang disukai spesies migran ini. Fenomena spesies burung migrasi yang sangat unik dan khas, dapat menjadi obyek ekowisata yang sangat menarik para pencinta alam. Ekowisata merupakan salah satu upaya konservasi yang paling bijaksana. Disamping tujuannya untuk melestarikan burung migrasi juga penting perannya bagi peningkatan sosial ekonomi masyarakat.

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Alikodra HS. 2010. Teknik Pengelolaan Satwaliar: Dalam rangka mempertahankan keanekaragaman hayati Indonesia. IPB Press, Bogor.

Sukmantoro, W. M. Irham, W. Novarino, F. Hasudungan, N. Kemp & M. Muchtar. 2007. Daftar Burung Indonesia no. 2. Indonesian Ornithologists’ Union, Bogor.

Sukmantoro, W. U. Suparman & L.W. Sin. 2005. A study on migratory raptors in Sumatra, Kalimantan, Java, Bali and Nusa Tenggara, Indonesia: 2001-2004. Pp. 150-165. In J. Abu, M.H.N. Chong, A.C. Sebastian & Y.C. Aik (editors). The proceedings of the 4th Symposium on Asian Raptors, Kuala Lumpur, Malaysia.

Zalles I. J. and K. L. Bildstein. 2000. Raptor Watch. A Global Directory of Raptor Migration Sites. Birdlife Conservation Series No. 9. USA: Hawk Mountain Sanctuary.

About Author
Sandra Rafika Devi
Khon Kaen University Thailand

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

2022-09-14
Difference:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *