Indonesia sebagai Jalur Strategis Penghubung Migrasi Burung di Dunia

Activity, Animal
Indonesia sebagai Jalur Strategis Penghubung Migrasi Burung di Dunia
12 October 2020
2081

Migrasi burung adalah pergerakan populasi burung dari lokasi berbiaknya menuju lokasi tertentu untuk mencari makanan yang dilakukan setiap tahun pada waktu-waktu tertentu. Burung pantai di dunia memiliki sembilan jalur migrasi yaitu (1) jalur Atlantik Timur, (2) jalur Laut Hitam-Mediterania, (3) Asia Barat-Afrika Timur, (4) jalur Asia Tengah, (5) jalur Asia Timur-Australia, (6) jalur Pasifik Barat, (7) jalur Pasifik-Amerika, (8) jalur Missisipi-Amerika, dan (9) jalur Atlantik-Amerika (Gambar 1) (Mongabay 2014).

Gambar 1. Jalur migrasi burung pantai di dunia (Mongabay 2014)

Burung migran melalui jalan panjang menuju tempat singgahnya di daerah tropis. Misalnya untuk Koridor Pantai Pasific (Coastal Pacific Corridor) yaitu jalur yang akan dilalui oleh burung-burung dari timur Rusia yang melewati Kepulauan Jepang dan Taiwan, lalu ke selatan Filipina dan menepi di wilayah Sunda Besar. Dalam sekali migrasi, mereka dapat terbang hingga jarak 15.000 kilometer dengan waktu tempuh 50 – 70 hari (Septian 2017). Perjalanan jauh tersebut menghabiskan banyak energi, kemungkinan menjadi lemas hingga berpotensi menyebabkan kematian. Seperti yang dialami sekitar 20 burung Kedidi dalam keadaan lumpuh dan banyak yang mati pada awal bulan Maret 2017 di Desa Sungai Cemara, Kecamatan Sadu, Kabupaten Tanjabtim, yang sebelumnya tidak pernah ditemukan puluhan burung yang mati secara bersamaan. Pemerintah Kabupaten Tanjabtim sangat prihatin terhadap kematian burung migrasi ini. Pantai Cemara merupakan salah satu tujuan dari burung yang berimigrasi dari Siberia dan Australia.

Pada musim gugur burung-burung pengembara dari utara mulai berdatangan, puluhan ribu ayam-ayaman berpindah melalui pesisir timur Asia Tengah menuju tempat hidupnya sementara di Sunda Besar dan Nusa Tenggara. Penyeberangan utama adalah dari Cape Rachado di Semenanjung Malaysia menuju Pulau Sumatera. Beberapa minggu kemudian mereka menyeberangi Selat Sunda, berpindah-pindah di sepanjang pesisir utara Pulau Jawa, kemudian menyeberangi Selat Bali menuju Pulau Bali dan Nusa Tenggara (MacKinnon et al. 1992). Pada jalur ini, jenis burung pengembara lainnya seperti Gagang Bayam, Berkek, Trinil tidak melakukan perkawinan di Pantura Pulau Jawa, karena mereka kawin dan bertelur di habitat aslinya di luar AsiaTenggara seperti Eropa dan Asia Timur. Perjalanan mereka cukup jauh untuk mendapatkan makanan di Wilayah Pantura Indramayu-Cirebon, karena musim dingin di tempat asal mereka. Banyak risiko yang dihadapi jenis migran ini, namun jika habitat dan lingkungannya masih memenuhi kebutuhannya setiap tahun mereka tetap melakukan perjalanan menuju tempat yang sama.

Jalan lintasan tersebut dilewati dengan cepat, tetapi di sepanjang jalur ada yang turun di beberapa tempat di sepanjang Pantura Pulau Jawa termasuk di Indramayu-Cirebon untuk tinggal sementara pada saat musim dingin di tempat tinggal asalnya. Lintasan migrasi lain yang terkait dengan Indonesia adalah dari Siberia menuju Filipina, Sulawesi, Papua, Australia dan Selandia Baru. Waktu untuk kembali ketempat asalnya adalah pada awal musim semi (MacKinnon et al. 1992). Untuk memastikan kedatangannya diperlukan pemantauan terhadap jenis pendatang, apakah setiap tahunnya ada penambahan atau pengurangan.

Monitoring jangka panjang yang diinisiasi sejak tahun 1998 di Paralayang, Puncak dan melingkupi banyak lokasi sejak tahun 2001, merupakan aktivitas yang menjadi hal penting bagi konservasi raptor di Indonesia. Sejak tahun 2001, monitoring telah dilakukan di Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara dan Kalimantan. Kegiatan monitoring ini juga merupakan hasil rekomendasi dari pertemuan kelompok pengamat migrasi raptor di Bogor dan Semarang dikoordinasi oleh Jaringan riset dan konservasi raptor Indonesia (RAIN). Tujuan dari monitoring adalah untuk mengetahui secara pasti dan detail jalur migrasi raptor di Indonesia, untuk mengetahui raptor yang melintas di Indonesia dan mengarahkan pada studi dinamika populasi raptor migran, untuk mengetahui karakteristik migrasi dan habitat singgah migrasi, sebagai sarana komunikasi internasional antar peneliti dan sebagai suplai informasi untuk strategi konservasi, penyebaran populasi termasuk populasi penyakit dan keamanan biologi. Terbukti, pada saat kasus flu burung merebak, informasi migrasi dapat dipergunakan banyak pihak. Tahun 2007, selain monitoring dan analisa migrasi, studi juga dilakukan dengan menggunakan penanda “marking” pada raptor dimana kegiatan tersebut diinisiasi tahun 2007 dengan menggunakan tanda “wing tag” merah-putih spotlight pada kedua patagial raptor. Penggunaan Satellite tracking juga sudah dipergunakan tahun 2006 oleh peneliti Jepang dan terbukti jalur migrasi Sikep Madu Asia dari Jepang masuk ke wilayah Indocina kemudian masuk ke semenanjung Malaya dan ke Indonesia melalui Sumatera.

Banyaknya burung migran membuat upaya pelestariannya memerlukan prioritas. “Burung Indonesia menggunakan Important Bird Area (IBA) untuk menentukan daerah-daerah mana yang sebaiknya dilakukan upaya konservasi terlebih dahulu. Kriteria IBA ini salah satunya diidentifikasi dari keberadaan burung terancam punah dan berkait dengan burung bermigrasi. Apabila di suatu daerah ditemukan satu persen dari pupulasi burung bermigrasi, maka masuk sebagai kriteria IBA,” tambahnya.Perlindungan burung-burung migran ini diupayakan melalui kemitraan burung bermigrasi yang melibatkan sejumlah pihak baik pemerintah, NGO, maupun swasta. Secara regulasi pemerintah telah menetapkan jenis-jenis dilindungi melalui Peraturan Menteri LHK P.106 Tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi. Secara spesifik, upaya perlindungan burung bermigrasi telah dilakukan dengan penunjukan kawasan konservasi seperti Taman Nasional Berbak Sembilang di ujung barat  dan Taman Nasional Wasur di ujung timur. Oleh karena itu, Hari Burung Migrasi Dunia 2020 akan membantu meningkatkan kesadaran tentang pentingnya konektivitas ekologis untuk burung migran dan melengkapi upaya CMS untuk mempromosikan konektivitas dan fungsi ekologis, kerja sama internasional, dan konservasi spesies yang bermigrasi dalam kerangka keanekaragaman hayati global pasca-2020.

Indonesia termasuk ke dalam dua jalur migrasi burung pantai dunia yaitu jalur Asia Timur-Australia (East Asian-Australian Flyway) dan jalur Pasifik Barat (West Pacific Flyway). Jalur Asia TimurAustralia terbentang dari Alaska menuju Siberia Timur, Asia Timur melalui Timur Tiongkok, Asia Tenggara melalui Semenanjung Malaysia, Indonesia (termasuk Sumatera, Kalimantan, Jawa, Bali, dan Lombok), hingga menuju Australia dan New Zealand. Jalur Pasifik Barat terbentang dari Timur Rusia menuju Kepulauan Jepang, Taiwan, Filipina, Papua, hingga menuju Australia dan New Zealand.

Indonesia setidaknya memiliki 15 lokasi penting bagi burung migrasi pantai yaitu di Pulau Sumatera (hutan mangrove dan padang lumpur Tanjung Bakung, Tanjung Datuk, Delta Sungai Musi), Pulau Jawa (Muara Angke, Muara Gembong, pantai Indramayu-Cirebon, Delta Bengawan Solo dan Brantas), Pulau Bali (Suwung), NTT (Sumba, Pantai Kupang), Pulau Kalimantan (P. Berau, P. Layangan, Tanjung Sembilang), Pulau Sulawesi (Lampuko-Mampi, Lanteboeng, Muara Sungai Salowatu, Pantai Utara Teluk Bone), Papua (Pulau Kimaan, Rawa Biru, Taman Nasional Wasur). Tidak kurang 50 miliar individu burung yang melakukan migrasi setiap tahunnya (Wihardandi 2013). Mereka melintas benua dengan jarak puluhan ribu kilometer untuk mencari makan atau mendapatkan cuaca yang hangat untuk melanjutkan siklus perkembangbiakan mereka. Pada bulan Agustus hingga Maret, belahan bumi utara mengalami musim dingin yang menyebabkan kelimpahan makanan burung-burung tersebut berkurang, akibatnya burung-burung yang hidup di Rusia timur laut, China, Alaska bermigrasi ke bumi belahan selatan untuk mencari udara yang lebih hangat dan mencari makanan (Gambar 2).

Gambar 2. Burung pantai migran; A: Singgah dan mencari makan di padang lumpur; B. Mencari makan di sawah

 

DAFTAR PUSTAKA

MacKinnon J, Phillipps K, van Balen B. 1992. Burung-Burung di Sumatera, Jawa, Bali dan Kalimantan (Termasuk Sabah, Sarawak dan Brunei Darussalam): LIPI – Seri Panduan Lapangan. Jakarta: LIPI – BirdLife Indonesia Programme.

Mongabay. 2014. Pengamat burung Indonesia peringati hari burung pantai 6 September. http://www.mongabay.co.id/2014/09/08/pengamatburung-indonesia-peringati-hari-burung-pantai-6- september/. Diakses: 7 Oktober 2020.

Septian, R. 2017. Indonesia Adalah Jalur Penting Migrasi Burung, Anda Mengetahui?BogorFloraFauna.http://www.mongab ay.co.id/2017/05/23/indonesia-adalah-jalur-pentingmigrasi-burung-anda-mengetahui/. Diakses: 7 Oktober 2020.

Wihardandi A. 2013. Migrasi Burung di Indonesia: Menikmati Ritual Tahunan Tamu dari Utara. Tersedia di internet dalam http://www.mongabay.co.id/ November 7, 2013 Diakses: 7 Oktober 2020.

 

About Author
Sandra Rafika Devi
Khon Kaen University Thailand

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

2022-09-14
Difference:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *