Pengendali Hayati di Pertanian

Pengendali Hayati di Pertanian
6 Mei 2016
3558

 Banyak sekali penolakan produk pertanian indonesia karena terkontaminasi oleh insektisida, herbisida, pestisida dan bahan kimia lainnya. Semakin maju peradaban, maka orang akan semakin sadar dengan bahan makanan apa yang bersifat organi (red : tidak terkontaminasi bahan kimia). Bayangkan saja ada orang yang minum jus dan sayuran setiap hari, namun buah dan sayuran tersebut terkontaminasi oleh bahan kimia, hanya karena terserang hama, ingin hasil yang banyak dan sebagainya. 

Penggunaan bahan kimia untuk menanggulangi hama di luar negeri sekarang ini sudah mulai dikurangi, khususnya pada negara-negara maju. Hal ini dipicu oleh peneliti lingkungan oleh ahli  dan pakar wabah penyakit mulai mengamati serius dampak unsur pengganggu itu sejak tiga dekade lalu. Mula-mula diketahui, racun pembunuh serangga yang amat ampuh dan digunakan secara luas membasmi nyamuk malaria, yakni DDT (dichlorodiphenytrichloroethane) memiliki dampak sampingan amat merugikan. DDT memiliki sifat larut dalam lemak. Karena itu, residunya terus terbawa dalam rantai makanan, dan menumpuk dalam jaringan lemak. Dari situ, sisa DDT mengalir melalui air susu ibu kepada anaknya, baik pada manusia maupun pada binatang. Binatang pemangsa mendapat timbunan sisa DDT dari binatang makanannya. Rantainya seolah tidak bisa diputus.

Pengamatan terhadap burung pemangsa menunjukkan, DDT menyebabkan banyak burung yang memproduksi telur dengan kulit amat tipis, sehingga mudah pecah. Selain itu, terlepas dari tebal tipisnya kulit telur, semakin banyak anak burung pemangsa yang lahir cacat. Penyebaran residu DDT bahkan diamati sampai ke kawasan kutub utara dan selatan. Anjing laut di kutub utara, banyak yang melahirkan anak yang cacat, atau mati pada saat dilahirkan. Penyebabnya pencemaran racun serangga jenis DDT.

Diduga, residu DDT pada manusia juga berfungsi serupa, yakni menurunkan kemampuan reproduksi. Atau menyebabkan cacat pada janin. 

 

Sifat kimiawi dan fisik DDT

Senyawa yang terdiri atas bentuk-bentuk isomer dari 1,1,1-trichloro-2,2-bis-(p-chlorophenyl) ethane yang secara awam disebut juga Dichoro Diphenyl Trichlorethane (DDT) diproduksi dengan menyam­purkan chloralhydrate dengan chlorobenzene.

 

Sumber : m-biologiku.blogspot.com

 

sumber : www.slideshare.net

 

Dalam untuk mencapai pertanian organik, maka sebagai seorang petani tidak menggunakan bahan kimia apapun dalam penyelesaian masalah pertanian. Salah satunya yaitu jika ada hama yang menyerang lahan pertanian maka apa yang harus kita lakukan. Yang perlu kita ketahui pertama kali adalah bagaima alam mengatur dirinya sendiri sesuai dengan apa yang digariskan oleh yang maha kuasa, yaitu "rantai dan jaringan makanan" dalam keseimbangan ekosistem. 

 

sumber : http://www.mikirbae.com/2015/01/

 

Berikut adalah beberpa agen pengendali hayati

  •  Pengendali belalang dan ulat

_DSC0020Celepik Reban 1

Beberapa pengendali hayati pemakan belalang : dari kiri, Alap-alap Capung, Celepuk Reban, Katak Sawah, Cici Padi, Bentet Kelabu,Katak Sawah dan Jamur parasit yang hanya tumbuh pada serangga.

 

  • Pengendali Tikus

 

   

Beberapa pengendali hayati pemakan belalang : dari kiri, Ular, Burung hantu (Tyto alba) dan Elang Tikus (Elanus caeruleus)

 

  • Pengendali Kutu daun 

Semut dan kepik merupakan kontrol hayati terhadap kutu daun (Aphids)

 

 

Sumber : 

  1. https://yogadpermana.wordpress.com/2012/06/15/entomologi-pertanian-pengendalian-hama/
  2. https://id.wikipedia.org/wiki/Pengendalian_hama_biologis
Tentang Penulis
arif rudiyanto

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel
Terkait
Tidak ada artikel yang ditemukan
2016-05-09
Difference:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *