PENGARUH PERUBAHAN IKLIM PADA SUMBER AIR

Marine
PENGARUH PERUBAHAN IKLIM PADA SUMBER AIR
31 March 2020
2053

Perubahan iklim merupakan fenomena global yang belakangan ini sering dibahas dan memiliki dampak salah satunya adalah peningkatan suhu Selain itu, penelitian sebelumnya mengatakan bahwa Perubahan iklim berpengaruh pada sumber daya air yang ada di seluruh dunia yang terjadi juga di Kedungkarang. Dimana peningkatan suhu dirasakan oleh masyarakat. Kabupaten Demak merupakan Kabupaten yang terletak di pesisir utara pulau Jawa terindikasi mengalami perubahan iklim. Masih ada desa - desa di Kabupaten Demak yang belum tersalurkan oleh pipa PDAM, termasuk Desa Kedungkarang. Di samping itu, air sungai dan air sumur yang asin juga berdampak pada sulitnya warga untuk mengakses air bersih dalam memenuhi kebutuhan domestiknya. Ditambah lagi dengan isu perubahan iklim dan letak geografis yang berada di wilayah pesisir utara Kabupaten Demak diduga kian memperparah krisis air pada di wilayah studi. Metode yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah metode mix, yakni metode kualitatif dan metode kuantitatif. Dengan dampak perubahan iklim yang menyebabkan kenaikan suhu udara sehingga mengakibatkan semakin cepatnya penguapan air. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pemerintah dan instansi terkait penyediaan air bersih. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat menyadarkan masyarakat terutama di wilayah studi mengenai dampak dari perubahan iklim terhadap krisis air yang terjadi.
Singkatnya perubahan iklim adalah perubahan pola cuaca yang berlangsung lama. Hal ini disebabkan adanya peningkatan konsentrasi karbon dioksida yang mengakibatkan peningkatan suhu rata-rata permukaan bumi.
Pemanasan global mengganggu siklus alami dan menyebabkan beberapa perubahan jangka panjang dalam iklim lokal dan global.
Secara umum, perubahan iklim global dapat mempegaruhi banyak hal diantaranya siklus hidrologi dan juga berdampak pada sektor energi. Kedua hal tersebut saling berkaitan dimana saat ini konsumsi energi dunia masih didominasi oleh sumber energi fosil, berupa minyak bumi, gas dan batubara, yang secara alamiah jumlahnya terbatas. Mengingat kecenderungan penggunaan energi fosil yang terbatas ini akan terus meningkat di masa-masa yang akan datang dan terkait dengan isu perubahan iklim, negara-negara dunia mulai mempertimbangkan dan mengambil langkah-langkah untuk mengatasi keterbatasan energi fosil dan mendorong penggunaan energi terbarukan sebagai alternatif energi khususnya untuk pemerataan listrik di daerah-daerah terpencil yang jauh dari infrastruktur listrik. Salah satu sumber daya listrik alternatif atau energi terbarukan adalah Pembangkit Tenaga Listrik Mikro Hidro (PLTMH). PLTMH adalah energi yang diperoleh dari air yang mengalir yang sangat berkaitan dengan siklus hidrologi. Siklus hidrologi merupakan tahapan-tahapan yang dilalui air dari atmosfer bumi masuk ke bumi dan kembali lagi ke atmosfer bumi sehingga berpengaruh terhadap ketersediaan air di bumi, dimana input utamanya adalah presipitasi. Di Indonesia sendiri ketersediaan air dipengaruhi oleh bulan basah dan bulan kering. Pada bulan basah presipitasi di Indonesia yang berupa curah hujan melimpah, dan pada bulan kering sangat minim, hal ini yang dapat mempengaruhi energi yang dihasilkan PLTMH.
Perubahan iklim global sebagai dampak dari pemanasan global telah
mengekibatkan tidak stabilnya atmosfer di lapisan bawah terutama yang dekat
dengan permukaan bumi. Adanya pemanasan global disebabkan oleh
meningkatnya gas-gas rumah kaca yang banyak dihasilkan oleh industri-industri.
Pengamatan temperatur global sejak abad 19 menunjukkan adanya perubahan
rata-rata temperatur yang menjadi indikator adanya perubahan iklim. Perubahan
temperatur global ini ditunjukkan dengan naiknya rata-rata temperatur hingga
0.74°C antara tahun 1906 hingga tahun 2005. Temperatur rata-rata global ini
diperkirakan akan terus meningkat sekitar 1.8-4.0°C di abad sekarang ini, dan
bahkan menurut kajian lain dalam IPCC diproyeksikan berkisar antara 1.1-6.4°C.
(Lakhdar et al., 2012)
Perubahan iklim merupakan hal yan sampai sekarang belum bisa dihindari.
Hal ini diyakini mampu semakin meluas dampaknya terhadap berbagai aspek
kehidupan. Semakin besar dampak iklim yang dihasilkan maka semakin besar
pula upaya aktif untuk menghindari dampak negative melalui strategi mitigasi dan
adaptasi. (Surmaini & Runtunuwu, 2015)
Perubahan iklim telah memberikan berbagai dampak dalam berbagai
sektor pula. Dampak tersebut telah dirasakan pada sektor perikanan, kelautan,
kehutanan, pertanian, sumber daya air, lingkungan, bahkan ekonomi dan sosial.
Sejauh ini dampak perubahan iklim yang paling ekstrim adalah terjadinya
kenaikan temperature serta terjadinya pergeseran musim. (Anggraini & Trisakti,
2011)
Perubahan iklim global sebagai dampak dari pemanasan global telah
mengekibatkan tidak stabilnya atmosfer di lapisan bawah terutama yang dekat
dengan permukaan bumi. Adanya pemanasan global disebabkan oleh
meningkatnya gas-gas rumah kaca yang banyak dihasilkan oleh industri-industri.
Pengamatan temperatur global sejak abad 19 menunjukkan adanya perubahan
rata-rata temperatur yang menjadi indikator adanya perubahan iklim. Perubahan
temperatur global ini ditunjukkan dengan naiknya rata-rata temperatur hingga
0.74°C antara tahun 1906 hingga tahun 2005. Temperatur rata-rata global ini
diperkirakan akan terus meningkat sekitar 1.8-4.0°C di abad sekarang ini, dan
bahkan menurut kajian lain dalam IPCC diproyeksikan berkisar antara 1.1-6.4°C.
(Lakhdar et al., 2012)
Perubahan iklim merupakan hal yan sampai sekarang belum bisa dihindari.
Hal ini diyakini mampu semakin meluas dampaknya terhadap berbagai aspek
kehidupan. Semakin besar dampak iklim yang dihasilkan maka semakin besar
pula upaya aktif untuk menghindari dampak negative melalui strategi mitigasi dan
adaptasi. (Surmaini & Runtunuwu, 2015)
Perubahan iklim telah memberikan berbagai dampak dalam berbagai
sektor pula. Dampak tersebut telah dirasakan pada sektor perikanan, kelautan,
kehutanan, pertanian, sumber daya air, lingkungan, bahkan ekonomi dan sosial.
Sejauh ini dampak perubahan iklim yang paling ekstrim adalah terjadinya
kenaikan temperature serta terjadinya pergeseran musim. (Anggraini & Trisakti,
2011)
Perubahan iklim global sebagai dampak dari pemanasan global telah
mengekibatkan tidak stabilnya atmosfer di lapisan bawah terutama yang dekat
dengan permukaan bumi. Adanya pemanasan global disebabkan oleh
meningkatnya gas-gas rumah kaca yang banyak dihasilkan oleh industri-industri.
Pengamatan temperatur global sejak abad 19 menunjukkan adanya perubahan
rata-rata temperatur yang menjadi indikator adanya perubahan iklim. Perubahan
temperatur global ini ditunjukkan dengan naiknya rata-rata temperatur hingga
0.74°C antara tahun 1906 hingga tahun 2005. Temperatur rata-rata global ini
diperkirakan akan terus meningkat sekitar 1.8-4.0°C di abad sekarang ini, dan
bahkan menurut kajian lain dalam IPCC diproyeksikan berkisar antara 1.1-6.4°C.
(Lakhdar et al., 2012)
Perubahan iklim merupakan hal yan sampai sekarang belum bisa dihindari.
Hal ini diyakini mampu semakin meluas dampaknya terhadap berbagai aspek
kehidupan. Semakin besar dampak iklim yang dihasilkan maka semakin besar
pula upaya aktif untuk menghindari dampak negative melalui strategi mitigasi dan
adaptasi. (Surmaini & Runtunuwu, 2015)
Perubahan iklim telah memberikan berbagai dampak dalam berbagai
sektor pula. Dampak tersebut telah dirasakan pada sektor perikanan, kelautan,
kehutanan, pertanian, sumber daya air, lingkungan, bahkan ekonomi dan sosial.
Sejauh ini dampak perubahan iklim yang paling ekstrim adalah terjadinya
kenaikan temperature serta terjadinya pergeseran musim. (Anggraini & Trisakti,
2011)
Perubahan iklim global sebagai dampak dari pemanasan global telah
mengekibatkan tidak stabilnya atmosfer di lapisan bawah terutama yang dekat
dengan permukaan bumi. Adanya pemanasan global disebabkan oleh
meningkatnya gas-gas rumah kaca yang banyak dihasilkan oleh industri-industri.
Pengamatan temperatur global sejak abad 19 menunjukkan adanya perubahan
rata-rata temperatur yang menjadi indikator adanya perubahan iklim. Perubahan
temperatur global ini ditunjukkan dengan naiknya rata-rata temperatur hingga
0.74°C antara tahun 1906 hingga tahun 2005.

Menurut (Meehl dkk dalam Mizyed, 2008). Selain faktor tersebut, ciri perubahan iklim yang nampak belakangan ini adalah pemanasan global yang menyebabkan es di kutub utara dan kutub selatan mencair sehingga mengakibatkan naiknya permukaan air laut yang dapat berimplikasi pada terjadinya rob di wilayah pesisir (Numberi, 2009 : 41-42). Dampak perubahan iklim yang dapat dirasakan di Kabupaten Demak, terutama di wilayah pesisirnya adalah krisis air, banjir dan rob/ abrasi begitupun dengan Desa Kedungkarang. Hal tersebut membuat penduduk kesulitan dalam memenuhi kebutuhan air bersihnya. Padahal air bersih merupakan komponen yang sangat penting dalam melaksanakan aktivitas kehidupan sehari - hari. Sumber air bersih di Desa Kedungkarang berasal dari air sumur, dan membeli air. Sebagai daerah pesisir, air sumur mereka tentu saja terkontaminasi dengan air laut, sehingga air sumur warga terasa asin. Hal ini menyebabkan penggunaan akan air smur menjadi terbatas. Air sumur hanya dapat digunakan untuk keperluan mencuci piring dan mengepel. Sementara untuk keperluan mencuci baju, mandi, dan memasak. Pemerintah diketahui belum menyalurkan air PDAM. Hal ini dikarenakan tidak adanya air baku yang mencukupi untuk desa tersebut. Sehingga satu - satunya sumber menjadi alternatif utama yang digunakan oleh masyarakat belum terjangkau dengan pipa PDAM adalah dengan menggunakan air tanah melalui sumur artesis. Letak geografis Desa Kedungkarang yang berdekatan dengan Laut Jawa membuat sumur warga menjadi asin wargapun mau tidak mau harus memenuhi kebutuhan air rumah tangganya dengan membeli air yang dijajakan oleh warga Kabupaten Jepara. Seiring dengan peningkatan jumlah penduduk tiap tahunnya maka penggunaan air tanah juga semakin meningkat. Padahal Pengambilan air tanah yang berlebihan dapat menyebabkan menurunnya permukaan tanah, serta berkurangnya volume ketersediaan air tanah yang dapat menimbulkan bencana (Kodoatie dan Sjarief, 2010).

Permasalahan Sumber Daya Air (SDA) seperti bencana alam, alih fungsi lahan dan konflik kepentingan antar daerah merupakan permasalahan yang ditimbulkan dari perubahan iklim (climate change). Selain itu kita juga menghadapi tantangan global yang mengakibatkan kita masuk pada krisis diantaranya adalah energy crisis, food crisis dan water crisis, yang kesemuanya membutuhkan solusi bagi keberlangsungan kehidupan umat manusia dan makhluk hidup lainnya. Pengelolaan SDA merupakan tangung jawab kita bersama dan tidak secara parsial oleh instansi pemerintah saja, karena saat ini banyak permasalahan yang sedang dihadapi, seperti kekurangan air karena musim kemarau yang berkepanjangan, terjadinya konflik kepentingan SDA antar kabupaten/kota dan provinsi, masalah bencana banjir dan tanah longsor dan bencana alam gelombang pasang seperti terjadi beberapa daerah di Indonesia. Permasalahan tersebut harus segera dicarikan solusi dan antisipasi yang terbaik, jangan sampai terjadi krisis air dan lingkungan.

Iklim adalah keadaan cuaca rata-rata dalam waktu satu tahun yang penyelidikannya dilakukan dalam waktu yang lama (minimal 30 tahun) dan meliputiwilayah yang luas. Matahari adalah kendali iklim yang sangat penting dan sumber energi di bumi yang menimbulkan gerak udara dan arus laut. Kendali iklim yang lain, misalnya distribusi darat dan air, tekanan tinggi dan rendah, massa udara, pegunungan,arus laut dan badai. Sedangkan Cuaca adalah keadaan udara pada saat tertentu dan di wilayah tertentu yang relatif sempit dan pada jangka waktu yang singkat. Cuaca itu terbentuk dari gabungan unsur cuaca dan jangka waktu cuaca bisa hanya beberapa jam saja. Di Indonesia keadaan cuaca selalu diumumkan untuk jangka waktu sekitar 24 jam melalui prakiraan cuaca hasil analisis Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG), Departemen Perhubungan. Faktor-faktor pembentuk iklim antara lain:
• Radiasi matahari
• Temperatur udara
• Tekanan udara
• Kelembapan udara
• Awan
• Curah hujan
• Angin

1. Perubahan Iklim
Perubahan iklim ditandai dengan adanya perubahan beberapa paramer iklim atau kejadian, antara lain : (a) Perubahan suhu permukaan bumi, (b) Perubahan curah hujan, (c) Perubahan pada kejadian cuaca ekstrim, (d) Perubahan tutupan es/salju, dan (e) Perubahan tinggi muka laut. Analisis perubahan iklim (climate change) dilakukan karena melihat besarnya dampak yang dihasilkan dari perubahan iklim ini terhadap ketersediaan sumber daya alam (SDA). Sebagai contoh untuk wilayah indonesia secara keseluruhan, studi yang dilakukan oleh WWF (World Wide Fund, 2012) menunjukkan bahwa dalam periode 100 tahun ini telah terjadi kenaikan suhu rata- rata tahunan hingga 0.72-3.92°C yang disertai dengan penurunan presipitasi hujan hingga 2-3%. Studi ini juga menunjukkan bahwa di wilayah Indonesia bagian selatan telah terjadi pergeseran musim hujan hingga satu bulan lebih lambat dengan terjadinya kenaikan intensitas curah hujan hingga 10% di musim hujan dan penurunan 75% intensitas curah hujan di musim kemarau. Berdasarkan hasil analisis data stasiun pengamatan hujan milik BMKG di Pacet, kawasan Kabupaten Mojokerto diprediksi terjadi penurunan curah hujan 10% pada tahun 2075-2099. Dengan menganalisa data curah hujan di Stasiun Pacet, curah hujan tahunan cenderung terjadi tren penurunan 11%, dimana rata rata hujan tahunan pada periode 1980-1941 sebesar 2995 mm sedang periode 1987-2011 adalah 2381 mm. Dari data iklim selama 10 tahun terakhir di Stasiun Pengamat Mojosari menunjukkan, bahwa suhu udara bulanan rerata di wilayah Mojokerto juga menunjukkan peningkatan sebesar 0,3o C.

2. Air Bersih
Air Bersih Air merupakan kebutuhan pokok setiap makhluk hidup di bumi. Manusia tergantung pada air bukan hanya memenuhi kebutuhan domestik rumah tangga melainkan juga untuk kebutuhan –kebutuhan seperti kebutuhan produksi, kebutuhan industri dan kebutuhan lainnya. Seiring berjalannya waktu, meningkatnya jumlah populasi berbanding lurus pada meningkatnya kebutuhan akan air, padahal menurut siklus hidrologi, jumlah air adalah tetap. Hal ini tentu saja akan menimbulkan masalah di kemudian hari, yakni krisis air. Menurut Kodoati dan Sjarief (2010) Air merupakan sumber daya alam yang paling unik jika dibandingkan dengan sumber daya lain karena sifatnya yang terbarukan dan dinamis. Artinya sumber utama air yang berupa hujan akan selalu datang pada musimnya sesuai dengan waktu. Namun, pada kondisi tertentu air bisa bersifat tak terbarukan, misal pada kondisi geologi tertentu dimana proses perjalanan air tanah memerlukan waktu ribuan tahun, sehingga bila pengambilan air tanah dilakukan secara berlebihan, air akan habis (Kodoatie dan Roestam, 2010). Air merupakan sumber daya yang vital bagi kehidupan. Pada dasarnya air digunakan untuk kegiatan sehari - hari seperti minum, mandi, memasak, maupun mencuci. Oleh karena itu, ketersediaan air yang mencukupi sangat diprioritaskan baik di Perkotaan dan Pedesaan. Ketersediaan air yang kurang mencukupi jika dibandingkan dengan kebutuhan air bersih akan menimbulkan krisis dan kelangkaan air yang tentu saja menyulitkan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan dasarnya sehari -hari. Perubahan Iklim dan Dampaknya.

Bisa juga karena sedimen sungai / Daerah Aliran Sungai (DAS). Awal dari transport sediment pada sungai adalah proses erosi atau pengikisan permukaan tanah pada daerah aliran sungai atai local scour (penggerusan local) pada dasar sungai, kejadian terjadi secara alamiah yaitu selama hujan berlangsung sepanjang masa. Hingga saat ini proses erosi serta pengukuran jumlah sedimen yang terangkut masih berdasarkan pendekatan-pendekatan. Hasil kajian diperoleh mengenai faktor factor yang dapat mempengaruhi intensitas sedimen pada daerah aliran sungai (DAS) adalah sebagai berikut :
1. Kondisi Topografi Kemiringan medan dari DAS dapat menentukan besar kecil produksi sedimen , semakin terjal medan itu semakin banyak produksi sedimen.
2. Kondisi Geologi Struktur geologi, jenis batuan, tingkat pelapukan dan daya tahan terhadap IKLIM / PERUBAHAN IKLIM serta karakteristik geologi lainnya sangat mempengaruhi intensitas sedimentasi suatu daerah aliran sungai (DAS).
3. Curah Hujan Karakteristik curah hujan di DAS seperti intensitas hujan, lamanya hujan, dan frekuensi hujan sangat mempengaruhi proses erosi terutama di daerah pegunungan dan perbukitan , dimana akan terjadi arus aliran yang kuat yang mempengaruhi produksi sedimen.
4. Karakteristik Hidraulik Sungai Intensitas penggerusan dasar sungai (local scour) dan tebing sungai serta kapasitas transportasi sedimen sangat dipengaruhi oleh karakteristik hidraulik sungai, seperti arah pengaliran, kecepatan pengaliran , debit jenis aliran, kekasaran dasar sungai dan tebing- tebing sungai

3. Kaitan Iklim dengan Air Tanah
Kaitan Perubahan Iklim dengan Ketersediaan Air Tanah Dalam laporan Penilaian Pertama dari jaringan Riset Pergantian Iklim Kota menyebutkan bahwa pergantian iklim berpengaruh pada air. Berdasarkan studi - studi literatur yang telah dilakukan didapatkan keseimbangan air tanah dipengaruhi oleh ketersediaan air, curah hujan presipitasi dan evapotranspirasi, oleh karena itu diperlukan data curah hujan sebagai faktor pendukungnya. Salah satu dampaknya di wilayah pesisir, berkurangnya airtanah disertai kenaikan muka air laut juga telah memicu intrusi air laut ke daratan –mencemari sumber-sumber air untuk keperluan air bersih dan irigasi (UNDP Indonesia, 2007). Dalam jurnal yang yang berstudi kasus di West Bank menyebutkan bahwa, di West Bank palestina, air tanah merupakan sumber air utama dengan ketersediaan air perkapita sekitar 63 m3 . Meningkatnya suhu udara juga berkaitan dengan menurunnya presipitasi dan debit air tanah di West Bank (Mizyed, 2008). Di samping suhu udara, peningkatan jumlah penduduk juga berarti meningkat pula kebutuhan akan air tanah. Berbasis dari peningkatan nilai evapotranspirasi, merubah pengisian ulang air tanah dan memotong kebutuhan air yang diperkirakan merupakan dampak dari perubahan iklim terhadap ketersediaan air. Banyak studi sebelumnya yang mengatakan bahwa perubahan iklim akan meningkatkan temperatur dan berdampak negatif pada ketersediaan air. Meningkatnya temperatur udara yang disebabkan oleh pemanasan global dalam perubahan iklim menyebabkan semakin cepatnya penguapan / evaporasi sehingga menyebabkan air tanah semakin cepat berkurang.

4. Perubahan Iklim dan Dampaknya
Perubahan Iklim adalah peristiwa berubahnya unsur –unsur iklim dalam waktu yang sangat lama. Untuk mengamati perubahan iklim, diperlukan data unsur iklim jangka panjang, minimal 20 tahun terakhir. Dalam jangka panjang, perubahan iklim yang semakin ekstrem dikhawatirkan dapat membahayakan kehidupan manusia. Perubahan iklim merupakan peristiwa dimana dalam jangka panjang terjadi peningkatan secara perlahan terhadap unsur –unsur iklim yang berupa suhu udara, curah hujan, tekanan udara. Meningkatnya suhu bumi akan menyebabkan perubahan iklim dan keseimbangan supplai air ( water balance ) yang berubah. Akan terjadi perubahan curah hujan, timbulnya bencana alam seperti badai, longsor dan banjir bandang yang lebih hebat dan intens Bila permukaan air meningkat maka luas daratan akan berkurang dan akan terjadi intrusi air laut ke sumber-sumber air tawar. Akibatnya persediaan air tawar akan berkurang. Karena itu perlu dilakukan usaha maksimal untuk mencegah perubahan iklim, seperti mengurangi emisi karbon dioksida, memakai energi alternatip seperti angin dan surya, mengelola sampah dengan baik, konservasi air, reboisasi dan lain-lain.

5. Tujuan Penelitian Perubahan Iklim
Mengetahui adanya perubahan iklim global, dan mengidentifikasi ketersediaan air bersih yang digunakan untuk keperluan domestik serta alternatif pemfasilitasan penyediaan air bersih yang lebih baik untuk mengatasi krisis air bersih, sehingga untuk hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi Pemerintah setempat dalam meningkatkan pelayanan air bersih kepada masyarakatnya.

6. Keseimbangan Supply Air
Cadangan air bawah tanah harus dijaga keseimbanganya dengan melakukan reboisasi ( penanaman kembali hutan yang gundul ), membuat sumur resapan, mengurangi pemakaian air bawah tanah, melestarikan lingkungan, mengolah air limbah dengan baik dan mendaur ulangnya serta upaya lainnya untuk effisiensi pemakaian air di industri, pertanian dan rumah tangga. Persediaan air tawar di bumi sangat terbatas, karena volume air tawar hanya 3% dari seluruh jumlah air dibumi, yang 97% adalah air laut. 75% dari air tawar yang tersedia berada didalam gletser dan gunung es. Industri adalah pengguna air terbesar di muka bumi dan pertanian yang kedua, karena itu industri wajib menggunakan air secara effisien dan mengolah air limbahnya dengan baik.
Adapula pengolahan air limbah akibat perubahan iklim dapat menjadikan air tercemar dan tercampur oleh limbah.
Penyebab perubahan iklim Perubahan iklim terjadi akibat efek dari meningkatnya konsentrasi karbon dioksida yang berasal dari pembakaran bahan bakar fosil.
Para ilmuwan telah mengamati beberapa perubahan jangka panjang dalam pola cuaca sejak pertengahan akhir abad ke-19. Dengan melakukan pengukuran tingkat karbon dioksida dan suhu global dalam derajat Fahrenheit atau derajat Celcius.
Perubahan iklim juga dapat terjadi akibat pemanasan global. Akibat perubahan ini menyebabkan terjadinya perubahan pola cuaca, kondisi lingkungan dan ekosistem, seperti:
1. Pemanasan Samudera
Lautan menyerap hampir 90% panas berlebih dari udara di sekitarnya sehingga lebih hangat. Meskipun sebagian besar panas diserap di permukaan, karena laju pemanasan meningkat panas mencapai perairan yang lebih dalam.
2. Perubahan salju, es, dan tanah beku
Meningkatnya suhu permukaan menyebabkan penurunan massa es. Pengukuran massa es oleh satelit NASA menunjukkan bahwa massa Antartika dan Greenland menurun secara cepat.
3. Kenaikan permukaan air laut
Kenaikan permukaan air laut disebabkan air dari lapisan es dan gletser yang mencair dan perluasan air laut saat menghangat. Pengamatan tingkat satelit menunjukkan ketinggian laut terus meningkat setiap tahunnya. Kenaikan permukaan laut memiliki dampak buruk pada populasi yang tinggal di daerah pesisir.
4. Perubahan pola cuaca dan cuaca ekstrem
Perubahan iklim menyebabkan perubahan frekuensi, intensitas, luas spasial, durasi, dan waktu cuaca dan iklim ekstrem. Beberapa perubahan dalam pola cuaca termasuk peningkatan jumlah hari hangat dan malam dan penurunan hari dan malam yang dingin dan peningkatan frekuensi dan intensitas suhu harian yang ekstrem.

About Author
Erna Lestari
Sekolah Vokasi Institut Pertanian Bogor

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

2020-03-31
Difference:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *