Pemberdayaan masyarakat desa resun dalam pemanfaatan limbah sagu menjadi pupuk organik

Aktivitas
Pemberdayaan masyarakat desa resun dalam pemanfaatan limbah sagu menjadi pupuk organik
11 September 2023
586

Desa Resun yang menjadi mitra dalam kegiatan ini berada di kecamatan Lingga Timur, Kabupaten Lingga, Kepulauan Riau. Masyarakat desa Resun memiliki mata pencaharian sebagai PNS,petani sagu, dan pengusaha.Di desa Resun sendiri hanya terdapat 2 tempat pengolahan sagu dan menjadi mata pencaharian utama di desa tersebut.

 

Gambar 1. Pabrik Sagu di Desa Resun

Tanaman sagu dapat dimanfaatkan dari daun, pelepah, dan batang dengan produk utama tepung sagu dari bagian batang. Produktivitas tanaman sagu di desa Resun sekitar 5 Ton pati/bulan dengan harga jual saat ini Rp. 10.000/kilo dalam kondisi basah. Dari usaha sagu ini,limbah pengolahan sagu belum dimanfaatkan oleh masyarakat meskipun ampas sisa pengolahan masih dapat digunakan untuk tujuan penggunaan lain seperti pakan ternak, hardboard, bahan bakar, media pertumbuhan tanaman, dan bisa dijadikan pupuk. Ampas sagu inilah yang menjadi masalah di lingkungan desa Resun karena limbah semakin menumpuk sedangkan lokasi untuk membuang terbatas. Oleh karena itu dalam kegiatan pengabdian masyarakat ini dilakukan pelatihan pembuatan pupuk organik menggunakan ampas sagu. Metode yang digunakan adalah fermentasi. Dari kegiatan yang dilakukan diketahui bahwa semua peserta sudah mulai memanfaatkan ampas sagu akan tetapi belum dilakukan secara maksimal. Dalam pelatihan ini, dilakukan pengolahan ampas sagu dengan proses fermentasi. Dari pelatihan terlihat bahwa masyarakat sudah mengetahui proses pengolahan ampas sebelum dijadikan pupuk organik.

Masyarakat Resun, biasanya memanfaatkan daun tanaman sagu sebagai atap bangunan sedangkan dari pelepah diambil bagian luarnya sebagai pengikat pada atap tersebut, sisanya dipakai untuk lantai titian di sekitar rumah. Utamanya, tanaman sagu dimanfaatkan sebagai sumber bahan pangan.
Sebagai sumber bahan pangan, sagu dapat diolah menjadi berbagai macam makanan yang memiliki nilai gizi tinggi dan digemari oleh masyarakat. Pada umumnya, sagu diambil patinya dan diolah menjadi tepung. Dari tepung sagu ini dapat pula diolah menjadi bahan makanan, perekat, dan plastik yang mudah terurai secara alami. Peningkatan jumlah produksi sagu sebanding dengan limbah yang dihasilkan.
Limbah yang dihasilkan berupa limbah padat, cair, dan gas.Limbah-limbah tersebut jika tidak dimanfaatkan secara baik akan menjadi masalah bagi masyarakat karena mencemari lingkungan dan memerlukan lokasi khusus untuk membuangnya. Dari pengolahan sagu di lokasi mitra, limbah ampas sagu yang paling manjadi masalah dan belum ditangani oleh mereka.

Pendapatan masyarakat dari pengolahan sagu berkisar Rp.6.000.000/bulan. Dari proses pengolahan tanaman sagu tersebut terdapat limbah dari beberapa bagian yang belum dimanfaatkan secara optimal yaitu ampas pengolahan sagu. Limbah-limbah ini mendatangkan masalah karena memerlukan lokasi penumpukan yang semakin luas. Ampas sagu yang dihasilkan oleh pengusaha sagu di desa Resun dari proses produksi berkisar 15- 20% dari total berat basah.
Permasalahan yang teridentifikasi di Desa Resun antara lain masyarakat kurang mengetahui cara pengolahan limbah sagu sehingga terbuang begitu saja, banyaknya limbah pengolahan sagu di lokasi tersebut, dan perlunya pelatihan pengolahan limbah sagu. Dengan adanya pelatihan ini limbah sagu yang biasanya dibuang begitu saja dapat termanfaatkan dan mengurangi pencemaran lingkungan. Dari kegiatan ini diharapkan masyarakat mengetahui bagaimana cara pengolahan limbah sagu menjadi pupuk organik secara tepat dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat.

Adapun prosedur dan teknik fermentasi ampas sagu sama dengan prosedur fermentasi pada umumnya, dengan tahapan sebagai berikut:
1. Siapkan alat dan bahan, seperti: limbah sagu yang sudah dikeringkan terlebih dahulu, cairan dekomposer M21, gula pasir sebagai makanan dari zat pengurai, batang pisang, sarung tangan, wadah,air dll.
2. Siapkan bahan cair dengan mencampurkan air dan cairan dekomposer M21 sesuai takaran serta tambahkan gula lalu larutkan sesuai takaran. Cairan M21 sebanyak 100ml, air 5 liter,dan gula ¼ kg.
3. Siapkan terpal/wadah, lalu campurkan: limbah sagu, batang pisang (yang sudah dipotong-potong) dan bahan cair secara merata. Aduk semua bahan secara merata dan usahakan jangan ada yang menggumpal untuk mempercepat proses pembusukan/penguraian.
4. Setelah semua bahan tercampur sempurna, tutup rapat kompos dan letakkan di tempat sejuk yang terhindar dari sinar matahari.
5. Pantau setiap seminggu sekali untuk memastikan pupuk kompos berhasil atau tidak. Pupuk kompos matang pada hari ke 21-30.

Gambar 2 Foto pupuk organik
Waktu sosialisasi berlangsung selama kurang lebih 2 jam setiap minggunya dengan dihadiri oleh Kepala desa Resun, warga desa dan juga beberapa aparatur desa. Kegiatan juga berlangsung secara kondusif dan mendapat respon baik dari masyarakat setempat. Dari kegiatan ini diharapkan dapat menciptakan pupuk organik yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat setempat dan memiliki nilai ekonomi serta mengurangi pencemaran lingkungan sekitar. Harapannya dalam kegiatan ini pembuatan pupuk organik dari limbah sagu terus berlanjut hingga masa yang akan datang.

Gambar 3 Kegiatan Pelatihan dan Sosialisasi.

Tentang Penulis
Erni Ardita
D4 Penyuluhan pertanian berkelanjutan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

2023-09-11
Difference:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *