Omzet Menggoda dari Tanam Talas Safira

Omzet Menggoda dari Tanam Talas Safira
16 January 2017
2886

Pernahkah ada yang mendengar nama talas safira? Talas dengan rasa seperti buah salak ini dahulu banyak dikenal dengan nama keladi salak (Bali) ataupun talas jahe (Yogyakarta). Namun sejak dikembangbiakan secara kultur jaringan oleh Seameo Biotrop Bogor pada 2006, talas ini mendapat sebutan baru, yaitu talas safira.

Talas safira merupakan tanaman asal Jepang, di sana talas ini bernama satoimo. Satoimo pertama dibawa ke Indonesia ketika masa penjajahan (1942-1945) sebagai cadangan makanan warga di sana. Tetapi ketika masa perang usai, satoimo tidak lagi dibudidayakan di Indonesia karena tidak termasuk bahan makanan pokok utama.

Baru pada tahun 2003 budidaya dan pengembangan talas satoimo dimulai kembali dengan kerjasama antara KADIN (Kamar Dagang dan Industri Indonesia) dan Konsorsium Satoimo Indonesia-Jepang. Hal ini karena hasil panen di Jepang (250.000 ton/tahun) tidak mencukupi kebutuhan (380.000 ton/tahun). Tingginya konsumsi talas satoimo di Jepang yaitu karena kandungan karbohidratnya rendah tetapi kalsium dan kalorinya tinggi. Sehingga dapat dikonsumsi sebagai makanan penurun berat badan dan baik untuk penderita diabetes. Sedangkan panen yang rendah disebabkan penurunan lahan dan kondisi iklim yang tidak memungkinkan pertanian sepanjang tahun, sehingga dibutuhkan impor.

Kebutuhan tersebut menjadi kesempatan bagi petani Indonesia dimana lahan pertanian masih cukup luas dan iklim sesuai. Awalnya budidaya talas safira berada di Jawa Tengah dan Jawa Timur, tetapi sudah meluas hingga ke Aceh karena tingginya potensi keuntungan. Contohnya di Aceh Besar untuk setiap hektar lahan sekali panen (5 bulan) mencapai 30-35 ton talas, dengan harga ekspor Rp 4.000,-/kg petani mendapat omzet 120-140juta rupiah. Jika dipotong biaya persiapan dan pengelolaan sebesar 55juta rupiah, masih diperoleh keuntungan 65-85juta rupiah.

Ini baru untuk talas mentahnya saja. Jika talas safira diolah dahulu menjadi tepung maka harga jualnya sekitar Rp 30.000,-/kg untuk dalam negeri dan ¥300/kg (± Rp 58.000,-) untuk ekspor. Bagaimana, Sudah tertarik untuk mulai menanam talas safira?

Sumber :

http://peluangusaha.kontan.co.id/news/potensi-bisnis-talas-jepang-kian-terbuka-lebar
http://www.republika.co.id/berita/nasional/jawa-tengah-diy-nasional/14/04/07/n3nxqm-budi-daya-talas-asal-jepang-di-gunung-kidul http://sl.biotrop.org/index.php?option=com_content&view=article&id=121:talas-jepang-satoimo&catid=60:produk-kuljar&Itemid=108
http://www.tribunpangan.com/2016/10/talas-satoimo-bernilai-ekspor.html http://pengusahadahsyat.com/pengusaha-dengan-membuat-tepung-talas-detail-19048.html

About Author
Admin BW
Biodiversity Warriors

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Related
Article
No items found
2020-07-30
Difference:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *