#CORAL eps 1: MORFOLOGI, ANATOMI, DAN LAPISAN TUBUH POLIP

Flora, Fungi, Marine
#CORAL eps 1: MORFOLOGI, ANATOMI, DAN LAPISAN TUBUH POLIP
2 July 2024
1255
[wp_ulike button_type=”text” wrapper_class=”like-front”]
  • Morfologi Polip Karang dan Polip Anemon

1. Polip Karang

Polip pada karang umumnya berwarna putih kehijauan.  Menurut Buchheim (2002), polip karang menerima pewarnaan tubuhnya dari zooxanthellae yang hidup pada jaringannya walaupun sebenarnya polip karang juga mempunyai pigmen sendiri yang transparan. Polip pada karang yang diamati hidup membentuk koloni dan terhubung satu sama dengan yang lain menjadi kelompok besar. Menurut Margono (2009), individu polip mempunyai beragam bentuk yang kembar identik dan tersusun rapat membentuk formasi koloni. Bentuk tubuh polip karang yang diamati mirip dengan pernyataan Hamdani (2006) yang mana ditemukan tubuh polip karang berbentuk tabung silinder dengan ukuran yang bervariasi, dan pada bagian mulutnya (bagian silinder atas) dikelilingi oleh banyak tentakel. Polip karang memiliki rangka kapur, sebagaimana menurut Purnama (2021), polip karang dapat menghasilkan kristal kalsium karbonat sebagai penyusun rangka karang

2. Polip Anemon

Polip anemon mempunyai tubuh columnar dengan satu lubang membuka berupa mulut yang dikelilingi oleh tentakel. Pada bagian atas rongga tubuh ditemukan mulut. Mulut tersebut dikelilingi oleh tentakel yang menurut Rahmadina & Ananda (2018) dapat bergerak, mengeluarkan nematocyst yang berfungsi untuk melumpuhkan mangsanya, dan digunakan sebagai pertahanan bagi pemangsanya

Warna tubuh polip anemon yang diamati ialah gradasi coklat keabuan di bagian dorsalnya dan terlihat banyak pembuluh darah, sementara bagian ventralnya berwarna putih, dan tentakel yang berwarna hijau. Pada spesimen anemon tidak ditemukan adanya rangka kapur dan dari segi ukuran, spesimen anemon lebih besar  daripada spesimen polip karang. Menurut Ahmad (2015), anemon hidup soliter, tidak mempunyai percabangan, dan memiliki tentakel yang berisi udara (hollow tentacle).

Lipatan yang bundar diantara badan dan keping mulut membagi binatang ini ke dalam kapitulum di bagian atas dan scapus bagian bawah. Di antara lengkungan seperti leher (collar) dan dasar dari kapitulum terdapat "fossa". Hubungan antara keping kaki atau pangkal (pedal disc), dan badan disebut limbus. Dalam keadaan berkontraksi, bagian tepi otot "sphincter' yang terletak pada dasar dari kapitulum dapat berfungsi untuk membuka dan menutup keping mulut. Keping mulut bentuknya datar, melingkar, kadang-kadang mengkerut, dan dilengkapi dengan tentakel. Lubang mulut terletak pada daerah yang lunak yang disebut peristome (Hadi & Sumadiyo, 1992).

  • Anatomi Anemon, Polip, dan Karang

1. Anemon

Dunn (1981) dalam Hadi & Sumadiyo (1992) menyatakan bahwa anatomi tubuh anemon menjadi empat bagian, yaitu keping mulut (oral disk), badan (column), pangkal/dasar (base), dan tentakel – tentakel (tentacle). Dasar (base) tubuh berbentuk kaku, tidak beraturan tergantung pada lapisan (substrat) yang ditempatinya. Lebarnya kadangkala sedikit lebih kecil dari bagian badannya, tetapi garis tengah pada umumnya lebih kecil dari garis tengah lingkar mulut (Ri’fai, 2016). Bagian terbesar pada tubuh anemon laut adalah sebuah batang tubuh seperti tabung (column), di bawah aboral terdapat telapak kaki yang datar (pedal disk), di bagian oral agak melebar terdapat mulut yang dikelilingi tentakel bolong berjumlah enam helai sampai beberapa ratus helai dan tidak pernah ada yang hanya delapan helai (Suwignyo et al., 2005). Tentakel yang mengandung nematokis (sel penyengat), jumlahnya bervariasi dan umumnya menutupi oral disc, tersusun melingkar atau berderet radial. Anemon laut juga mempunyai septa yang berpasangan (Hadi & Sumadiyo, 1992).

2. Polip

Polip mempunyai sistem syaraf, jaringan otot dan reproduksi yang sederhana akan tetapi telah berkembang dan berfungsi secara baik. Jaringan syaraf yang sederhana ini tersebar baik di ektoderma maupun di endoderma serta mesoglea yang dikoordinasi oleh sel khusus yang disebut sel junction yang bertanggung jawab memberi respon baik mekanis maupun khemis terhadap adanya stimuli cahaya. Jaringan otot yang sederhana biasanya terdapat di antara jaringan mesoglea yang bertanggung jawab atas gerakan polip untuk mengembang atau mengkerut sebagai respon perintah jaringan syaraf. Sinyal dari jaringan ini tidak hanya di dalam satu polip tetapi juga diteruskan ke polip yang lain (Suharsono, 2008).

Dilihat dari atas, polip memiliki tentakel yang terletak pada sep cincin (lingkaran) di sekitaran mulutnya, bagian yang rata di sekitaran mulutnya disebut oral disk, dan bagian lateral terdapat rongga tubuh (coloumn wall). Terdapat dua lapisan tubuh yaitu ektodermis dan endodermis yang lebih umum disebut gastrodermis. Di antara kedua lapisan terdapat jaringan pengikat tipis yang disebut mesoglea (Kurniawan, 2014).

Sedangkan menurut Thamrin (2006), pembagian tubuh polip karang bila dilihat lebih rinci adalah sebagai berikut :

  1. Mulut (mouth) karang terletak di tengah-tengah oral disc di bagian atas setiap polip, yang dikelilingi oleh tentakel.
  2. Oral-disc dan peristome. Oral-disc merupakan bagian yang mendatar disekitar mulut. Sementara peristome adalah bagian tepi oral-disc pada sisi mulut karang.
  3. Coenosarc hanya dijumpai pada karang yang hidup dalam bentuk koloni, yang merupakan jaringan tisu yang menghubungkan polip dengan polip lain dan memproduksi skeleton yang berada di bawah jaringannya.
  4. Stomadaeum atau oral tube yang juga disebut kerongkongan atau pharynx, merupakan saluran pendek yang menghubungkan mulut dengan rongga perut (rongga tubuh) atau coelenteron.
  5. Tentakel tumbuh memanjang dari bagian oral disc sebagai perpanjangan dari mesentery di bagian dalam tubuh polip. Berjumlah satu atau dua lingkaran yang mengelilingi mulut pada bagian oral disc.
  6. Lapisan calicobast. Merupakan lapisan yang terdapat di bawah edge zone atau di bawah coenosarc, dan di bawahnya ditemukan skeleton yang disebut costae (costa dalam bentuk tunggal).
  7. Mesentery merupakan lempengan jaringan tisu karang yang berdiri tegak yang bersentuhan dengan oral disc bagian dalam dan dinding column (column wall).

3. Karang

Secara anatomi, karang terdiri atas susunan kerangka kapur yang di dihasilkan oleh organisme pendukungnya, yaitu polip. Karang mampu berdiri tegak dengan seluruh jaringannya karena polip didukung oleh kerangka kapur yang diendapkan sebagai penyangga berbentuk lempengan berdiri yang disebut septa (Margono, 2009).

  • Lapisan Tubuh Polip

Polip karang terdiri dari dua lapisan sel yang sangat sederhana yaitu ektodermis (kadang disebut juga epidermis) dan lapisan endodermis (kadang disebut juga gastrodermis), dan kedua lapisan ini dipisahkan oleh lapisan jaringan penghubung yang tipis disebut mesoglea. Ektodermis merupakan lapisan jaringan terluar yang terdiri dari berbagai jenis sel antara lain sel mucus, sebagai alat produksi mucus yang membantu menangkap makanan dan untuk membersihkan diri dari sedimen yang melekat dan sel nematokis sebagai alat penangkap makanan dan mempertahankan diri (Margono, 2009).

Sedangkan lapisan endodermis, merupakan jaringan terdalam pada polip karang tempat hidup ribuan alga mikroskopik yang disebut zooxanthellae yang secara alami hidup bersimbiosis dengan hewan karang. Sebagian besar polip karang menerima pewarnaan tubuhnya dari zooxanthellae yang hidup pada jaringannya walaupun sebenarnya polip karang juga mempunyai pigmen sendiri yang transparan. Warna terumbu karang yang tampak oleh mata sebagian besar merupakan warna dari zooxanthellae (Margono, 2009).

Seluruh permukaan jaringan polip karang juga dilengkapi dengan cilia dan flagela. Kedua sel ini berkembang dengan baik di tentakel dan di dalam sel mesenteri. Jaringan mesenterial filamen berfungsi sebagai alat pencernaan yang sebagian besar selnya berisi sel mucus yang berisi enzim untuk mencerna makanan. Lapisan luar dari jaringan mesenteri filamen dilengkapi sel cilia yang halus (Suharsono, 2008).

Dinding tubuh polip terbentuk oleh lima penyusun yang berbeda dengan setiap familia atau genera dalam lingkaran takson karang. Lima penyusun tersebut ialah (Veron, 2000):

  1. Septocostae (berupa dinding dalam yang tebal)
  2. Coenosteum (lapisan penyusun struktur seperti spons)
  3. Synapticulae (berupa batang horizontal yang membentuk kisi antara septi-costae)
  4. Steroid (berupa lapisan tidak berpori)
  5. Epitheca (berupa lapisan bagian luar yang tipis dan tidak berpori)

 

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, A. 2013. Sebaran Dan Keanekaragaman Ikan Target Pada Kondisi dan Topografi Terumbu Karang di Pulau Samatellulompo Kabupaten Pangkep. Tesis. Universitas Hasanuddin. Makassar.

Buchheim, J. 2002. Coral Reef Bleaching. [Online]. Available at:  http://www.marinebiology.org/coralbleaching.htm Diakses pada 19 September 2022.

Dewi, C. S. U., & Harsindhi, C. J. 2018. Karang Dan Ikan Terumbu Pulau Bawean. Malang: Universitas Brawijaya Press.

Hadi, N., & Sumadiyo. 1992. Anemon Laut (Coelenterata, Actiniaria), Manfaat dan Bahayanya. Oceana Journal. 17 (4): 167 – 175.

Kurniawan, D. 2014. Kajian Laju Pertumbuhan Tahunan Dan Distribusi Karang Goniopora stokesi (Milne Edwards And Haime, 1851) Di Perairan Pulau Laelae Dan Pulau Barranglompo. Tesis. Universitas Hasanuddin. Makassar.

Lubis, M. Z., Harahap, M. S., Rangkuti, A., Hervina, R., & Lubis, F. R. 2013. Pengaruh Anemon (Heteractis magnifica) Terhadap Vitalitas Ikan Badut (Amphiprion oscellaris) Untuk Meminimalisasi Penggunaan Karang Hidup Dalam Usaha Budidaya Ikan Badut (Amphiprion oscellaris). PKM- Penelitian. IPB University. Bogor.

Manuputty, A. E. W. 2002. Karang Lunak (Soft Coral) Perairan Indonesia. LIPI. Pusat Penelitian Oseanografi. Jakarta.

Rahmadina, R., & Ananda, D. 2018. Inventarisasi Hewan Invertebrata Pada Filum Coelenterata di Pantai Pondok Permai Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara. Jurnal Ilmu Biologi dan Terapan.  2 (2).

Rifa'i, M. A. 2016. Dinamika Simbion Alga Zooxanthellae Anemon Laut Hasil Teknologi Reproduksi Aseksual. Banjarmasin: Lambung Mangkurat University Press.

Sandy, R. E. 2000. Penempelan Fragmen Buatan Sinularia sp. Pada Substrat Pecahan Karang. Tesis. IPB University. Bogor.

Setyawan, E. 2008. Perkembangan Gamet Karang Lunak Sinularia dura  Hasil Tangkapan di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, Jakarta. Skripsi. IPB University. Bogor.

Suharsono. 1996. Petumbuhan Karang. Oseano Journal. 9 (2). Puslitbang Oseanologi-LIPI Jakarta.

Suwignyo, S., Widigdo, B., Wardiatno, Y., & Krisanti, M. 2005. Avertebrata Air Jilid 1. Jakarta : Penebar Swadaya.

Thamrin. 2006. Karang: Biologi Reproduksi dan Ekologi. Minamandiri Pres. Pekanbaru.

Veron, J. E. N. 2000. Corals of The World. Australian Institute of Marine Science. Australia.

Zurba, N. 2019. Pengenalan Terumbu Karang, Sebagai Pondasi Utama Laut Kita. Aceh: Unimal Press.

Hamdani. 2006. Analysis of effect sedimentation to hard coral community (Scleractinia) in Tanjung PEmancingan Waters, Kotabaru, South Kalimantan. Tesis. IPB University. Bogor.

Purnama, M. F. 2021. Buku Ajar Avertebrata Air. Yayasan Pendidikan Cendekia Muslim. Solok.

anemon, coral, karang, kelautan, polip
About Author
aymanisa

Leave a Reply

2024-11-28
Difference:

Leave a Reply