Mewarnai Batik dari Bahan Alami Bakau

Mewarnai Batik dari Bahan Alami Bakau
28 September 2016
1625

Hidup ini akan membosankan bila tanpa warna, bayangkan jika hanya ada hitam dan putih. Tapi alam telah memberikan warna-warninya untuk mempercantik bumi. Warna merah dari bunga, kuning dari buah, hingga warna-warni alami lainnya yang dapat kita manfaatkan. Tidak terkecuali dengan bakau yang dikenal sebagai tumbuhan pencegah abrasi dan rumah bagi berbagai fauna.

Biodiverity Warriors Journey 2016 di Brebes juga belajar cara memanfaatkan bakau sebagai pewarna alami. Para warriors mempelajari proses serasah bakau yang tadinya jadi sampah yang berserakan diolah menjadi pemoles batik yang apik.

Bakau telah menjadi elemen yang membuat batik menjadi lebih indah dipandang mata. Bahan pewarna alami dapat kita peroleh dari bakau untuk mewarnai kain batik. Warna yang dihasilkan oleh bakau sangat unik, setiap bagian/organ bakau dapat dimanfaatkan menjadi pewarna alami yang bervariasi.

Kelembutan kain batik yang diwarnai dengan pewarna alami juga lebih nyaman, dibandingkan dengan kain yang menggunakan pewarna sintetik yang lebih kaku. Keunggulan pewarna alami dari bakau juga lebih ramah lingkungan karena terbuat dari bahan alami, serta lebih murah karena bisa memanfaatkan limbah/sapah organik dari bakau.

Namun sayangnya belum banyak yang dapat memanfaatkan bakau sebagai pewarna alami dengan optimal dan berkelanjutan. Padahal Indonesia memiliki sekitar 3 juta hektare hutan bakau, atau dengan kata lain jumlah ini mewakili 23% dari keseluruhan ekosistem bakau dunia.

Hutan bakau kadang masih terancam oleh deforestasi, dalam tiga dekade terakhir, Indonesia kehilangan 40% hutan bakaunya. Konversi hutan bakau menjadi tambak udang dan tambak garam adalah salah satu penyebab hilangnya hutan bakau Indonesia. Wajar saja demikian karena pada 2013, pemasukan dari ekspor udang Indonesia mencapai 1,5 miliar dolar AS. Hampir 40% total pemasukan sektor perikanan Indonesia. Tapi bagaimanapun juga pemanfaatan dan pelestarian keanekaragaman hayati lebih baik jika dilakukan secara bijak dan berkelanjutan bukan?

 

Referensi:

http://blog.cifor.org/31191/mangrove-indonesia-berkas-fakta-kekayaan-nasional-dalam-ancaman?fnl=id
http://theconversation.com/indonesias-vast-mangroves-are-a-treasure-worth-saving-39367
FAO. (2007). The world’s mangroves 1980-2005. Rome: Food and Agriculture Organization of the United Nations.
http://bangka.tribunnews.com/2016/08/16/jaga-hutan-mangrove-pewarna-alami-bakal-jadi-andalan-bangka-selatan

Tentang Penulis
Admin BW
Biodiversity Warriors

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel
Terkait
Tidak ada artikel yang ditemukan
2020-07-30
Difference:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *