Sebagai negara kepulauan Indonesia memiliki garis pantai terpanjang kedua di dunia. Potensi di ekosistem pesisir tentu sangat melimpah termasuk di ekosistem mangrove.
Banyak potensi keanekaragaman hayati ekosistem mangrove yang bisa dioptimalkan manfaatnya. Seperti yang dilakukan oleh para Biodiversity Warriors (BW) dari Universitas Sumatera Utara ini.
Abednego Togatorop, Eral Gurning, dan David Pasaribu, ketiga orang ini melakukan pelestarian dan pemanfaatan ekosistem mangrove di Bedagai Serdang, Sumatera Utara. Mereka adalah tiga orang mahasiswa fakultas kehutanan yang memenangkan Small Grant Project dari BW, Yayasan KEHATI.
Baca juga:
Menangkan 10 Juta dari SGP 2016 dan Wujudkan Ide Inovasi Mu
Salah satu tumbuhan yang dimanfaatkan adalah jeruju. Jeruju merupakan tumbuhan merambat yang dapat tumbuh hingga 2 meter. Jeruju bisa ditemukan di tanah lunak yang berlumpur di sepanjang bantaran sungai. Umumnya jeruju juga bisa ditemukan di vegetasi mangrove bekas tebang.
Setelah berbagai observasi, analisis vegetasi di hutan mangrove, TIM BW Sumatera Utara menentukan bahwa jenis jeruju yang akan diolah adalah jenis Acanthus ilicifolius. Daun jeruju (Acanthus ilicifolius) akan diolah menjadi pangan lokal berupa kerupuk Jeruju.
Program ini bertujuan mengangkat manfaat lain dari keanekaragaman hayati ekosistem mangrove. Bukan hanya sebagai fungsi ekologis tetapi juga sebagai fungsi ekonomis. Namun program ini bukan menjadi kegiatan pemanfaatan yang berlebihan tetapi tetap memegang prinsip pelestarian.
Setelah memetik daun jeruju kedua orang wanita dari desa setempat ini ikut berfoto bersama dua orang Biodiversity Warriors.
Oleh: Abednego Togatoro
Editor: FS
Tinggalkan Balasan
Terkait