Keren! Bambu Solusi Degradasi Lahan dan Kekeringan di Indonesia

Kelautan
Keren! Bambu Solusi Degradasi Lahan dan Kekeringan di Indonesia
21 Juni 2019
1469

Penggemar sepakbola pasti pernah mendengar istilah degradasi. Yaitu dimana suatu klub turun kasta ke liga yang lebih rendah. Tak dibayangkan bagaimana sedihnya seorang penggemar sepakbola jika klub yang didukungnya mengalami degradasi. Hanya bermain di liga yang lebih rendah dan tidak ditayangkan di prime time tentu menjadi pukulan tersendiri.

Bukan hanya klub sepakbola, tanah atau lahan yang kita pijak juga bisa mengalami degradasi alias penurunan kualitas. Beberapa penyebab utama degradasi lahan yaitu pencemaran tanah, pengambilan air tanah secara berlebihan, penebangan hutan, dan lain-lain. Diperkirakan hingga 40% lahan pertanian yang ada di dunia saat ini telah terdegradasi, dan merupakan faktor utama penyebab migrasi manusia besar-besaran di Afrika dan Asia.

Di Indonesia, degradasi lahan berdampak pada ketersediaan air bersih. Berdasarkan laporan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) tahun 2015, secara total kuantitas air seluruh pulau di Indonesia terjadi surplus sebesar 449.045 juta meter kubik. Namun, untuk Jawa dan Bali terjadi defisit sebesar 105 milyar meter kubik dan Nusa Tenggara defisit sebesar 2,3 miliar meter kubik (sumber cnn Indonesia). Sebagai mahluk hidup yang sudah lama hidup di bumi, sepanjang usia kita terus mengonsumsi air karena tidak mungkin satu hari kita lewati tanpa air. Pertanyaannya adalah, seberapa lama kita bisa terus menikmati air bersih? Ditambah lagi ulah kita yang suka mencemari sumber air dengan kotoran dan sampah yang kita buang. Yang pasti, semakin lama kita menikmati air, semakin ketersediaan air akan terus menurun.

image by: Ahmad Baihaqi

Salah satu cara untuk terus menjaga kualitas tanah dan ketersediaan air, yaitu dengan menanam bambu, tumbuhan yang memiliki daya serap tinggi. Satu rumpun bambu bisa menyerap sebanyak 5 ribu liter air. Selain itu, bambu dapat menyimpan air tanah 240 persen lebih besar dibandingkan pohon pinus (Kusuma 2017). Ketika hujan, bambu mampu menyerap 90 persen air. Bayangkan jika pekarangan rumah kita ditanami bambu, jumlah air yang menyerap ke tanah dan terserap ke sumber air akan berkelimpahan.

Indonesia sendiri merupakan rumah bagi 160 spesies bambu dari 1.200 – 1.400 spesies yang ada di dunia, dimana 88 di antaranya adalah spesies khas atau endemik yang tersebar di seluruh pelosok Indonesia. . Dengan sifat rumput-rumputan yang dimilikinya, penanaman dan pertumbuhan bambu relatif mudah. Kelebihan ini sangat membantu usaha konservasi pada lahan kritis dan di daerah aliran sungai, sehingga fungsi ekologis yang sebelumnya sudah rusak dapat diperbaiki kembali dalam waktu singkat.

Selain mengikat air, bambu mempunyai fungsi lain yang sangat signifikan. Tanaman bambu yang rapat dapat mengikat tanah pada daerah-daerah lereng, sehingga mampu mengurangi erosi, sedimentasi, dan longsor. Selain itu bambu juga mampu menyimpan karbon, menahan kebisingan serta mempunyai nilai ekonomis. Satu batang bambu mampu menampung cadangan untuk dua orang bernafas. Artinya, serumpun bambu mampu menampung oksigen untuk menampung 200 orang bernafas. Selain itu bambu juga dapat menyuburkan tanah dan menahan tebing (sumber: brilio.net)

Oleh karena itu, sudah sepatutnya kita menjaga bumi pertiwi ini terhindar dari terdegradasi lahan dan kekeringan. Mari Menanam Bambu Selamat Hari Penanggulangan Degradasi Lahan dan Kekeringan 2019…

Salam lestari!     

Tentang Penulis
syarif muhammad
STP SAHID

Tinggalkan Balasan

2019-09-10
Difference:

Tinggalkan Balasan