Keanekaragaman Makrofungi di Lereng Selatan Hutan Adat Wonosadi

Fungi
Keanekaragaman Makrofungi di Lereng Selatan Hutan Adat Wonosadi
14 Januari 2017
1896

[Artikel ini ditulis oleh Nurul Endah, akun penulis di laman Biodiversity Warriors HANYA digunakan sebagai media publikasi]

Mahasiswa jurusan Pendidikan Biologi 2013 kelas I yang terdiri dari Desi Nugraheni, Artika Anindyani N.S, Ayu Natasya F.R dan Nurul Endah R melaksanakan studi ekskursi di Hutan Adat Wonosadi, Gunung Kidul pada tanggal 2 hingga 3 Desember 2016. Hutan adat Wonosadi merupakan hutan adat yang memiliki luas 25 ha. Tanah ini berstatus sebagai tanah Oro-oro dan didukung oleh hutan penyangga. Akses jalur pendakian di hutan adat Wonosadi dapat dikatakan mudah karena pada 100 meter dari pintu masuk telah dibuat tangga pendakian. Selanjutnya, jalur pendakian berupa jalan setapak. Di Hutan adat Wonosadi terdapat berbagai macam objek biologi mulai dari makrofungi, tumbuhan paku, antophyta, kupu-kupu hingga burung. Namun, fokus dari pengamatan adalah makrofungi. Makrongi dianggap menarik karena mempertimbangkan sifat hutan adat Wonosadi sebagai hutan hujan tropis dan makrofungi di hutan adat Wonosadi masih belum diteliti. Tujuan dari kegiatan yang dilakukan yaitu untuk mengetahui distribusi makrofungi di jalur pendakian hutan adat Wonosadi.

Metode yang digunakan yaitu dengna mengikuti jalur pendakian dan mencatat makrofungi yang ditemukan atau biasa disebut dengan metode strip sensus. Data yang dicatat berupa indeks kepadatan. Makrofungi yang ditemukan dicatat ciri morfologinya mulai dari bentuk dan warna tudung (pileus), tangkai (stipe), permukaan bawah tudung, cawan, cincin, serta habitat makrofungi tersebut hidup. Faktor abiotik tempat jamur tersebut ditemukan juga diukur. Lokasi survei dibatasi dari ketinggian 215 mdpl hingga 325 mdpl serta area 20 meter kearah kiri dan kanan jalur pendakian.

Terdapat 12 jenis makrofungi yang ditemukan di jalur pendakian hutan adat Wonosadi. Semuanya berasal dari divisi Basidiomicota dan dari kelas Agarycomycetes. Hasil identifikasi menunjukkan 12 makrofungi berasal dari 5 genus yang berbeda yaitu dari genus Pluteus, Scleroderma, Marasmius, Lepiota, dan Ganoderma sementara 4 sampel belum berhasil diidentifikasi. Dari genus yang berhasil diidentifikasi, Ganoderma memiliki indeks kepadatan yang paling tinggi yaitu 0.0104 individu/m2. Ganoderma yang ditemukan hidup berkelompok pada batang kayu yang telah lapuk mati dan memiliki bentuk seperti lempengan dengan permukaan buah mengkilap dan keras. Makrofungi dengan indeks kepadatan paling rendah adalah genus Scleroderma dan Lepiota. Keduanya memiliki indeks kepadatan 0.0002 individu/m2. Scleroderma yang ditemukan memiliki bentuk unik yaitu berbentuk bulat yang menjadi ciri dari ordo Boletales. Genus Lepiota yang ditemukan memiliki tudung (pileus) berbentuk konus dan memiliki cincin pada stipe (tangkai). Secara umum, makrofungi di hutan adat Wonosadi memiliki pola distribusi yang seragam mengelompok karena memiliki indeks dispersi lebih dari 1. (Nurul).

Tentang Penulis
Rahmadiyono Widodo
Yogyakarta

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

2022-01-17
Difference:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *