ISTILAH DALAM EKOTOKSIKOLOGI KELAUTAN DAN PERIKANAN

Aktivitas, Kelautan
ISTILAH DALAM EKOTOKSIKOLOGI KELAUTAN DAN PERIKANAN
3 May 2025
49
8

Interaksi antara proses lingkungan dan sifat fisiko - kimia pencemar menentukan penyebaran dan pengaruhnya terhadap makhluk hidup. Bioakumulasi diatur oleh sejumlah distribusi dan proses perubahan bentuk. Bioakumulasi sering diartikan sebagai akumulasi suatu bahan kimia dalam suatu makhluk hidup sampai suatu kepekatan yang lebih tinggi dari pada yang ada dalam suatu sumber dari luar. Hal ini berkaitan dengan salah satu sifat bahan kimia yang terpenting dalam situasi-situasi yang mencakup suatu pengaruh biologis atau pemakaian adalah seberapa jauh bahan kimia itu diserap atau terbioakumulasi. Setelah masuk kedalam air, logam dapat teradsorpsi pada permukaan padat (sedimen), tetap larut atau tersuspensi dalam air atau diambil oleh fauna. Hal yang sangat penting dari logam adalah terkait dengan kekayaan hayati, karena kecenderungan mereka untuk mengalami bioakumulasi.

Toksisitas logam-logam berat pada ikan yang melukai insang dan struktur jaringan luar lainnya, dapat menimbulkan kematian terhadap ikan. Unsur-unsur logam berat yang mempunyai pengaruh terhadap insang adalah tembaga. Adanya pencemaran logam berat dalam suatu perairan perlu mendapat perhatian yang serius dari berbagai pihak. Sebab dengan adanya logam berat dalam perairan yang relatif kecilpun akan sangat mudah diserap dan terakumulasi secara biologis oleh tanaman atau hewan air dan akan terlibat dalam sistem jaring makanan. Kandungan logam berat dalam biota air biasanya akan bertambah dari waktu ke waktu karena bersifat bioakumulatif, sehingga biota air dapat digunakan sebagai indikator pencemaran logam dalam perairan.

Insang merupakan organ yang rentan terhadap pengaruh zat kimia dan menjadi organ sasaran dari efek racun zat kimia atau toksikan. Jaringan insang siap mengakumulasikan toksikan. Insang pada ikan berperan pada proses respirasi, keseimbangan asam basa, regulasi ionik, dan osmotik. Hal ini disebabkan karena adanya jaringan epithelium branchial yang menjadi tempat berlangsungnya transport aktif antara organisme dan lingkungan. Insang merupakan organ pertama tempat penyaringan air yang masuk ke dalam tubuh ikan. Oleh karena itu, apabila air tersebut mengandung toksikan yang akan memberikan dampak pada jaringan insang tersebut. Sifat toksikan mempengaruhi organisme air dapat menyebabkan kerusakan jaringan organisme terutama pada organ yang peka, seperti insang dan usus. Kemudian, ke jaringan bagian dalam, yaitu hati dan ginjal.

A. UJI TOKSISITAS

Uji toksisitas merupakan uji hayati yang berguna untuk menentukan tingkat toksisitas dari suatu zat atau bahan pencemar dan digunakan juga untuk pemantauan rutin suatu limbah. Konsentrasi bahan pencemar merupakan faktor penting yang mempengaruhi toksisitas. Bahan pencemar dengan toksisitas tinggi tidak akan terlalu memberi dampak terhadap organisme, apabila masih dalam konsentrasi sangat rendah. Sebaliknya bahan pencemar dengan toksisitas rendah, akan berpengaruh buruk apabila dipaparkan dengan konsentrasi tinggi. Faktor penting lain yang mempengaruhi toksisitas adalah lamanya pemaparan (durasi) bahan kimia terhadap organisme. Pemaparan yang lebih lama akan memberi dampak kronis yang lebih buruk terhadap organsime perairan.

Toksisitas merupakan istilah relatif yang biasa dipergunakan dalam memperbandingkan satu zat kimia dengan lainnya. Artinya bahwa toksisitas biasa untuk mengatakan bahwa satu zat kimia lebih toksik daripada zat kimia lain. Perbandingan sangat kurang informatif, kecuali jika pernyataan tersebut melibatkan informasi tentang mekanisme biologi yang sedang dipermasalahkan dan juga dalam kondisi bagaimana zat kimia tersebut berbahaya. Oleh sebab itu, pendekatan toksikologi seharusnya dari sudut telaah tentang berbagai efek zat kimia atas berbagai sistem biologi, dengan penekanan pada mekanisme efek berbahaya zat kimia itu dan berbagai kondisi di mana efek berbahaya itu terjadi.

Toksisitas juga dapat dinyatakan berdasarkan waktu hingga timbulnya gejala keracunan (onset), yaitu:

  1. Toksisitas akut, jika efek timbul segera atau paparan durasi pendek dalam hitungan jam sampai hari setelah terpapar bahan toksik. Efek akut dapat reversibel atau tidak dapat dipulihkan.
  2. Toksisitas sub akut, jika gejala keracunan timbul dalam jangka waktu setelah sedang (minggu sampai bulan) setelah terpapar bahan toksik dalam dosis tunggal.
  3. Toksisitas kronis, jika akibat keracunan baru timbul setelah terpapar bahan toksik secara berulang - ulang dalam jangka waktu yang panjang (dalam hitungan tahun) atau bahkan dekade. Efek kronis terjadi setelah terpapar dalam waktu lama (bulan, tahun, dekade) dan bertahan setelah paparan telah berhenti.

B. Lethal Concentration 50 (LC50)

Nilai LC50 suatu biota dipengaruhi oleh jenis dan ukurannya serta bahan toksikan yang digunakan. Uji toksisitas bertujuan untuk menentukan besaran konsentrasi minimal suatu toksikan yang dapat menyebabkan terjadinya kematian (toksisitas akut) maupun kerusakan jaringan dan organ suatu biota (toksisitas kronis). Nilai LC50 suatu biota dipengaruhi oleh jenis dan ukurannya serta bahan toksikan yang digunakan. LC50 yaitu konsentrasi senyawa kimia dalam lingkungan (air dan udara) yang menyebabkan kematian 50% populasi hewan coba dalam jangka waktu tertentu. Dinyatakan dengan satuan mg/L (part per million=ppm).

Daya toksik logam berat terhadap or-ganisme perairan dapat diketahui dengan mengukur LC50 (lethal concentration), LC50 didefinisikan sebagai besarnya konsen-trasi logam berat dalam air yang dapat membunuh hewan percobaan sebanyak 50% dalam waktu tertentu. Biasanya waktu yang digunakan adalah 48 atau 96 jam. Semakin kecil nilai LC50, semakin besar sifat toksik logam beratnya. Nilai LC50 yang dilihat adalah nilai yang dapat mematikan ikan jam ke 96. Untuk pengolahan data hasil pengujian toksisitas, atau untuk menentukan nilai LC50 digunakan metode analisis probit.

Untuk mengetahui efek zat pencemar terhadap biota dalam suatu perairan, perlu dilakukan suatu uji toksisitas zat pencemar terhadap biota yang ada yaitu dalam bentuk Lethal Concentration (LC50). Jadi uji toksisitas digunakan untuk mengevaluasi besarnya konsentrasi toksikan dan durasi pemaparan yang dapat menimbulkan efek toksik pada jaringan biologis. Salah satu biota yang dapat digunakan untuk uji toksisitas adalah ikan, dengan syarat harus mempunyai kepekaan tinggi, memenuhi syarat umur, berat, dan panjang; serta sesuai dengan ikan yang hidup di perairan yang tercemar. Toksisitas letal dinyatakan dalam nilai median lethal consentration (LC50) yakni konsentrasi bahan uji yang dapat mematikan 50% ikan uji pada waktu pemaparan tertentu.

Perikanan, UTA, kelautan
Tentang Penulis
Nur Aimmatunnisa H. Mustamin
Ilmu Kelautan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

2025-05-03
Difference:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *