Matahari beranjak dari sarangnya memanggang separuh tubuh Muhammad [62] yang melaju menggunakan perahu keteknya menuju kandang kerbau yang berada di seberang sungai yang membelah antara Lebak Tapus dan Ulak Kuto. Di Lebak Tapus, desa Bangsal, Pampangan, Ogan Komering Ilir. Muhammad memelihara 68 ekor kerbau yang dimanfaatkan olahan susunya menjadi gulo puan.
Gulo puan merupakan olahan susu kerbau rawa [Bubalus Bubalis] kudapan khas Pampangan, Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan. Setiap pagi Muhammad memeras susu kerbau untuk diolah istrinya Henna [60] menjadi gulo puan. Masyarakat desa Bangsal memelihara kerbau bukan untuk dijual, tetapi untuk dimanfaatkan susunya, oleh karena itu ketergantungan masyarakat dengan kerbau rawa sangat lekat.
"Pengetahuan membuat gulo puan ini adalah tradisi turun temurun dari keluarga, dan saya meneruskannya." Ucap Henna sambil mengaduk susu kerbau yang sedang dipanaskan di kuali. Setiap harinya Henna mengolah 1-2 liter susu kerbau dari kandang produksi milik suaminya. Ketika musim penghujan, rawa yang tergenang menjadi tempat mencari makan dan berendam dari kerbau rawa. "Ketika musim penghujan produksi susu kerbau bisa mencapai 4-6 liter sehari." Lanjut HennaMasyarakat desa Bangsal dan desa Kuro memelihara kerbau rawa dengan cara tradisional, dengan melepaskan kerbau dari kandangnya pagi dan pulang sebelum langit gelap untuk mencari makan. Ketika memasuki musim kemarau dan rawa mengering, juga rumput yang kering membuat asupan makanan kerbau berkurang. Yang mepengaruhi produksi susu kerbau berkurang. Tetapi, musim kemarau yang disertai El-Nino ini membuat produksi susu kerbau menurun dua kali lipat dari biasanya.
Masyarakat desa Bangsal selain memelihara kerbau, juga sebagai petani dan mencari ikan. Sebagian lagi hanya mengandalkan kerbau untuk diproduksi susunya menjadi gulo puan. "Beberapa masyarakat yang menggantungkan terhadap produksi gulo puan, mengalami kesulitan ekonomi sehingga menjual kerbau untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan untuk anak sekolah." Lanjut Talha
Berkurangnya gulo puan saat ini membuat masyarakat yang memproduksi gulo puan di desa Bangsal dan Kuro, hanya menerima pesanan dari Pampangan dan Palembang. Yang biasanya pesanan datang dari luar daerah seperti Bangka, Jambi, Bogor dan Surabaya menjadi tertunda.
Sebelum kerbau keluar dari pintu kandang, Muhammad menumpuk kotoran kerbau di punggung kerbau, selain untuk membersihkan kandang, kotoran kerbau ini juga akan berjatuhan ketika kerbau menuju tempat mencari makan. Kotoran yang jatuh menjaga kelembapan tanah, ketika rawa surut tanah menjadi subur yang dapat dimanfaatkan untuk menanam padi.Sehingga peran kerbau rawa sangat penting dalam menjaga ekosistem rawa, dan mencegah berkembangnya perkebunan kelapa sawit. Selagi produksi gulo puan tetap lestari, lahan basah di desa Bangsal menjadi terjaga.Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.
Article