Elang Ular Bido

Satwa
Elang Ular Bido
13 Juli 2017
1387

Dibalik hidup ada kehidupan

“sebuah kajian belajar bersama anak-anak pakis sebagai upaya belajar mengenal keanekaragaman hayati lereng selatan hutan gunung slamet”  

Antara hidup dan kehidupan, didalamnya kita mengenal istilah ekosistem dan ekologi yang menyatu walau penuh dengan sekat-sekat pembatas yang sering kali kita tidak mengetahuinya, dan semoga bukan karena tidak mau tahu kemudian kita menjadi orang yang tidak tahu apa-apa.

Kita yang menjadi bagian yang tak terpisahkan dari keduanya (ekosistem dan ekologi) sebagai sebuah tatanan kehidupan antara mahluk hidup (manusia) dengan lingkungannya, dirasa harus memiliki kepekaan akan keberlanjutan hidup dan kehidupan yang lebih baik.

Memulai dengan belajar dari lingkungan terdekat kita, ada 3 hal yang harus kita pelajari sebagai bagian orang yang hidup dan tinggal dikawasan hutan (khususnya lereng selatan gunung slamet) dimana saya beserta masyarakat kampung lainnya tinggal.

Pertama, memahami ekosistem dengan berbagai keanekaragaman komunitas dan lingkungannya yang didalamnya seharusnya mampu menyatukan dan memiliki fungsi sebagai suatu satuan ekologi dalam kehidupan yang kita sebut (alam) beserta isinya.

Kedua, dalam ekosistem (alam) hutan gunung slamet kita bisa mendapati keanekaragaman tumbuhan dan hewan (flora,fauna) beserta habitatnya, istilah lain barangkali bisa disebut kearifan lokal (komunitas organik) yang memang ada seiring hutan itu terus tetap berfungsi sebagaimana mestinya.

Ketiga, dalam balutan ekosistem alam yang ada kita mengenal kondisi lingkungan dengan kekhasan kondisi khusus dimasing-masing wilayah, dimana kondisi khusus itu merupakan tempat komunitas suatu organisme hidup ataupun komponen organisme tidak hidup dari suatu lingkungan yang saling berinteraksi.

Pertanyaannya kemudian, bagaimana kondisi ekosistem hutan dimana kita tinggal? Masih baik-kah? Apakah kita menjadi bagian dari ekosistem yang ada? Seberapa jauh kita mampu mengenal dan memahami ekosistem hutan (alam) beserta habitatnya? atau jangan-jangan kita bagian dari orang yang tidak tahu bahkan tidak mau tahu terhadap kondisi ekosistem yang ada, dan yang terakhir apakah kita mau dan mampu menjadi suatu satuan ekologi didalamnya?.

Belajarlah menjawab pertanyaan yang memang sering kali kita terjebak untuk tidak mau mencari jawaban atas pertanyaan sendiri. Berikut jawaban dari saya yang memang tidak memiliki basis keilmuan yang linier dengan ekosistem dan ilmu ekologi yang ada, dan tulisan ini saya sajikan sebagai bagian dari proses saling meng-edukasi sebagai bagian dari ekosistem yang ada dengan menjadikan alam dan lingkungannya sebagai sumber belajar langsung.

Melihat ekosistem hutan lereng selatan gunung slamet sebagai proses edukasi, dirasa saat ini masyarakat harusnya sudah teredukasi dengan baik, menyoal bagaimana mengenal kearifan lokal hutan sebagai bagian yang tak terpisahkan, sehingga mampu memberi dampak pada kehidupan dengan tidak menghilangkan fungsinya (konservasi,ekologi,ekonomi), namun saat ini masyarakat terdekat hanya nunut urip dengan hanya menikmati dengan memanfaatkan sumber daya alam yang ada dan setahu saya tidak ada yang meng-eksploitasi secara besar-besaran untuk kepentingan pribadinya.

Sejauhmana masyarakat mengenal ekosistem yang ada, kondisi masyarakat kita lagi-lagi dengan latar belakang pendidikan yang rendah berdampak pada timbulnya masyarakat yang dirasa tidak tahu dan tidak mau tahu, ada juga yang sedikit tahu namun tidak mau peduli dan berbagi, dan parahnya lagi ada yang merasa paling tahu namun tidak tahu bahwa dirinya sebenarnya tidak tahu akan keanekaragaman ekosistem lingkungannya.

Memberikan pembelajaran memang baik tapi akan menjadi lebih baik kalau dibarengi dengan proses pengajaran, agar yang belum tersentuh dan perlu diedukasi akan secara alamiah mau peduli dan mampu saling berbagai. Berikut beberapa langkah strategis yang sedang dilakukan untuk keberlangsungan ekosistem tetap terjaga dan lestari selamanya :

1.Menemukenali persoalan dan potensi ekosistem yang ada sebagai bagian dari penguatan data atas progres yang akan dilakukan.

2.Menjadikan masyarakat sebagai subjek pembelajaran dan pengajaran untuk lebih mengenal ekosistem yang ada, baik terkait dampak negatif ataupun positifnya.

3.Melakukan proses pendataan ekosistem yang ada baik flora, fauna beserta habitatnya ataupun kearifan lokal hutan yang ada baik hidup maupun tidak hidup.

4.Bertemu dengan multipihak sebagai bagian dari membangun sinergitas untuk terciptanya ekosistem hutan tetap terjaga sebagai sumber kehidupan yang mampu termanfaatkan dengan bijak tanpa harus merusaknya.

Memulailah proses belajar sebagai bagian dari upaya saling meng-edukasi, karena akan menjadi sangat beragam persepsi ketika kita hanya mengandalkan satu sudut pandang saja, berbeda prinsip sudah sewajarnya, berbeda jalan sangat wajar karena yakinlah dalam memilih dan memilah jalan mana yang akan kita gunakan untuk sampai kepada tujuan kita.

Berikut hasil belajar identifikasi burung elang ular bido, dilingkungan hutan terdekat kami mencoba mengenal elang, dan tak pernah disangka, hasil pengamatan bersama anak-anak didik berhasil menemukenali 3 jenis elang yang kerap dijumpai di ketinggian diatas 700 Mdpl.

Dimulai dari melihat gaya terbang yang selalu memutar dibarengi dengan suara yang khas keliik…keliik…dan siap mengincar mangsa yang sudah diintainya seperti ular, ayam dan hewan kecil yang lain, itulah kekhasan si elang ular bido yang kita jumpai.

Ciri khas yang lain dari elang ular bido ada pada kulit bagian matanya yang berwarna kuning dan memiliki nama tenar yang lain, khususnya bagi para pecinta burung ini menyebutnya Crested Serpent Eagle (CSE), merupakan elang besar pemakan daging, sangat suka bertengger di dahan yang besar pohon pinus.

Dan tak kalah sempurnanya burung ini memiliki sisik yang keras pada kaki sebagai pelindung yang aman ketika digigit ular pun tidak mampu menembusnya.

salam pembelajar.                 

Tentang Penulis
kang Isrodin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

2017-07-29
Difference:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *