Bunga tanda cinta abadi, tren dikalangan pemuda pemudi

Flora
Bunga tanda cinta abadi, tren dikalangan pemuda pemudi
16 Maret 2015
2306

Bunga tanda cinta abadi, merupakan salah satu sebutan dari masyarakat untuk bunga Anaphalis javanica yang dikenal juga dengan sebutan Edelweis. Tanaman ini sering disebut sebagai bunga tanda cinta abadi dari seseorang pada pasangannya, karena kekhasan bunga ini yang tidak akan berubah bentuknya (awet) meski sudah kering serta perjuangan untuk mendapatkannya yang harus mendaki gunung terlebih dahulu. Akan tetapi, karena pola pikir yang seperti itu, banyak sekali orang yang tidak bertanggung jawab mengambil bunga ini dengan seenaknya. Pernahkah terpikirkan apabila kita mengambil bunga tersebut  dari alam akan mengganggu peranan ekologisnya?

Foto: Bunga edelweis (Anaphalis javanica). TEMPO/Abdi Purmono

Edelweis (Anaphalis javanica (Bl.) Boerl.) merupakan salah satu bunga yang masuk dalam kelompok Asteraceae yang dapat dijumpai di ketinggian 1600-3600 mdpl (Van leeuwen 1933 dan Van Steenis 1978). Perawakan tanaman ini berupa semak bercabang dengan tinggi mencapai 4 meter.  Dalam keadaan segar daun edelweis berwarna hijau abu-abu muda dengan bulu-bulu putih seperti wol (Van Steenis, 1978). 

Tanaman ini tumbuh secara berkelompok di lahan yang tidak terlalu subur, tumbuh di lereng bukit atau daerah yang topografinya datar (Van Steenis, 1933) seperti di Alun-Alun Suryakencana TNGGP. Menurut Van Leeuwen (1933) Edelweis dapat dijumpai di beberapa gunung di Indonesia, diantaranya: G. Sumbing, G. Merbabu, G. Gede-Pangrango, G. Ciremai, G. Lawu, G. Kawi, G. Arjuno, G. Lokon, G. Kerinci dan G. Singgalang.

Edelweis memiliki manfaat ekologi yang cukup penting di alam, peranan ekologis tanaman ini diantaranya: bunga Edelweis merupakan sumber makanan bagi serangga-serangga tertentu, menurut Van Leeuwen terdapat 300 jenis seranga yang berasal dari Ordo Hemiptera, Thysanoptera, Lepidoptera, Diptera dan Hymenoptera yang ditemui pada bunga Edelweis; kulit batangnya dapat menjadi tempat hidup beberapa jenis lumut dan lichen; ranting-ranting edelweis dapat mengundang burung murai untuk membuat sarang, demikian pula dengan akarnya yang dapat bersimbiosis dengan beberapa cendawan membentuk mikoriza.

Begitu banyak peranan ekologis Edelweis di alam, semoga kita dapat terus menjaga bunga ini dengan tidak memetiknya secara ilegal (tidak hanya untuk mengikuti tren saja).

Sumber: Aliadi, Arif, Ervizal A.M Zuhud, Edje Dj Amhuri. 1990. Kemungkinan penangkaran Edelweis (Anaphalis javanica (Bl.) Boerl.) dengan Steak Batang. Media Konservasi Vol III (1): 37-45 http://www.tempo.co/read/news/2014/10/02/058611282/Edelweis-di-Ranupane-Mati-Diterjang-Embun-Upas http://green.kompasiana.com/penghijauan/2011/12/07/belajar-dari-edelweis-tentang-keabadian-ketulusan-dan-pengorbanan-416704.html

Tentang Penulis
Putri Diana

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

2016-02-04
Difference:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *