Belajar bersama An-Nahl (Minggu 4)

Aktivitas, Satwa
Belajar bersama An-Nahl (Minggu 4)
1 Februari 2021
1050

Tahun 2021 sudah datang, namun pandemi masih belum berakhir. Para siswa masih dirumahkan, tetapi masih belum bisa bertatap muka. Walau demikian, Biodiversity Warriors KEHATI bersama sekolah An Nahl mengadakan kegiatan "Edukasi Konservasi". Kegiatan ini dilakukan disekitar kawasan An Nahl untuk mengenal, "Keanekaragaman hayati apa saja ya yang ada di sekitar?". Tak luput, kami terapkan protokol kesehatan dan membatasi jumlah pengamat yang ikut berkegiatan.

 

Hari Sabtu, 30 Januari 202, merupakan minggu ke empat kami melakukan "Edukasi Konservasi". Biodiversity Warriors KEHATI menyampaikan beberapa hal terkait identifikasi burung dan kupu-kupu. Selanjutnya langsung berkegiatan mendata herpetofauna, burung, capung, dan kupu-kupu yang kami temukan. Metode ini biasa dikenal oleh kalangan biologi sebagai metode VES (Visual Encountered Survey). Sebelum pengamatan, kami menyiapkan beberapa peralatan yang akan dibawa seperti tabulasi data, binokuler, kamera, dan tak lupa buku identifikasi.

 

Kami memulai pengamatan diiringi dengan hujan yang sebentar-sebentar turun dan sebentar-sebentar berhenti. Meski hujan datangnya tak menentu, hal tersebut tak melunturkan semangat kami untuk mengamati pagi hari ini. Walaupun jalur yang kami lalui mulai berlumpur, sebab kami melintasi area rumah warga disekitaran sekolah An Nahl. Ternyata di sana masih ada sawah dan pemancingan yang merupakan salah satu habitat bagi beberapa satwa tertentu.

 

Berikut ini beberapa dokumentasi saat kami berkegiatan:

 

 

Berdasarkan pengamatan tersebut, kami menemukan kurang lebih 3 herpetofauna, 10 jenis burung, 6 jenis capung, dan 16 jenis kupu-kupu. Selain itu, kami juga berjumpa beberapa tumbuhan yang ditanam seperti timun, kemangi, dan bayam yang katanya biasa dibuat keripik.

 

Pada pengamatan kali ini ada hal menarik yang kami jumpai, yaitu melihat jaring burung dan sudah ada satu burung yang terjebak. Burung tersebut berjenis cabak kota (Caprimulgus affinis) yang merupakan kerabat burung hantu berukuran kurang lebih 21 cm. Disebut cabak kota karena merupakan jenis cabak yang paling sering didapati di perkotaan. Burung cabak yang kami temui berjenis kelamin jantan, karena bulu ekor paling luar berwarna putih khas. Selain itu, memiliki iris mata berwarna coklat, paruh berwarna hitam, dan kaki merah buram.

 

 

Burung tersebut sudah cukup jarang ditemui di alam. Hal ini terjadi karena banyaknya yang menangkap untuk diperjual-belikan. Sayangnya, pada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 106 Tahun 2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi, burung tersebut tidak termasuk ke dalamnya dan pada CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora) pun juga belum tercatat. Meski demikian, kami akan mencoba melakukan edukasi ke warga sekitar An Nahl agar semakin tahu pentingnya menjaga biodiversity disekitar dan tetap lestari di alamnya.

 

Ikuti terus perkembangan kegiatan kami. Sampai bertemu dicerita "Edukasi Konservasi" di sekolah An Nahl selanjutnya!

Tentang Penulis
Annisa Ramadani
Universitas Nasional

Tinggalkan Balasan

2021-07-06
Difference:

Tinggalkan Balasan