Anoa pegunungan

Animal
Anoa pegunungan
14 June 2015
1383

Sesuai dengan namanya, Anoa Pegunungan hidup di dataran tinggi. Ukuran tubuhnya lebih ramping dibanding dengan kerabatnya, Anoa Dataran Rendah. Panjang tubuh Anoa Pegunungan berkisar antara 122-153 cm, dengan tinggi tubuh sekitar 75 cm, berat tubuh sekitar 150 kg. Dibanding dengan kerabatnya, jenis ini memiliki bulu yang lebih lebat, ekor relatif lebih pendek (27 cm), dan tanduk yang lebih pendek (15-20 cm)

Bulu tubuh anoa Pegunungan berwarna cokelat gelap hingga hitam. Umumnya, bulu pada pejantan lebih gelap dibanding betina. Baik pada Anoa jantan maupun betina memiliki tanduk yang sudutnya mengarah ke belakang.

Anoa Pegunungan (Bubalus quarlesi) di alam liar mampu hidup hingga usia antara 20-25 tahun. Matang secara seksual (dewasa) saat berusia 2-3 tahun. Dalam satu masa kehamilan, anoa ini hanya melahirkan satu bayi. Masa kehamilannya sendiri berkisar 276-315 hari. Saat lahir, bayi anoa memiliki bulu berwarna cokelat keemasan atau kekuningan yang sesuai usia beranjak berubah menjadi lebih gelap. Anak anoa akan mengikuti induknya hingga berusia dewasa meskipun saat umur 9-10 bulan telah disapih. Sehingga tidak jarang satu induk terlihat bersama dengan 2 anak anoa yang berbeda usia.

Anoa pegunungan cenderung lebih aktif pada pagi hari, dan beristirahat saat tengah hari. Hidup secara soliter atau berpasangan. Makanan bintang ini adalah rumput, dedaunan, serta buahan-buahan dan beberapa jenis umbi-umbian.

Anoa Pegunungan merupakan hewan endemik Sulawesi dan Pulau Buton. Mendiami daerah pegunungan dengan ketinggian 1.000-2.300 meter dpl. Daerah sebarannya meliputi daerah perabatasan antara Gorontalo dan Sulawesi Tengah, Sulawesi Tengah bagian selatan, serta di Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Tenggara bagian utara. Di samping itu ditemukan juga di Pulau Buton bagian utara.

Populasi Anoa Pegunungan (Bubalus quarlesi) tidak diketahui secara pasti. IUCN Redlist memperkirakan populasinya berkisar pada 2.500 ekor anoa dewasa. Jumlah ini telah dan terus mengalami penurunan lebih dari 20% dalam dua generasi terakhir. Ancaman terbesar terhadap hewan khas Sulawesi ini adalah perburuan dan rusaknya habitat. Anoa Pegunungan diburu untuk diambil kulit, daging, dan tanduknya. Kerusakan habitat yang terjadi sebagai akibat deforestasi untuk pembukaan lahan pertanian dan pertambangan emas.
sumber :alamendah

About Author
Fadli Rahmadi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

2015-06-18
Difference:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *