Mengapa Hiu Berjalan Halmahera Harus Kita Lindungi?

Animal, Marine
Mengapa Hiu Berjalan Halmahera Harus Kita Lindungi?
28 November 2024
0
[wp_ulike button_type=”text” wrapper_class=”like-front”]

Hiu berjalan (walking shark) merupakan ikan subkelas Elasmobranchii yang termasuk ke dalam famili Hemiscyllidae. Spesies baru dari hiu berjalan adalah Hiu Berjalan Halmahera (Hemiscyllium halmahera) sekaligus salah satu hiu endemik dari Maluku Utara. Hiu ini pertama kali ditemukan dan dideskripsikan oleh Allen et al. (2013) yang didapat dari Pulau Bacan dan Pulau Ternate pada tahun 2008 dengan nama umum epaulette shark. Adanya hasil temuan dari spesies ini menjadikan hiu tersebut sebagai salah satu spesies yang dicari penyelam ketika melakukan wisata selam di perairan Halmahera (Akbar et al., 2019).

Gambar: Hiu Berjalan Halmahera tersangkut di jaring (Mu’min et al., 2021)

Berdasarkan literatur terdahulu oleh Jutan et al. (2018) menunjukkan bahwa eksploitasi berlebihan dan kematian alami dari populasi ikan Hiu Berjalan Halmahera (H. halmahera) disebabkan oleh aktivitas antropogenik berupa penangkapan tidak ramah lingkungan, penambangan, dan degradasi habitat. Kemampuan renang yang lambat, ukuran tubuh yang besar, dan proses reproduksi H. halmahera yang berada di daerah pesisir diduga menjadi salah satu faktor untuk distribusi yang terbatas sehingga memudahkan manusia untuk menangkap (Allen et al., 2016). Selain itu, H. halmahera juga sering tertangkap oleh jaring nelayan sebagai bycatch dan biasanya merusak jaring sehingga seringkali para nelayan membunuhnya (Widiarto et al., 2020).

Gambar: Status IUCN Hiu Berjalan (kiri); KepmenLH Tahun 2023 (kanan)

Penelitian H. halmahera yang menganalisis data biologi dan ekologi masih terbilang minim informasi, sehingga dikhawatirkan terjadi keterlambatan suatu pencegahan terhadap penurunan populasi. Spesies endemik seperti H. halmahera perlu mendapatkan perhatian dalam pelestarian dan pengelolaan. Pola sebarannya sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dari habitat (Mu’min et al., 2021). Status konservasi H. halmahera tergolong hampir terancam (near threatened) oleh IUCN (International Union for Conservation of Nature), hal ini mengindikasikan bahwa terdapat pemanfaatan dan degradasi lingkungan yang besar sehingga menyebabkan populasi spesies menurun (Syauqi et al., 2023). Pemerintah melakukan perlindungan penuh terhadap Hiu Berjalan (Hemiscyllium spp.) di Indonesia per tanggal 30 Januari 2023 melalui Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia No 30 Tahun 2023.

Gambar: Sebaran Keberadaan Hiu Berjalan Halmahera

Penelitian terhadap spesies endemik penting dilakukan untuk memberikan pengembangan basis data, penyebaran informasi berkaitan dengan spesies tersebut, dan strategi konservasi bagi keberlanjutan populasi (Muchlisin et al., 2020). IUCN (International Union for Conservation of Nature) menetapkan bahwa upaya konservasi perlu didukung dengan sejumlah informasi bioekologi terkait karakteristik spesies target yang berguna sebagai basis kebijakan konservasi Hiu Berjalan Halmahera (H. halmahera). Secara alami, H. halmahera terdistribusi di seluruh perairan laut Kepulauan Halmahera.

Gambar: Identifikasi totol sebagai pembeda antar individu (Allen et al., 2013).

Ciri khusus hiu berjalan Halmahera yaitu tubuhnya memiliki banyak bintik (totol) berwarna coklat tua dengan ukuran dan bentuk yang berbeda-bedasebagai penanda yang efektif untuk studi rekapitulasi tanda tangkap. Bintik tersebut terdapat di seluruh bagian tubuh, samping perut dan bagian atas badan menyebar hingga ekor dengan ukuran bintik yang besar. Sirip dan ekor memiliki corak bintik yang berukuran kecil. Selain itu, Hiu Berjalan Halmahera memiliki pungung yang datar dan kepala lebar dengan memiliki 3 garis di bagian belakang, memiliki dua sirip depan (cukup lebar), dua sirip belakang, dua sirip punggung, satu sirip ekor beruas, memiliki 2 hidung letaknya diatas mulut, bentuk mulut lebar dan bentuk gigi bergerigi (seperti sisir), dan memiliki dua ruas garis di punggung. Penentuan jenis kelamin dapat dilihat secara visual dengan melihat keberadaan organ kelamin sekunder berupa clasper yang terletak di sekitar anal hiu berjalan. Hiu berjalan jantan memiliki clasper yang berbentuk memanjang sebanyak satu pasang, sedangkan pada hiu berjalan betina tidak memiliki clasper (Wahab et al., 2022).

Keterbatasan data mengenai sebaran Hiu Berjalan Halmahera menjadi salah satu tantangan dalam menentukan bentuk pengelolaan yang lebih baik. Keberadaan hiu endemik ini menjadi penambah kekayaan keanekaragaman hayati Indonesia, sehingga harus dijaga kelestariannya dengan cara melakukan pendataan dan konservasi secara berkelanjutan. Oleh karena itu, data dan informasi terbaru sangat diperlukan. Informasi tersebut menggambarkan perlu adanya penelitian terkait struktur populasi dan genetika konservasi berdasarkan ukuran, jenis kelamin, kelimpahan makanan alami, dan karakteristik habitat pada setiap lokasi ditemukannya H. halmahera, terlebih data bioinformatik DNA dan eDNA untuk melacak asal usul (natural history) hiu berjalan Halmahera perlu dikaji lebih jauh lagi.

Distribusi H. halmahera pada habitat dengan ciri berbeda menunjukkan adanya kemampuan adaptasi lokal terhadap lingkungan secara morfologi. Modifikasi morfologi yang didukung oleh faktor genetik akan menyesuaikan karakteristik spesies di suatu habitat, hal ini bertujuan untuk mempertahankan keberlanjutan hidup populasi suatu spesies. Mekanisme pertahanan organisme sesuai dengan intensitas cekaman lingkungan yang dihadapi adalah dengan cara adaptasi. Adaptasi dipilih oleh organisme jika perubahan masih berada dalam jangkauannya (Hadie et al., 2017). Adaptasi suatu spesies juga dipengaruhi oleh faktor kondisi seperti ketersediaan makanan, kondisi perairan (oseanografi), habitat, kompetisi dan predator. Lingkungan normal memberikan keuntungan secara fisik karena rantai makanan tersedia secara temporal. Faktor kondisi suatu spesies juga memiliki ketergantungan terhadap musim, sehingga kemontokan ikan dapat berubah secara cepat dengan menyesuaikan fluktuasi perairan. Faktor kondisi ikan dapat berubah dengan penyesuaian terhadap kondisi biologi spesies dan lingkungan perairan, sehingga dapat dikatakan bahwa kondisi ikan tidak bersifat tetap (stabil) (Faradonbeh et al., 2015; Bidawi et al., 2017).

Dengan demikian, kesadaran akan pentingnya H. halmahera di ekosistem dan adanya upaya konservasi yang tepat terhadap spesies ini akan memberikan kontribusi yang signifikan dalam upaya lokal dan global untuk konservasi hiu endemik H. halmahera, melestarikan keanekaragaman hayati dan keberlanjutan ekosistem laut, serta mendukung kesejahteraan masyarakat pesisir yang bergantung pada sumber daya laut.

#konservasi, hemiscylium halmahera, hiu berjalan, walking shark
About Author
aymanisa

Leave a Reply

2024-11-28
Difference:

Leave a Reply