anjing hutan indonesia

Satwa
anjing hutan indonesia
15 Juni 2015
1941

Ajag (Cuon alpinus) mempunyai panjang tubuh sekitar 90 cm dengan tinggi badan sekitar 50 cm. Anjing hutan ini mempunyai berat badan antara 12-20 kg. Ajag memiliki ekor yang panjang sekitar 40-45 cm.

 hewan langka dan terancam kepunahan asli Indonesia ini memiliki bulu berwarna coklat kemerahan kecuali pada bagian bawah dagu, leher hingga ujung perut yang berwarna putih dan ekornya yang berwarna kehitaman.

Ajag biasa hidup berkelompok yang terdiri atas 5-12 ekor, bahkan hingga 30 ekor. Namun pada situasi tertentu, anjing hutan yang langka ini dapat hidup soliter (menyendiri) seperti yang ditemukan di Taman Nasional Gunung Leuser. Ajag melakukan perburuan mangsa secara bersama-sama yaitu dengan mengejar mangsanya yang lebih besar seperti babi hutan, kijang, rusa, banteng , dan kerbau. Tikus, kelinci, kancil dan binatang kecil lainnya juga menjadi makanan kesukaan binatang langka ini.

Ajag dapat mempunyai anak 6 ekor dalam sekali masa kehamilan, dengan lama buntingan sekitar 2,5 bulan. Dalam waktu satu tahun, anjing hutan ini dapat beranak sampai 2 kali. Anak ajag akan mencapai dewasa pada umur satu tahun.

Hewan ini termasuk hewan yang lebih aktif di malam hari (nokturnal), walaupun tidak sepenuhnya aktifitasnya dilakukan di malam hari. Suara lolongnya terdengar jelas dan keras sedang suara salakannya terdengar lembut, seperti mendengking pendek berulang-ulang (suara” kik-kik-kik”). Mungkin lantaran itu dibeberapa daerah di Jawa binatang langka ini disebut dengan ‘asu kikik’.

Populasi ajag mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Populasinya di seluruh dunia diperkirakan sekitar 2.500 ekor. Karena penurunan populasi ini, ajag kemudian dikategorikan dalam status konservasi endangered (Terancam Punah) oleh IUCN Redlist sejak 2004. Selain itu CITES juga memasukkan dalam daftar Apendix II.

Penurunan populasi ini terutama disebabkan oleh degradasi hutan sebagai habitat ajag, berkurangnya hewan buruan (mangsa) ajag, dan perburuan liar. Di beberapa wilayah, ada pula yang kelebihan populasi ajag sebagai akibat dari tidak adanya predator pesaing yang membuat ajag sebagai predator tertinggi dalam ekosistem tersebut seperti yang terjadi di Taman Nasional Baluran.

sumber : zipcodezoo.com

Tentang Penulis
Fadli Rahmadi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

2015-06-18
Difference:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *