Peringati Hari Burung Migrasi Sedunia 2021, Biodiversity Warriors Yayasan KEHATI Adakan Pengamatan Burung

Aktivitas Lapangan
Peringati Hari Burung Migrasi Sedunia 2021, Biodiversity Warriors Yayasan KEHATI Adakan Pengamatan Burung
31 August 2021
Muara Hutan Lindung Angke Kapuk Jakarta

Sempat vakum di 2020 akibat pandemik covid-19, pengamatan burung untuk memperingati Hari Burung Migrasi Sedunia 2021 kembali diadakan oleh Biodiversity Warriors Yayasan KEHATI. Mengambil tempat yang sama dengan tahun-tahun sebelumnya yaitu di Muara Hutan Lindung Angke Kapuk Jakarta, pengamatan kali ini turut melibatkan perwakilan anggota Pramuka, dan pengamat burung, mahasiswa dari beberapa universitas di Jabodetabek seperti dari UI, IPB, dan UNJ.

 

Kegiatan pengamatan kali ini juga diikuti serentak oleh beberapa kampus jaringan Biodiversity Warriors lain seperti Universitas Gadjah Mada, Universitas Andalas dan Universitas Tanjungpura. Tujuan dari kegiatan pengamatan ini yaitu untuk melakukan pendataan burung migrasi dan burung lain yang berada di sekitar perairan Jakarta, yaitu Hutan Lindung Angke Kapuk.

 

Pengamatan peringatan hari burung migrasi sedunia 2021 di Hutan Lindung Angke Kapuk Jakarta

 

“Selain untuk memonitor dan menginventarisir burung migrasi, tujuan kegiatan pengamatan burung ini yaitu untuk memberikan edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat tentang pentingnya menjaga kelestarian burung migran dan habitatnya di Indonesia. Sebagai negara mega biodiversity (18% jenis burung dunia terdapat di Indonesia), burung migrasi juga menambah khasanah kekayaan burung di Indonesia. Oleh karena itu, kita wajib menjaga kelestarian burung migrasi dan habitatnya,” ujar Direktur Komunikasi dan Kemitraan Yayasan KEHATI Rika Anggraini.

 

Indonesia sendiri merupakan perlintasan burung-burung migrasi jalur Asia Timur – Australasia. Jalur yang penting mengingat jalur ini memiliki kekayaan spesies dan jumlah burung yang bermigrasi. Indonesia menjadi bagian dari jalur penerbangan 149 jenis burung migran (Sukmantoro et al., 2007). Berdasarkan data Birdlife Indonesia, lebih dari 50 juta burung air dari lebih 250 populasi yang berbeda menggunakan jalur terbang yang membentang dari Asia Timur, Asia Tenggara sampai Australia dan Selandia Baru, mencakup 22 negara.

 

Namun, burung migrasi bukan tanpa ancaman. Faktor utama bermigrasi untuk mencari iklim yang lebih hangat dan makanan yang melimpah membuat burung migrasi harus menghadapi beberapa ancaman. Selain faktor alam seperti cuaca ekstrim, faktor yang disebabkan manusia pun cukup tinggi. Di Indonesia, perburuan liar, dan pengrusakan terhadap habitat burung migrasi terindikasi menjadi faktor tertinggi berkurang jumlah burung migrasi.

 

Di Jakarta, limbah cair dan sampah plastik merupakan ancaman tersendiri burung air dan burung migran yang ada. Berdasarkan hasil pengamatan terakhir, masih banyak sampah plastik yang berada di muara Hutan Lindung Angke Kapuk. Pada saat itu tampak terlihat burung air memakan sampah plastik, dan bertengger di ban bekas dan sampah plastik yang mengapung.

 

Pada tahun 2019, hasil pengamatan mengindentifikasi 24 jenis burung dari total 149 individu, dimana 2 jenis terindentifikasi sebagai burung migran, yaitu Trinil Pantai (Actitis hypoleucos) dari daerah Erasia atau Afrika dan Bubut pacar jambul (Clamator coromandus) dari China Selatan/India atau Asia Tenggara.

 

Tahun ini Hari Burung Migrasi Sedunia mengusung tema Sing, Fly, Soar – like a bird! Tema ini ingin mengajak warga dunia untuk ikut “berkicau, terbang, dan terus menjulang” menyuarakan kepedulian kepada burung migran dan habitatnya. Hal yang tepat, karena masih minimnya pengetahuan masyarakat Indonesia, termasuk yang tinggal di dekat habitat burung migran.

 

“Hasil pengamatan kami selalu informasikan kepada seluruh pemangku kepentingan. Kepada Pemprov DKI, kami selalu menghimbau dan bersinergi agar wilayah perairan yang menjadi habitat utama burung migran untuk diperbaiki kondisinya, baik dengan penanaman mangrove, maupun dengan penanganan sampah plastik,” tutup Rika.

 

Bangau bluwok (Mycteria cinerea), salah satu jenis burung terancam punah di Jakarta

 

Berikut data pengamatan burung di Muara Hutan Lindung Angke Kapuk Jakarta pada 8 Mei 2021:

  1. Cangak Abu (Ardea cinerea): 40
  2. Blekok sawah (Ardeola speciosa):35
  3. Kowak Malam Abu (Nycticorax nycticorax): 15
  4. Cangak merah (Ardea purpurea): 6
  5. Walet linchi (Collocalia linchi): 11
  6. Kuntul kecil (Egretta garzetta): 5
  7. Burung Gereja Erasia (Passer montanus): 1
  8. Itik Benjut (Anas gibberifrons):14
  9. Pecuk Padi Hitam (Phalacrocorax sulcirostris): 6
  10. Bondol peking (Lonchura punctulata): 15
  11. Cucak kutilang (Pycnonotus aurigaster): 5
  12. Cipoh kacat (Aegithina tiphia): 1
  13. Kuntul kerbau (Bubulcus ibis)1

14.Dederuk jawa (Streptopelia bitorquata): 1

  1. Punai Gading (Treron vernans):4
  2. Bangau bluwok (Mycteria cinerea):1
  3. Pecuk ular asia (Anhinga melanogaster): 2
  4. Layang-layang batu (Hirundo tahitica): 4
  5. Kekep babi (Artamus leucorynchus): 2
  6. Bondol haji (Lonchura maja):1
  7. Sepah kecil (Pericrocotus cinnamomeus) : 4
  8. Betet biasa (Psittacula alexandri):1
  9. Trinil pantai (Actitis hypoleucos):1
  10. Tekukur biasa (Streptopelia chinensis): 4
  11. Wiwik kelabu (Cacomantis merulinus): 1

 

Total individu: 180

 

Burung migrasi:

  1. Trinil pantai (Actitis hypoleucos): 1

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *