Merawat Ibu Bumi dengan Melestarikan Ekosistem Laut Flores Timur

Sosok
Merawat Ibu Bumi dengan Melestarikan Ekosistem Laut Flores Timur
23 Oktober 2023
Larantuka

Tahun 2019 merupakan awal bagi Monica Bataona untuk kembali ke Larantuka setelah menyelesaikan studi di Fakultas Biologi Univesitas Gadjah Mada. Momen pulang kampung halaman ini menjadi kesempatan baginya untuk mereflesikan hidup dan panggilan untuk menemukan visi menjaga alam lestari, menjaga biota dan ekosistem laut untuk masa depan ibu bumi.

 

Bekerja untuk Yayasan Misool Baseftin dari tahun 2020 – 2022 merupakan lompatan besar bagi sarjana Biologi tersebut untuk semakin melihat kondisi alam Flores Timur, terutama daerah lautnya yang sangat kaya potensi alam yaitu berbagai jenis megafauna seperti paus, lumba-lumba, pari manta, hiu paus, berbagai jenis penyu dan ikan, juga terumbu karang. Monica melihat wilayah laut Flores Timur masih menyimpan begitu banyak tantangan dan kisah kelam berupa perburuan berbagai jenis megafauna laut dilindungi, penangkapan ikan secara  tidak ramah lingkungan, bom ikan, potas, serta kegiatan lainnya yang merusak laut dan kawasan pesisir.

Monika memberikan edukasi mengenai jenis paus yang dilindungi kepada masyarakat

Melalui pengalamannya di Yayasan Misool Baseftin tersebut Monica semakin termotivasi untuk dapat berkontribusi lebih banyak sebagai anak muda asli tanah Flores untuk bisa melestarikan laut Flores Timur dari ancaman kerusakan. Misool Baseftin adalah yayasan berpusat di Sorong, Papua, yang masuk Larantuka membawa isu konservasi pari manta. Pengalaman itulah yang menjadi dasar inisiatif baginya, didukung pemerintah kelurahan Larantuka, membentuk Kelompok Masyarakat Pengawas (POKMASWAS) Kelurahan Larantuka di awal tahun 2023. Kelompok ini diharapkan mampu bekerja sama dengan POKMASWAS lain di Kabupaten Flores Timur dalam melakukan pengawasan pesisir dan laut, konservasi habitat jenis biota laut dilindungi dan edukasi bagi masyarakat sekitar.

 

POKMASWAS Kelurahan Larantuka memiliki tugas khusus perlindungan terumbu karang, rehabilitasi karang, wisata selam ramah lingkungan dan edukasi bagi kelompok anak muda, remaja dan anak-anak tentang cinta lingkungan.

 

Kegiatan Monica dan POKMASWAS tidak hanya dilakukan di Kelurahan Larantuka tetapi juga di beberapa lokasi lain yang didampingi Yayasan Misool Baseftin. Koordinasi dan kolaborasi masih terus dijalankan dengan POKMASWAS Desa Sulengwaseng dan Kelurahan Ritaebang yang aktif melakukan relokasi telur penyu, POKMASWAS Desa Lewotobi terkait Rehabilitasi Terumbu Karang, POKMASWAS Desa Nobo terkait Rehabilitasi Mangrove, serta beberapa POKMASWAS lain yang aktif memberikan laporan kegiatan pengawasan di laut. Selain itu Monica juga berkoordinasi terus dengan Satwas SDKP Kab. Flores Timur, Dinas Perikanan dan Kelautan Prov. NTT wilayah Flores Timur, Dinas Perikanan Kab. Flores Timur, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kab. Flores Timur dan BPSL Denpasar Wilker NTT.

 

Monica melihat bahwa untuk menciptakan laut yang lebih lestari diperlukan semakin banyak manusia yang mau aktif bergiat di bidang konservasi dan pengawasan. Secara berkala Monica melakukan kegiatan snorkeling sembari menanam karang dan memantau secara berkala dengan melibatkan anak muda dan komunitas lokal seperti Berguna Id, Lamaholot Dive Operator, Orang Muda Katolik (OMK), Karang Taruna, SAHARA Larantuka dan Trash Hero Larantuka.

 

Peningkatan kapasitas SDM rutin dilakukan dengan dibantu Dinas Pariwisata dan Kebudayaan FLOTIM, begitu pula pelatihan selam untuk profesi pemandu wisata selam. POKMASWAS Larantuka telah bersinergi dengan 15 penyelam di Kabupaten Flores Timur (5 rescue diver, 2 dive master diver dan 8 anggota advance diver. Monica sendiri telah memiliki sertifikat rescue dan first air diver.

 

Tidak bisa dipungkiri lagi, menurut Monica,  bahwa peran anak muda merupakan kunci pembangunan di setiap wilayah. Anak muda mestinya mampu memanfaatkan potensi dirinya untuk berani rela berkorban membangun desa atau wilayahnya.

 

“Saya percaya setiap kita yang telah mengenyam pendidikan memiliki tanggung jawab untuk kembali mengabdi di wilayah tempat kita lahir atau dibesarkan,” ujarnya.

 

Meskipun banyak tantangan dijumpai namun Monica tetap optimis. Sebagai anak muda dirinya merasa perlu memulai berkarya membawa perubahan dari pada diam dan mengutuk sistem yang sedang berjalan.

 

Sebagai ilmuwan Biologi Universitas Gadjah Mada lulusan 2018, Monica sejak mahasiswa telah aktif di berbagai organisasi seperti BEM Fakultas Biologi, Mahasiswa Pecinta Alam Fakultas Biologi UGM ( MATALABIOGAMA), KMK Biologi UGM, Paduan Suara Mahasiswa (PSM) UGM dan Unit Selam UGM (UNYIL).

 

“Saya juga ikut partisipasi dalam Perlombaan Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) 2014 di Semarang dengan perolehan medali Perunggu Kategori PKM-P dan Penerima Beasiswa Karya Salemba Empat (KSE) dua periode,” paparnya.

 

Memang pada saat kuliah Monica telah sibuk mengikuti berbagai kegiatan di alam seperti bird watching, penelitian flora fauna, eksplorasi goa dan hutan, pendataan terumbu karang dan melakukan penelitian skripsi Keanekaragaman Pakan Hiu Paus di Taman Nasional Teluk Cenderawasih bersama WWF Sorong.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *