9 Pangan Lokal yang Bisa Gantikan Nasi, Nomor 5 Bikin Kaget!

Ketahanan Pangan
9 Pangan Lokal yang Bisa Gantikan Nasi, Nomor 5 Bikin Kaget!
28 November 2024
0
0

Aku tidak ingat kapan tepatnya hari itu. Yang kuingat hanyalah aku sedang duduk dengan santai, membunuh waktu dengan menggeser sebuah layar dengan jempolku tanpa henti, naik turun entah mencari apa.

Namun, aktivitas tanpa tujuan ini tiba-tiba terhenti ketika algoritma mempertemukanku dengan sebuah video yang menampilkan wajah seorang ibu dari Papua.

"Saya sedih, anak-anak muda sudah mulai terbiasa makan nasi." kurang lebih seperti itu kata beliau.

Aku tertegun. “Lah, emangnya kenapa? Ada yang salah dengan nasi?” pikirku sambil menghentikan jariku.

Video itu terus berjalan dan wajah ibu itu memancarkan kekhawatiran yang sulit dijelaskan. Aku berpikir, mungkin ia takut, sagu yang dulu menjadi bagian penting dari kehidupan akan menjadi sekadar kenangan.

Tiba-tiba, aku teringat pengalaman lamaku ketika aku mencoba menggantikan nasi dengan ubi jalar. Rasanya kenyang, tapi tubuhku tapi tubuhku seperti tidak berenergi, lemah.

Ubi yang tadinya terasa manis berubah menjadi sesuatu yang menjemukan. Ketika mulai lapar lagi, ubi itu seperti tidak bisa ditelan. Parahnya lagi, perutku bahkan tak bisa berkompromi, aku jadi sering kentut dan BAB.

Akhirnya aku menyerah dan kembali ke nasi. Sisa ubinya aku konsumsi layaknya cemilan. Pikiran ibu tersebut menuntunku pada pertanyaan yang lebih besar: Apa yang terjadi jika tradisi pangan lokal ini hilang seiring berjalannya waktu?

Ternyata, jawabannya adalah...

Kematian.

Di beberapa belahan dunia, secara global, 11 orang setiap menitnya menghembuskan napas terakhir karena kelaparan. Dari Sudan Selatan hingga Madagaskar, bencana dan perubahan iklim semakin menunjukkan wajahnya; gagal panen dan kelangkaan pangan membunuh kehidupan jutaan orang.

Dan aku bertanya-tanya lagi, bagaimana dengan Indonesia? Apakah negeri ini akan selalu aman? Karena kenyataannya, di negeri kita, gagal panen mulai sering terdengar. 129 ton padi di Jambi hilang sia-sia. Di Kabupaten Bandung, 856 hektare sawah terancam kering dan rusak akibat cuaca yang sulit diprediksi.

Tiba-tiba, sepiring nasi tak lagi terasa sederhana.

Perubahan Iklim dan Keanekaragaman Hayati Indonesia

keanekaragaman hayati Indonesia

Aku teringat dengan ikan bilis, sejenis ikan kecil musiman yang melimpah di sungai dekat rumah, jika sudah musimnya. Ikan ini, walaupun sederhana, merupakan ikan yang sangat enak menurutku karena memiliki rasa yang khas. Namun, beberapa tahun terakhir, ikan bilis seperti semakin langka saja.

Indonesia, terkenal kaya akan keanekaragaman hayati-nya, namun perubahan iklim mengancam kekayaan ini. Kenaikan suhu dan perubahan pola cuaca mengganggu ekosistem dan mengurangi hasil pertanian.

Menurut para ahli, laporan IPCC, di tahun 2100 nanti dampaknya bakal parah banget, suhu bumi akan berada diatas ambang batas aman. Mungkin cuma sebagian orang yang bisa bertahan hidup.

Cuaca yang nggak bisa diprediksi bikin risiko gagal panen meningkat. Hal ini nggak cuma bikin hasil panen turun, tapi juga berdampak ke harga pangan yang ujung-ujungnya jadi sangat mahal. Jadi, perubahan iklim ini memang jadi tantangan besar buat sektor pertanian di Indonesia.

Pangan Lokal sebagai Solusi

Pangan lokal adalah makanan yang diproduksi menggunakan bahan baku dan metode pertanian yang sesuai dengan kondisi lingkungan setempat. Mencakup berbagai macam produk pertanian, peternakan, dan perikanan yang berasal dari wilayah tersebut.

Pentingnya pangan lokal tidak hanya terletak pada cita rasanya yang unik, tetapi juga pada kontribusinya terhadap kesehatan, lingkungan, dan ketahanan pangan nasional. Mengonsumsi pangan lokal membantu mengurangi jejak karbon, mendukung petani lokal, menjaga kelestarian lingkungan, dan mengurangi ketergantungan pada impor.

Oh iya, aku tadi sempat nyebutin soal ketahanan pangan nasional, kan? Yuk kita bahas sama-sama!

Apa itu Ketahanan Pangan Nasional?

Ketahanan pangan nasional adalah kemampuan suatu negara untuk memastikan semua warganya punya akses ke makanan yang cukup, aman, dan bergizi. Jadi, nggak cuma sekadar bisa bikin makanan, tapi juga harus bisa menjaganya supaya tetap tersedia dan terjangkau.

Pemimpin negara biasanya fokus sama hal ini biar nggak terjadi krisis pangan yang bisa bikin masalah besar, seperti kelaparan atau kerusuhan sosial.

Indonesia, negara ini memiliki kekayaan pangan lokal yang sangat tinggi, bahkan termasuk salah satu yang tertinggi di dunia. Ironisnya, di tengah kekayaan ini, Indonesia masih menghadapi tantangan dalam mencapai syarat ketahanan pangan.

Berdasarkan Indeks Ketahanan Global 2022, Indonesia berada jauh di belakang negara-negara tetangga di kawasan Asia Tenggara. Ketergantungan masyarakat Indonesia pada beras sebagai sumber pangan utama menjadi salah satu faktornya.

"Upaya untuk kembali ke sumber pangan lokal harus ditingkatkan. Keragaman sumber pangan nusantara merupakan jawaban terhadap permasalahan kelaparan, gizi buruk, termasuk perubahan iklim."Renata Puji Sumedi Hanggarawati (Manajer Program Ekosistem Pertanian Yayasan KEHATI)

Indonesia itu kan negara pertanian, udah dari dulu terkenal sebagai penghasil beras. Tapi anehnya, kita masih aja impor beras dari luar negeri! Kok bisa, ya?

Ternyata, panen beras kita naik-turun nggak menentu. Bayangkan, panen beras di awal tahun 2024 aja udah turun! Kalian pasti pernah dengar cerita gagal panen, kan? Itu biasanya karena cuaca yang gak tentu atau tanahnya gak cocok.

 

Lokasi Jenis Tanaman Gagal Panen Sumber
Gunung Kidul Padi, Jagung 7.600 Ha kompas.id
Klaten Padi 333 Ha kompas.id
Banyuasin Padi - kompas.id
Jambi Padi 129 Ton kompas.id
Bojonegoro Padi 98 Ha berkas.dpr.go.id
Lombok Barat Padi 105 Ha berkas.dpr.go.id
Demak Padi 4.299 Ha kompas.id
Jawa Timur Padi 7.666 Ha metrotvnews.com

 

Para ahli bilang, perubahan iklim dan masalah pertanian ini susah diatasi dalam waktu singkat. Jadi, impor beras jadi solusi biar harga beras tetap stabil dan nggak langka.

Semisal amit-amit ada kejadian beras langka hampir di seluruh dunia dan ada negara lain yang punya beras banyak juga belum tentu mau jual ke kita. Makanya, mulai sekarang yuk kita coba makan pangan lokal selain nasi, terutasa yang berasal dari daerah masing-masing. Selang-seling aja biar terbiasa. Nanti kalau ada kejadian kayak gitu, kita nggak perlu khawatir lagi.

Inilah Beberapa Pangan Lokal yang Bisa Gantikan Nasi

Selain nasi, ada puluhan pangan lokal sumber karbohidrat. Namun, aku akan jelasin 9 pangan lokal dulu ya!

1. Ganyong

Nutrisi Kandungan per 100 gr
Karbohidrat (g) 22,6
Kalsium (mg) 21
Fosfor (mg) 70
Besi (mg) 20
Protein (g) 1
Lemak (g) 0,1
Vitamin C (mg) 10
Vitamin B (mg) 0,1
Air (g) 75

 

Ganyong, tanaman umbi-umbian, tumbuh subur di lahan kering dataran rendah sampai tinggi. Ada dua jenis: merah dan putih. Umbinya kaya karbohidrat, bisa diolah jadi berbagai makanan, bahkan makanan bayi. Tanaman ini juga bermanfaat sebagai obat herbal dan pakan ternak.

ganyong

2. Garut

Nutrisi Kandungan per 100 g
Air 69 - 72%
Pati 19,4 - 21,7%
Protein Kasar 1,0 - 2,2%
Serat Kasar 0,6 - 1,3%
Lemak 0,1%
Abu 1,3 - 4,0%
Mineral Cu, Fe, Mn, P, Mg, Zn, K, Se
Vitamin Vitamin B kompleks dan Vitamin C

 

Garut, umbi-umbian serbaguna dan tumbuh subur di dataran rendah, bahkan sampai ketinggian 1000 meter. Ubinya bentuknya bulat panjang, warnanya putih atau kemerahan. Umbinya yang kaya nutrisi, terutama pati resisten, sangat baik untuk kesehatan. Tepung garut yang halus dan rendah gula cocok untuk berbagai olahan, termasuk makanan bayi dan penderita diabetes.

garut

3. Hanjeli

Nutrisi Kandungan per 100 g
Karbohidrat 76,4%
Protein 14,1%
Lemak Nabati 7,9%
Kalsium 54 mg
Vitamin E Ada

 

Hanjeli atau jali-jali merupakan biji-bijian dari keluarga padi-padian. Ada dua jenis hanjeli, yang satu bijinya keras (Coix lacryma-jobi var.iates lacryma-jobi), biasanya buat bikin manik-manik, yang satunya lagi, yang kita makan (Coix lacryma-jobi variates mayuen).

Hanjeli varietas mayuen kaya nutrisi, sebanding dengan beras. Kandungan coixenolide-nya bermanfaat untuk melancarkan air seni dan memiliki potensi sebagai obat antikanker.

hanjeli

4. Hotong

Komponen Kandungan
Karbohidrat 60,9%
Protein (Biji Hotong) 14%
Protein (Tepung Hotong) 13%
Lemak 3%
Mineral Fosfor, Besi, Kalsium
Serat Pangan Ya
Komponen Bioaktif Tanin, Vitamin E
Kandungan Vitamin E (Biji Hotong) 44,5 ppm
Kandungan Vitamin E (Tepung Hotong) 50,9 ppm
Kandungan Tanin (Biji Hotong) 0,22%
Kandungan Tanin (Tepung Hotong) 0,06%
Indeks Glikemik Rendah
Aman bagi Penderita Diabetes Ya

 

Hotong, tanaman yang masih jarang dibudidayakan, kecuali di Pulau Buru, Maluku. Padahal tanaman ini tahan terhadap kekeringan dan gampang tumbuh di berbagai jenis tanah, termasuk yang kurang subur, dari dataran rendah sampai ketinggian 1.000 m dpl.

Kandungan gizinya mirip beras, tapi proteinnya lebih banyak! Lemaknya juga lumayan, ada fosfor, besi, kalsium, serat, dan antioksidan (tanin dan vitamin E). Bagus buat penderita diabetes karena indeks glikemiknya rendah.

hotong

5. Iles-iles

Nutrisi Nilai per 100 g
Karbohidrat (g) 19
Protein (g) 1,2
Lemak (g) 0,2
Kalsium (mg) 49
Fosfor (mg) 22
Besi (mg) 0,6
Vitamin A (IU) 270

 

Iles-iles, tanaman yang mirip porang dan suweg, tapi beda. Iles-iles bisa tumbuh baik meskipun di tempat yang nggak terlalu banyak sinar matahari, seperti di bawah pohon atau di area yang teduh. Jadi, bisa dibudidayakan di lahan hutan tanaman industri. Tanaman ini juga tumbuh baik di dataran rendah sampai tinggi, tapi panennya paling bagus tu di ketinggian 100-600 meter.

iles-iles

6. Labu Kuning

Komponen Kandungan per 100 g
Serat Pangan 12,1%
Vitamin A 180 SI
Vitamin C 52 mg
Vitamin E Ya
Mineral Kalium Ya
Betakaroten (Labu Kuning) 6,9 mg
Betakaroten (Tepung Labu Kuning) 7,29 mg

 

Labu kuning, atau waluh, itu tanaman rambat yang mudah ditanam. Tumbuh subur di berbagai tanah dan ketinggian, bahkan di atas 1500 meter! Panennya sekitar 3 bulan setelah tanam, hasilnya banyak. Yang unik, labu ini bisa disimpan lama, makin tua makin awet.

labu kuning

7. Sagu

Nutrisi Kandungan per 100 g
Karbohidrat (g) 94
Protein (g) 0,2
Serat (g) 0,5
Kalsium (mg) 10
Zat Besi (mg) 1,2
Kalori 355

 

Sagu, tanaman dari keluarga palem, tumbuh di daerah pantai dan rawa-rawa. Panennya setelah 8-10 tahun, hasilnya lumayan banyak. Sagu itu makanan pokok di Maluku dan Papua. Biasanya dibuat papeda (bubur sagu) atau diolah jadi makanan lain. Tepung sagunya dijual begitu saja atau dikemas pakai daun pisang. Selain papeda, bisa juga dibuat kapurung, sinonggi, mi, atau kue.

8. Sorgum

Sorgum atau biasa dikenal dengan nama cantel di Jawa, merupakan tanaman serealia yang kuat banget. Tanaman ini bisa tumbuh di tempat kering dengan suhu yang tinggi dan curah hujan yang rendah, bahkan di lahan yang sudah rusak. Hebatnya, sorgum juga bisa bertahan di tanah yang punya kadar garam tinggi, jadi bisa tumbuh di pinggir pantai.

Sorgum banyak ditanam di daerah Jawa, Nusa Tenggara Timur, dan Nusa Tenggara Barat. Nutrisinya lengkap, banyak vitamin B, zat besi, dan mangan. Bahkan lebih banyak protein, vitamin, dan mineralnya daripada beras.

sorgum

9. Talas

Nutrisi Kandungan per 150 g
Kalori (kal) 150 - 200
Serat (g) 5 - 7
Protein (g) 4
Kalsium (mg) 150 - 170
Kalium (mg) 450 - 600
Magnesium (mg) 30 - 50
Fosfor (mg) 60 - 70

 

Talas, tanaman umbi-umbian, tumbuh subur di berbagai tempat, dari dataran rendah sampai tinggi. Ada beberapa jenis talas, kayak talas khas Bogor, Banten (boneng), Kalimantan Barat, Padang, Belitung, dan Malang. Masing-masing punya variasi kandungan karbohidrat dan asam oksalat yang berbeda. Umbi talas pun variasinya banyak, ada yang warnanya putih, kuning, oranye, dan ungu (Talas ungu atau taro biasa disebut juga dengan nama talas Pontianak).

talas

Penutup

Kembali ke kisah ibu dari Papua, saat ia berbagi cerita tentang sagu yang seharusnya tidak hanya menjadi kenangan masa lalu. Ternyata Sagu harusnya lebih dari sekedar identitas dan budaya. Tidak salah belajar makan nasi, tapi janganlah sampai melupakan sagu. Lagi pula padi sulit tumbuh di sebagian besar wilayah Papua.

Tanaman lokal berhubungan erat dengan kesengsaraan atau bahkan kematian. Dengan mengonsumsi pangan lokal, kita tidak hanya membangun ketahanan pangan tetapi juga melindungi diri kita, lingkungan, dan negara.

Dampak perubahan iklim kita percepat, disaat yang sama daya tahan tubuh kita lemahkan. Aku pun tidak menampik bahwa meski aku menyadari semua ini, terkadang sulit untuk keluar dari lingkaran setan yang kita ciptakan sendiri.

Saat aku bercerita kepada kalian, aku berharap agar kita bisa bersama-sama menemukan solusi. Dengan setiap langkah kecil yang kita ambil, kita dapat membangun kembali hubungan harmonis antara manusia dan alam.

Yuk kita dukung petani lokal, lestarikan kearifan lokal, dan jadikan pangan lokal sebagai bagian dari solusi untuk masa depan yang berkelanjutan!

 

Referensi:

  • Setyorini, E., & Trisnawati, Y. (2020). Potensi pangan lokal Indonesia. Bogor: Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian. https://repository.pertanian.go.id/items/6cc2e6ee-fbf4-47e7-aee0-4be85bc0284e
  • https://www.bulog.co.id/2024/07/05/alasan-indonesia-harus-impor-beras-memahami-keputusan-pemerintah/
  • https://www.detik.com/sumbagsel/berita/d-7224949/129-ton-padi-di-jambi-gagal-panen-akibat-banjir-dan-perubahan-iklim
  • https://mediaindonesia.com/nusantara/699450/856-hektare-pertanian-padi-di-kabupaten-bandung-terancam-gagal-panen
  • https://lifestyle.bisnis.com/read/20221114/106/1597748/berapa-lama-kelaparan-bisa-menyebabkan-kematian
  • https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-6935788/8-wilayah-paling-terdampak-perubahan-iklim-krisis-iklim-hingga-kelaparan
  • https://setneg.go.id/baca/index/bagikan_bantuan_pangan_presiden_hampir_semua_negara_gagal_panen_harga_beras_naik
  • https://wri-indonesia.org/id/wawasan/5-temuan-besar-dari-laporan-iklim-ipcc-2021
  • https://www.kompas.id/baca/ekonomi/2024/08/26/gagal-panen-hantui-produksi-beras
  • https://berkas.dpr.go.id/pusaka/files/isu_sepekan/Isu%20Sepekan---IV-PUSLIT-Agustus-2024-223.pdf
  • https://regional.kompas.com/read/2024/04/20/060500878/4299-hektare-sawah-gagal-panen-selama-banjir-demak-produksi-beras-terancam
  • https://www.metrotvnews.com/read/b2lCVjyD-7-666-hektare-sawah-di-jatim-gagal-panen-akibat-kemarau
  • https://kehati.or.id/berdaulat-pangan-melalui-keragaman-pangan-lokal-2/
Keanekaragaman hayati, Ketahanan Pangan, Pangan Lokal, perubahan iklim
Tentang Penulis
Dina Andriany

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *